Jalan Terjal Anwar Ibrahim Jadi PM Malaysia

Senin, 28 September 2020 - 11:15 WIB
Anwar Ibrahim. Foto/Reuters
KUALA LUMPUR - Jika Anwar Ibrahim akhirnya bisa mewujudkan mimpinya menjadi Perdana Menteri (PM) Malaysia, maka politikus berusia 73 tahun itu harus menjelaskan bagaimana dia mengimplementasikan kebijakan yang telah lama diidamkannya. Apalagi dia menghadapi tantangan parlemen Malaysia yang dipenuhi dengan banyak fraksi dan rawan terjadi pengkhianatan.

Politik Malaysia selama enam dekade dikuasai oleh Barisan Nasional (BN) yang dipimpin UMNO (Organisasi Nasional Melayu Bersatu). Setelah itu, Anwar dan mantan PM Mahathir Mohamad menggulingkan BN pada 2018 dan mendirikan pemerintahan Malaysia yang multiras dan bebas korupsi. Koalisi baru itu pun dipenuhi banyak intrik politik hingga berujung pada pengunduran Mahathir bulan Februari lalu hingga Muhyiddin Yassin menjadi PM dengan dukungan anggota UMNO. (Baca: Berkata Kotor dan Keji Dosa yang Sering Diremehkan)

Pekan lalu, Anwar telah meyakinkan publik Malaysia kalau dia mampu meraih banyak kursi di parlemen untuk menggulingkan Muhyiddin. Dia pun berjanji akan bertemu dengan Raja Malaysia yang kini sedang dirawat di rumah sakit. Tidak jelas juga apakah manuver Anwar akan mengubah kepemimpinan Malaysia atau segera dilaksanakannya pemilu.

“Ini merupakan periode paling berfluktuasi pada sejarah politik Malaysia. Loyalitas terhadap partai sangat terguncang,” kata peneliti senior S. Rajaratnam School of International Studies, Johan Saravanamuttu, dilansir New Straits Times. “Ini bukan hanya mengenai kekuasaan. Tapi, ide keseluruhan reformasi politik yang tetap tidak jelas. Idealisme sepertinya tidak ada dalam konteks,” ujarnya.



Politik Anwar memang jauh dari arti kata pragmatisme. Dia dulu dianggap sebagai calon pengganti Mahathir pada 1990-an sebelum dipecat saat terjadinya krisis keuangan Asia. Dia harus tinggal di penjara selama enam tahun karena dituding melakukan penyalahgunaan kekuasaan dan kasus sodomi. Anwar pun kembali lagi ke penjara pada 2015 karena kasus sodomi dan dibebaskan setelah mendapatkan pengampunan dari raja pada 2018. (Baca juga: Mahasiswa ITS Buat Aplikasi Pemantau Kondisi Manula)

Sebagai pemimpin PKR (Partai Keadilan Rakyat), partai kunci pada pemerintahan Pakatan Harapan (PH) yang mengantarkan Mahathir kembali jadi PM, Anwar pun menunggu dengan sabar janji Mahathir untuk menyerahkan kekuasaannya. Tapi, Mahathir mengulur waktu hingga pemerintahan PH bubar.

Rabu lalu, Anwar menyatakan kesiapannya menggantikan Muhyiddin yang memimpin dengan selisih suara tipis sejak Maret lalu. Pemimpin UMNO Ahmad Zahid Hamidi juga menyatakan beberapa anggota partainya kini mendukung Anwar. Beberapa anggota parlemen juga telah menyatakan dukungan untuk Anwar.

Anwar pun melunakkan pendiriannya dengan menyatakan bahwa mayoritas pendukungnya adalah Melayu dan Muslim. Dia juga berjanji menghadirkan representasi adil bagi seluruh ras tanpa menyebut warga etnik India dan China yang memegang posisi kunci di partai dan koalisinya.

Anwar telah membayar “harga mahal” selama bertahun-tahun. Kini, menurut Greg Lopez, pengajar di Murdoch University Executive Education Center di Perth, Australia, Anwar ingin membuat terobosan. “Dia (Anwar) ingin kesempatan untuk menunjukkan bahwa dia bisa melakukan pekerjaannya dengan baik,” kata Lopez.

Selama beberapa dekade, Anwar selalu selamat dan eksis meskipun telah dihajar dari kiri, kanan, dan tengah. “Dia memiliki kemampuan untuk membuat Malaysia terus bermanuver. Minimal, dia tidak lagi membuat kerusakan dibandingkan para PM Malaysia lainnya,” tutur Lopez. (Baca juga: Susu Colostrum Diklaim Mampu Pulihkan Sraf Kejepit)

Jika Anwar akhirnya nanti bisa mengambil alih kekuasaan, dia akan mewarisi sejumlah tantangan resesi ekonomi yang berat dibandingkan krisis keuangan pada 1990-an. Muhyiddin telah mendorong stimulus keuangan untuk menghidupkan ekonomi bersama dengan banyak negara di dunia mengalami penderitaan akibat restriksi mobilitas dan penutupan bisnis karena pandemi corona.

Utang besar yang dimiliki Malaysia juga membuat Anwar semakin sulit melaksanakan tugasnya. “Ketegangan politik menambah ketidakpastian yang menyulitkan investasi untuk bisa masuk,” kata ekonomi senior Maybank Kim Eng Research di Singapore, Chua Hak Bin.

Anwar membutuhkan pemerintahan yang stabil untuk menjadikan Malaysia bisa melewati pandemi ini. Dia harus fokus pada isu lebih luas dibandingkan hanya menyerukan reformasi semata. Jika hanya mengandalkan idealisme, Anwar bukan pada posisi untuk mengubah segalanya. (Lihat videonya: Dua Kelompok Ormas di Bekasi Selatan Terlibat Bentrok)

“Jika dia (Anwar) menjadi PM, itu akan menandani puncak petualangannya selama lebih dua dekade,” kata Awang Azman Awang Pawi, profesor Universitas Malaya. “Itu akan menjadikannya sebagai PM pertama dari partai multiras dan multiagama yang pertama dalam sejarah Malaysia,” katanya dilansir Bloomberg. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More