Siapa John Ratcliffe? Calon Direktur CIA Pilihan Trump yang Agresif terhadap China dan Iran
Senin, 18 November 2024 - 16:45 WIB
WASHINGTON - Presiden terpilih AS Donald Trump mengumumkan bahwa John Ratcliffe, mantan anggota kongres Texas dan direktur intelijen nasional selama masa jabatan pertamanya, akan menjadi pilihannya untuk memimpin Badan Intelijen Pusat (CIA). Ratcliffe telah menjadi pendukung Trump dan dikenal atas karyanya di bidang intelijen dan keamanan nasional.
Trump memuji Ratcliffe di akun media sosialnya, menyebutnya sebagai "pejuang kebenaran dan kejujuran dengan publik Amerika." Selama menjabat sebagai direktur intelijen nasional, Ratcliffe menjabat sebagai penasihat utama Trump untuk masalah intelijen dan berperan dalam menjalankan agenda Trump.
Namun, Ratcliffe tidak selalu setuju dengan Trump dalam setiap isu. Sebagai direktur intelijen nasional, ia membuat beberapa keputusan secara independen, yang dapat membantu peluangnya untuk dikonfirmasi oleh Senat.
Melansir Business Standard, pencalonan Ratcliffe telah menerima pujian dari anggota parlemen utama. Perwakilan Mike Turner, ketua Komite Intelijen DPR, mengatakan Ratcliffe akan membantu mengatasi ancaman dari negara-negara seperti China, Rusia, Iran, dan Korea Utara.
Sebagai direktur intelijen nasional, Ratcliffe mengungkap upaya campur tangan asing, seperti upaya Iran untuk memengaruhi pemilih di Florida dan upaya China untuk melemahkan pemilihan kembali Trump tahun 2020. Ia juga menunjukkan upaya Rusia untuk merugikan kampanye Joe Biden. Fokusnya pada China sebagai ancaman yang berkembang memicu perdebatan dalam komunitas intelijen.
Trump memuji Ratcliffe di akun media sosialnya, menyebutnya sebagai "pejuang kebenaran dan kejujuran dengan publik Amerika." Selama menjabat sebagai direktur intelijen nasional, Ratcliffe menjabat sebagai penasihat utama Trump untuk masalah intelijen dan berperan dalam menjalankan agenda Trump.
Siapa John Ratcliffe? Calon Direktur CIA Pilihan Trump yang Agresif terhadap China dan Iran
1. Sekutu Kuat Trump
Sebagai anggota kongres, Ratcliffe adalah pembela Trump yang vokal. Ia membantu memimpin investigasi terhadap Hunter Biden, putra presiden, dan sering mengkritik penyelidikan terhadap campur tangan Rusia dalam kampanye pemilihan Trump tahun 2016. Dukungannya yang tak tergoyahkan telah menjadikannya salah satu sekutu Trump yang paling tepercaya.Namun, Ratcliffe tidak selalu setuju dengan Trump dalam setiap isu. Sebagai direktur intelijen nasional, ia membuat beberapa keputusan secara independen, yang dapat membantu peluangnya untuk dikonfirmasi oleh Senat.
2. Memiliki Peran Kunci dalam Intelijen
Jika dikonfirmasi, Ratcliffe akan memegang posisi yang kuat dalam membentuk intelijen AS. Sementara direktur CIA secara resmi melapor kepada Kantor Direktur Intelijen Nasional, peran tersebut membawa pengaruh yang signifikan, khususnya melalui pengendalian operasi rahasia dan pengawasan terhadap perwira intelijen senior di luar negeri. Trump telah lama memandang posisi tersebut sebagai salah satu yang paling penting dalam pemerintahannya.Melansir Business Standard, pencalonan Ratcliffe telah menerima pujian dari anggota parlemen utama. Perwakilan Mike Turner, ketua Komite Intelijen DPR, mengatakan Ratcliffe akan membantu mengatasi ancaman dari negara-negara seperti China, Rusia, Iran, dan Korea Utara.
3. Memiliki Masa Lalu yang Kontroversial
Ratcliffe menghadapi tantangan saat pertama kali dicalonkan menjadi direktur intelijen nasional. Para senator awalnya ragu untuk mengonfirmasinya, menganggapnya terlalu bias secara politik, dan ia menarik pencalonannya. Trump kemudian menunjuk Richard Grenell, pendukung setia dengan sedikit pengalaman intelijen, sebagai penjabat direktur. Saat nama Ratcliffe diajukan lagi, para senator menganggapnya sebagai pilihan yang lebih dapat diterima.Sebagai direktur intelijen nasional, Ratcliffe mengungkap upaya campur tangan asing, seperti upaya Iran untuk memengaruhi pemilih di Florida dan upaya China untuk melemahkan pemilihan kembali Trump tahun 2020. Ia juga menunjukkan upaya Rusia untuk merugikan kampanye Joe Biden. Fokusnya pada China sebagai ancaman yang berkembang memicu perdebatan dalam komunitas intelijen.
Baca Juga
tulis komentar anda