Ribuan Demonstran Berunjuk Rasa di Bangkok Menentang Pemerintah
Minggu, 20 September 2020 - 00:01 WIB
BANGKOK - Ribuan demonstran di ibu kota Thailand , Bangkok, berunjuk rasa menentang pemerintahan mantan pemimpin kudeta dan Perdana Menteri (PM) Prayuth Chan-ocha pada Sabtu (19/9).
Para demonstran menuntut reformasi kekuasaan kerajaan. “Bubarkan feodalisme, panjang umur rakyat,” teriak para demonstran.
Unjuk rasa terus digelar sejak pertengahan Juli untuk menuntut pembubaran pemerintah, konstitusi baru dan pemilu. Mereka juga melawan tabu dengan mengkritik kerajaan Raja Maha Vajiralongkorn.
Kepolisian menyatakan sekitar 5.000 orang berkumpul di kampus Universitas Thammasat yang sejak lama dianggap sebagai basis oposisi melawan militer dan kerajaan. Kampus itu juga menjadi tempat pembantaian para demonstran pada 1976.
Meski hujan gerimis, demonstran juga menuju Sanam Luang, tempat publik di depan Istana Agung tempat berbagai upacara negara biasa digelar.
“Hari ini rakyat akan meminta kembali kekuasaan mereka,” kata Arnon Nampa, pengacara hak asasi manusia yang muncul sebagai tokoh pemimpin dalam gerakan protes di Twitter.
19 September menjadi hari peringatan kudeta terhadap PM Thaksin Shinawatra saat itu pada 2006. Para demonstran banyak yang memakai kaos merah, kelompok yang satu dekade lalu bentrok dengan kaos kuning pendukung kerajaan. (Baca Juga: Laboratorium China Bocor, 3.245 Orang Terjangkit Penyakit Brucellosis)
“Saya di sini untuk berjuagn demi masa depan anak dan cucu saya. Saya harap itu hingga saya mati, mereka akan menjadi bebas,” kata Tasawan Suebthai, 68, demonstran kaos merah dengan jimat melingkari lehernya untuk menangkis peluru. (Baca Infografis: Mengaku Dicegah Mattis, Trump Urung Bunuh Presiden Assad)
Sejauh ini unjuk rasa berjalan damai. Unjuk rasa terbesar diikuti lebih dari 10.000 orang bulan lalu. (Lihat Video: RSUD Kota Tangerang Kelebihan Pasien Covid-19)
Para demonstran menuntut reformasi kekuasaan kerajaan. “Bubarkan feodalisme, panjang umur rakyat,” teriak para demonstran.
Unjuk rasa terus digelar sejak pertengahan Juli untuk menuntut pembubaran pemerintah, konstitusi baru dan pemilu. Mereka juga melawan tabu dengan mengkritik kerajaan Raja Maha Vajiralongkorn.
Kepolisian menyatakan sekitar 5.000 orang berkumpul di kampus Universitas Thammasat yang sejak lama dianggap sebagai basis oposisi melawan militer dan kerajaan. Kampus itu juga menjadi tempat pembantaian para demonstran pada 1976.
Meski hujan gerimis, demonstran juga menuju Sanam Luang, tempat publik di depan Istana Agung tempat berbagai upacara negara biasa digelar.
“Hari ini rakyat akan meminta kembali kekuasaan mereka,” kata Arnon Nampa, pengacara hak asasi manusia yang muncul sebagai tokoh pemimpin dalam gerakan protes di Twitter.
19 September menjadi hari peringatan kudeta terhadap PM Thaksin Shinawatra saat itu pada 2006. Para demonstran banyak yang memakai kaos merah, kelompok yang satu dekade lalu bentrok dengan kaos kuning pendukung kerajaan. (Baca Juga: Laboratorium China Bocor, 3.245 Orang Terjangkit Penyakit Brucellosis)
“Saya di sini untuk berjuagn demi masa depan anak dan cucu saya. Saya harap itu hingga saya mati, mereka akan menjadi bebas,” kata Tasawan Suebthai, 68, demonstran kaos merah dengan jimat melingkari lehernya untuk menangkis peluru. (Baca Infografis: Mengaku Dicegah Mattis, Trump Urung Bunuh Presiden Assad)
Sejauh ini unjuk rasa berjalan damai. Unjuk rasa terbesar diikuti lebih dari 10.000 orang bulan lalu. (Lihat Video: RSUD Kota Tangerang Kelebihan Pasien Covid-19)
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda