India Berharap Dibebaskan AS Memperoleh Sistem Rudal S-400 Rusia
Jum'at, 11 September 2020 - 16:11 WIB
NEW DELHI - Mengingat penumpukan militer China di sepanjang perbatasan Himalaya yang disengketakan, India berharap mendapatkan pembebasan Amerika Serikat (AS) untuk pembelian sistem pertahanan rudal S-400 dan persenjataan lainnya dari Rusia .
Undang-undang federal AS; Countering America’s Adversaries Through Sanction Act (CAATSA) mengamanatkan pemerintah Presiden Donald Trump menjatuhkan sanksi terhadap negara-negara yang terlibat dalam transaksi pertahanan dan intelijen dengan Iran, Korea Utara, dan Rusia.
Bulan lalu, Asisten Menteri Luar Negeri AS Clarke Cooper sekali lagi memperingatkan India agar tidak melanjutkan pengadaan sistem rudal S-400 Rusia. (Baca: Operasikan 2.500 Pesawat dan S-400 Rusia, AS Anggap China Ancaman Besar )
“Jangan mempertaruhkan peluang masa depan yang mungkin terhalang oleh artikel pertahanan Rusia yang signifikan,” kata Cooper selama briefing online, yang dilansir Defense Aviation Post, sebuah situs web yang mencakup sektor pertahanan dan industri penerbangan.
“Ini bukan segalanya, tetapi sesuatu seperti (sistem anti-pesawat) S-400 akan menjadi tantangan, seperti (jet tempur) Sukhoi Su-35 akan menjadi tantangan,” kata Cooper.
Ketika ketegangan dengan China memanas, Menteri Pertahanan India Rajnath Singh baru-baru ini mendesak Rusia untuk mempercepat pengiriman sistem pertahanan rudal S-400 yang kuat.
Pada Oktober 2018, India menandatangani kesepakatan senjata terbesarnya senilai USD5,43 miliar untuk membeli lima resimen S-400 Rusia. Rivalnya, yakni China, sudah memiliki sistem rudal S-400. (Baca: Konflik dengan China, India Desak Rusia Kirim Sitem Rudal S-400 Tepat Waktu )
Para ahli percaya bahwa sistem S-400 yang mutakhir dapat mendeteksi dan menembak jatuh target termasuk rudal balistik, jet tempur musuh, dan drone hingga jarak 600 kilometer (373 mil) dan pada ketinggian antara 10 meter hingga 27 km.
S-400 Ungguli Sistem Patriot AS
Undang-undang federal AS; Countering America’s Adversaries Through Sanction Act (CAATSA) mengamanatkan pemerintah Presiden Donald Trump menjatuhkan sanksi terhadap negara-negara yang terlibat dalam transaksi pertahanan dan intelijen dengan Iran, Korea Utara, dan Rusia.
Bulan lalu, Asisten Menteri Luar Negeri AS Clarke Cooper sekali lagi memperingatkan India agar tidak melanjutkan pengadaan sistem rudal S-400 Rusia. (Baca: Operasikan 2.500 Pesawat dan S-400 Rusia, AS Anggap China Ancaman Besar )
“Jangan mempertaruhkan peluang masa depan yang mungkin terhalang oleh artikel pertahanan Rusia yang signifikan,” kata Cooper selama briefing online, yang dilansir Defense Aviation Post, sebuah situs web yang mencakup sektor pertahanan dan industri penerbangan.
“Ini bukan segalanya, tetapi sesuatu seperti (sistem anti-pesawat) S-400 akan menjadi tantangan, seperti (jet tempur) Sukhoi Su-35 akan menjadi tantangan,” kata Cooper.
Ketika ketegangan dengan China memanas, Menteri Pertahanan India Rajnath Singh baru-baru ini mendesak Rusia untuk mempercepat pengiriman sistem pertahanan rudal S-400 yang kuat.
Pada Oktober 2018, India menandatangani kesepakatan senjata terbesarnya senilai USD5,43 miliar untuk membeli lima resimen S-400 Rusia. Rivalnya, yakni China, sudah memiliki sistem rudal S-400. (Baca: Konflik dengan China, India Desak Rusia Kirim Sitem Rudal S-400 Tepat Waktu )
Para ahli percaya bahwa sistem S-400 yang mutakhir dapat mendeteksi dan menembak jatuh target termasuk rudal balistik, jet tempur musuh, dan drone hingga jarak 600 kilometer (373 mil) dan pada ketinggian antara 10 meter hingga 27 km.
S-400 Ungguli Sistem Patriot AS
tulis komentar anda