Rusia Tegaskan Hanya Satu Hal yang Bisa Bawa Perdamaian di Timur Tengah
Sabtu, 02 November 2024 - 10:12 WIB
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan konflik di Timur Tengah hanya dapat diselesaikan dengan menghentikan kekerasan dan menciptakan kondisi untuk pembentukan negara Palestina yang merdeka.
"Tidak akan ada pemenang dalam perang yang sedang berlangsung,” tegas Lavrov pada Jumat (1/11/2024).
Dalam wawancara dengan harian Turki Hurriyet, Lavrov mengatakan kita melihat spiral kekerasan yang semakin dalam di Timur Tengah dan semakin banyak negara yang ditarik ke dalam "pusaran konfrontasi."
Israel dan Hizbullah yang berbasis di Lebanon telah saling serang selama setahun terakhir karena Hizbullah telah mendukung perjuangan Palestina mengingat operasi militer Zionis terhadap Hamas.
Rezim kolonialis Israel telah meningkatkan kampanyenya melawan kelompok pejuang Syiah tersebut, dengan melancarkan serangan terhadap target-target Hizbullah di Lebanon selatan.
Ketegangan antara Teheran dan Zionis juga meningkat sejak Israel melakukan serangkaian serangan terhadap target-target di Iran pekan lalu.
Serangan itu merupakan respons terhadap rentetan rudal yang ditembakkan Iran ke negara Yahudi tersebut pada bulan Oktober yang merupakan balasan atas pembunuhan para pemimpin Hizbullah dan komandan Iran.
Menteri Rusia telah mendesak kedua belah pihak menghentikan eskalasi lebih lanjut sebelum situasi menjadi tidak terkendali.
“Puluhan ribu warga Palestina yang tidak bersalah telah tewas di Gaza sejak pecahnya konflik dengan Israel, sementara di Lebanon jumlah korbannya mencapai ribuan,” papar dia.
Lavrov mencatat Rusia telah mengutuk pembunuhan para pemimpin politik Hamas dan Hizbullah, dengan memperingatkan hal itu dapat memperburuk situasi yang sudah tegang di wilayah tersebut dan merusak upaya mengakhiri perang di Gaza.
Diplomat tinggi tersebut mencatat, “Moskow sebelumnya telah mengusulkan agar Dewan Keamanan PBB memberikan penilaian atas pembunuhan tersebut, namun, karena perlawanan dari anggota Dewan Keamanan Barat, hal ini tidak mungkin dilakukan."
Moskow menyerukan penghentian permusuhan segera dan sedang melakukan upaya diplomatik untuk meredakan situasi, menurut Lavrov.
“Namun, perdamaian jangka panjang di kawasan itu hanya dapat terwujud melalui pembentukan negara Palestina yang merdeka di dalam batas-batas tahun 1967,” tegas menlu Rusia tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam pertemuan dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas awal tahun ini bahwa akar konflik Gaza adalah resolusi-resolusi PBB mengenai pembentukan negara Palestina yang merdeka telah diabaikan.
Saat ini negara Palestina diakui oleh 146 anggota PBB dan setengah dari G20, termasuk China, India, india, Meksiko, Brasil, Afrika Selatan, dan Turki.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berulang kali bersumpah tidak mengizinkan pembentukan negara Palestina yang berfungsi penuh.
Lihat Juga: Pejabat Israel Murka ICC Rilis Surat Perintah Penangkapan Netanyahu, Pakar Hukum Memujinya
"Tidak akan ada pemenang dalam perang yang sedang berlangsung,” tegas Lavrov pada Jumat (1/11/2024).
Dalam wawancara dengan harian Turki Hurriyet, Lavrov mengatakan kita melihat spiral kekerasan yang semakin dalam di Timur Tengah dan semakin banyak negara yang ditarik ke dalam "pusaran konfrontasi."
Israel dan Hizbullah yang berbasis di Lebanon telah saling serang selama setahun terakhir karena Hizbullah telah mendukung perjuangan Palestina mengingat operasi militer Zionis terhadap Hamas.
Rezim kolonialis Israel telah meningkatkan kampanyenya melawan kelompok pejuang Syiah tersebut, dengan melancarkan serangan terhadap target-target Hizbullah di Lebanon selatan.
Ketegangan antara Teheran dan Zionis juga meningkat sejak Israel melakukan serangkaian serangan terhadap target-target di Iran pekan lalu.
Serangan itu merupakan respons terhadap rentetan rudal yang ditembakkan Iran ke negara Yahudi tersebut pada bulan Oktober yang merupakan balasan atas pembunuhan para pemimpin Hizbullah dan komandan Iran.
Menteri Rusia telah mendesak kedua belah pihak menghentikan eskalasi lebih lanjut sebelum situasi menjadi tidak terkendali.
“Puluhan ribu warga Palestina yang tidak bersalah telah tewas di Gaza sejak pecahnya konflik dengan Israel, sementara di Lebanon jumlah korbannya mencapai ribuan,” papar dia.
Lavrov mencatat Rusia telah mengutuk pembunuhan para pemimpin politik Hamas dan Hizbullah, dengan memperingatkan hal itu dapat memperburuk situasi yang sudah tegang di wilayah tersebut dan merusak upaya mengakhiri perang di Gaza.
Diplomat tinggi tersebut mencatat, “Moskow sebelumnya telah mengusulkan agar Dewan Keamanan PBB memberikan penilaian atas pembunuhan tersebut, namun, karena perlawanan dari anggota Dewan Keamanan Barat, hal ini tidak mungkin dilakukan."
Moskow menyerukan penghentian permusuhan segera dan sedang melakukan upaya diplomatik untuk meredakan situasi, menurut Lavrov.
“Namun, perdamaian jangka panjang di kawasan itu hanya dapat terwujud melalui pembentukan negara Palestina yang merdeka di dalam batas-batas tahun 1967,” tegas menlu Rusia tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam pertemuan dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas awal tahun ini bahwa akar konflik Gaza adalah resolusi-resolusi PBB mengenai pembentukan negara Palestina yang merdeka telah diabaikan.
Saat ini negara Palestina diakui oleh 146 anggota PBB dan setengah dari G20, termasuk China, India, india, Meksiko, Brasil, Afrika Selatan, dan Turki.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berulang kali bersumpah tidak mengizinkan pembentukan negara Palestina yang berfungsi penuh.
Lihat Juga: Pejabat Israel Murka ICC Rilis Surat Perintah Penangkapan Netanyahu, Pakar Hukum Memujinya
(sya)
tulis komentar anda