Bagaimana Mahmoud Khalil Jadi Ikon Perjuangan Aktivis Pro-Palestina Melawan Trump?
Selasa, 18 Maret 2025 - 14:17 WIB

Mahmoud Khalil jadi ikon perjuangan aktivis pro-Palestina melawan Trump. Foto/X/@JoshEakle
WASHINGTON - Ketika protes atas perang Gaza berakar di kampus Universitas Columbia musim semi lalu, Mahmoud Khalil menjadi sosok yang dikenal dan vokal dalam gerakan mahasiswa yang segera menyebar ke perguruan tinggi AS lainnya.
Mahasiswa pascasarjana jurusan hubungan internasional itu merupakan sosok tetap di dalam dan di sekitar perkemahan protes di kampus Manhattan, Columbia, yang bertindak sebagai juru bicara dan negosiator bagi para demonstran yang menyesalkan kampanye militer Israel di Gaza dan mendesak sekolah Ivy League itu untuk memutus hubungan keuangan dengan Israel dan perusahaan-perusahaan yang mendukung perang.
"Kami ingin terlihat," kata Khalil pada April lalu.
Sekarang, visibilitas itu telah membantunya menjadi wajah dari upaya Presiden Donald Trump untuk menghukum apa yang disebutnya protes kampus antisemit dan "anti-Amerika". Dalam penangkapan pertama yang diketahui publik atas tindakan keras itu, agen imigrasi federal membawa Khalil, seorang penduduk sah AS yang menikah dengan seorang warga negara Amerika, dari apartemennya pada hari Sabtu dan menahannya untuk kemungkinan deportasi.
Bagi Trump dan pemerintahannya, penangkapan Khalil merupakan langkah awal dalam kampanye untuk membersihkan negara itu dari mahasiswa asing yang dituduh membantu menjadikan kampus-kampus Amerika sebagai wilayah yang menakutkan bagi mahasiswa Yahudi.
Dan bagi sebagian orang yang pernah bekerja bersama mahasiswa pascasarjana berusia 30 tahun itu dalam protes dan di tempat lain, penangkapannya merupakan tindakan yang mengejutkan terhadap seseorang dengan pengalaman diplomatik yang ia bawa pada hari-hari demonstrasi yang menegangkan.
Khalil bekerja di sana dari sekitar tahun 2018 hingga 2022, mengelola dana beasiswa dan mendukung keterlibatan diplomatik Inggris dengan Suriah, kata Waller, seraya mencatat bahwa peran tersebut memerlukan pemeriksaan latar belakang yang ekstensif.
Mahasiswa pascasarjana jurusan hubungan internasional itu merupakan sosok tetap di dalam dan di sekitar perkemahan protes di kampus Manhattan, Columbia, yang bertindak sebagai juru bicara dan negosiator bagi para demonstran yang menyesalkan kampanye militer Israel di Gaza dan mendesak sekolah Ivy League itu untuk memutus hubungan keuangan dengan Israel dan perusahaan-perusahaan yang mendukung perang.
"Kami ingin terlihat," kata Khalil pada April lalu.
Sekarang, visibilitas itu telah membantunya menjadi wajah dari upaya Presiden Donald Trump untuk menghukum apa yang disebutnya protes kampus antisemit dan "anti-Amerika". Dalam penangkapan pertama yang diketahui publik atas tindakan keras itu, agen imigrasi federal membawa Khalil, seorang penduduk sah AS yang menikah dengan seorang warga negara Amerika, dari apartemennya pada hari Sabtu dan menahannya untuk kemungkinan deportasi.
Bagi Trump dan pemerintahannya, penangkapan Khalil merupakan langkah awal dalam kampanye untuk membersihkan negara itu dari mahasiswa asing yang dituduh membantu menjadikan kampus-kampus Amerika sebagai wilayah yang menakutkan bagi mahasiswa Yahudi.
Bagaimana Mahmoud Khalil Jadi Ikon Perjuangan Aktivis Pro-Palestina Melawan Trump?
1. Memperjuangkan Kebebasan Berbicara
Bagi para pembela hak-hak sipil dan pengacara Khalil, penahanannya merupakan serangan terhadap kebebasan berbicara dan upaya untuk menekan pandangan pro-Palestina.Dan bagi sebagian orang yang pernah bekerja bersama mahasiswa pascasarjana berusia 30 tahun itu dalam protes dan di tempat lain, penangkapannya merupakan tindakan yang mengejutkan terhadap seseorang dengan pengalaman diplomatik yang ia bawa pada hari-hari demonstrasi yang menegangkan.
2. Memiliki Jaringan yang Luas
"Anda tidak akan menemukan orang yang lebih baik atau lebih ramah untuk diajak bekerja sama. Ia penuh perhatian. Ia cerdas. Ia teliti," kata mantan diplomat Inggris Andrew Waller, seorang kolega Khalil dari kedutaan besar Inggris untuk Suriah yang berbasis di Beirut.Khalil bekerja di sana dari sekitar tahun 2018 hingga 2022, mengelola dana beasiswa dan mendukung keterlibatan diplomatik Inggris dengan Suriah, kata Waller, seraya mencatat bahwa peran tersebut memerlukan pemeriksaan latar belakang yang ekstensif.
Lihat Juga :
tulis komentar anda