George Soros Sangat Sedih dengan Kemenangan Donald Trump, Berikut 4 Alasannya
Sabtu, 09 November 2024 - 22:05 WIB
WASHINGTON - Kepentingan finansial dan proyek politik 'dermawan' liberal George Soros, mantan investor dana lindung nilai yang beralih menjadi investor besar, mungkin akan bermasalah ketika Donald Trump kembali ke Ruang Oval, dengan dana kampanye puluhan juta, =dan bahkan keterlibatan dalam penuntutan Trump yang gagal menghentikan mantan presiden tersebut untuk kembali.
Langkah tersebut mungkin menandakan persiapan oleh keluarga Soros untuk membuat perubahan besar dalam cara kerajaan soft power mereka beroperasi dengan kembalinya Trump ke tampuk kekuasaan.
Selain uang, keluarga Soros menginvestasikan modal pribadi yang signifikan ke dalam kampanye melawan “Republik ala MAGA” pada tahun 2024. Pada musim semi tahun 2023, Alex Soros mengumumkan pengurangan drastis operasi OSF di Eropa Barat untuk fokus pada Ukraina, Moldova, Balkan Barat, dan Amerika Serikat, dengan upaya untuk menghentikan Trump menjadi prioritas utama.
Setelah Trump menang, Soros mendanai "gerakan perlawanan" anti-Trump, yang terwujud dalam protes jalanan, tantangan pengadilan terhadap agenda domestiknya, lobi rahasia terhadap anggota pemerintahannya, dukungan bagi anggota parlemen yang mempromosikan kebijakan luar negeri neoliberal, dan bahkan USD1 juta dalam bentuk uang tunai yang dihabiskan untuk berkas 'kolusi Trump-Rusia' yang terkenal dan telah dibantah.
Selama masa jabatan pertama Trump, Soros melobi raksasa teknologi untuk mengatur media sosial, mendanai kampanye untuk mendukung puluhan, jika tidak ratusan, jaksa dan hakim liberal, kandidat gubernur, calon anggota kongres, dan pejabat negara bagian dan lokal lainnya pada tahun 2018 dan 2020.
George Soros Sangat Sedih dengan Kemenangan Donald Trump, Berikut 4 Alasannya
1. Orientasi Lobi Soros Berubah
Bloomberg melaporkan bahwa Soros Fund Management berencana untuk menutup kantornya di Hong Kong sebagai bagian dari "reorganisasi administratif" yang mengejutkan setelah 14 tahun beroperasi.Langkah tersebut mungkin menandakan persiapan oleh keluarga Soros untuk membuat perubahan besar dalam cara kerajaan soft power mereka beroperasi dengan kembalinya Trump ke tampuk kekuasaan.
2. Sudah Menggelontorkan Jutaan Dolar
Kampanye oleh Soros serta pewaris tahta Alex untuk mempertahankan seorang Demokrat di Gedung Putih telah gagal membuahkan hasil, meskipun Soros' Fund for Policy Reform telah mentransfer USD60 juta ke Future Forward, sebuah super PAC pro-Demokrat. Itu di atas sumbangan USD15 juta oleh anak perusahaan Open Society Foundations pada tahun 2023.Selain uang, keluarga Soros menginvestasikan modal pribadi yang signifikan ke dalam kampanye melawan “Republik ala MAGA” pada tahun 2024. Pada musim semi tahun 2023, Alex Soros mengumumkan pengurangan drastis operasi OSF di Eropa Barat untuk fokus pada Ukraina, Moldova, Balkan Barat, dan Amerika Serikat, dengan upaya untuk menghentikan Trump menjadi prioritas utama.
3. Sangat Tidak Setuju dengan Kebijakan America First
Melansir Sputnik, George Soros pertama kali membunyikan alarm atas kebijakan luar negeri Trump yang mengusung prinsip “America First” pada tahun 2016, ketika ia menggelontorkan jutaan dolar ke dalam kampanye presiden Hillary Clinton tetapi gagal melihat kandidat pilihannya terpilih.Setelah Trump menang, Soros mendanai "gerakan perlawanan" anti-Trump, yang terwujud dalam protes jalanan, tantangan pengadilan terhadap agenda domestiknya, lobi rahasia terhadap anggota pemerintahannya, dukungan bagi anggota parlemen yang mempromosikan kebijakan luar negeri neoliberal, dan bahkan USD1 juta dalam bentuk uang tunai yang dihabiskan untuk berkas 'kolusi Trump-Rusia' yang terkenal dan telah dibantah.
Selama masa jabatan pertama Trump, Soros melobi raksasa teknologi untuk mengatur media sosial, mendanai kampanye untuk mendukung puluhan, jika tidak ratusan, jaksa dan hakim liberal, kandidat gubernur, calon anggota kongres, dan pejabat negara bagian dan lokal lainnya pada tahun 2018 dan 2020.
tulis komentar anda