AS Akui Kerahkan 1 Skuadron Jet Tempur F-16 Menjelang Israel Serang Iran
Minggu, 27 Oktober 2024 - 11:05 WIB
TEL AVIV - Amerika Serikat (AS) mengaku telah mengerahkan satu skuadron jet tempur F-16 ke Timur Tengah pada Jumat atau beberapa jam menjelang serangan udara Israel terhadap Iran.
"F-16 Angkatan Udara AS dari Skuadron Tempur ke-480 yang bermarkas di Pangkalan Udara Spangdahlem, Jerman, tiba di wilayah tanggung jawab Komando Pusat AS," kata Komando Pusat (CENTCOM) dalam sebuah pernyataan, yang dilansir Anadolu pada Sabtu.
CENTCOM tidak menyebutkan peran operasional F-16 yang dimaksud, tetapi menekankan misi mereka untuk memperkuat kehadiran AS di kawasan tersebut.
Seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa AS tidak ambil bagian dalam serangan luas dan presisi tersebut, namun mereka bekerja sama dengan pemerintah Israel untuk mendorong serangan berisiko rendah tanpa menimbulkan korban sipil.
"Dampaknya adalah respons pembelaan diri yang proporsional. Dampaknya adalah untuk mencegah serangan di masa mendatang dan menurunkan kemampuan Iran untuk melancarkan serangan di masa mendatang," kata pejabat itu.
Menurut laporan The New Arab, Minggu (27/10/2024), serangan tersebut menargetkan sekitar ibu kota Iran; Teheran, serta provinsi barat daya Khuzestan dan Ilam. Laporan yang mengutip media Israel itu juga menyebutkan serangan berlangsung beberapa jam dan melibatkan lebih dari 100 jet tempur Israel, termasuk pesawat siluman F-35, serta F-16, dan F-15.
Israel menggunakan rudal supersonik jarak jauh Rampage dan rudal udara-ke-permukaan jarak jauh generasi berikutnya; Rocks.
Gelombang serangan pertama ditujukan pada fasilitas radar dan pertahanan udara Iran, dengan fasilitas militer, rudal, dan pesawat nirawak menjadi sasaran pada gelombang kedua dan ketiga.
Jet tempur melakukan serangan dalam kelompok yang terdiri dari 25-30 unit, dalam apa yang dijuluki sebagai Operasi Hari Pertobatan. Pertahanan udara Israel dan Amerika Serikat (AS) dalam keadaan siaga tinggi, sementara 10 jet melakukan serangan terkoordinasi dan yang lainnya memberikan perlindungan.
Militer Iran awalnya mengumumkan bahwa dua tentara tewas dalam serangan tersebut. Namun, Tasnim News memperbarui jumlah korban tewas menjadi empat tentara.
Iran mengatakan bahwa sistem pertahanan udaranya berhasil menangkis serangan itu, sambil mengakui bahwa beberapa lokasi mengalami kerusakan terbatas.
Disebutkan bahwa unit radar Iran di provinsi perbatasan Ilam dan Khuzestan dan dekat ibu kota Teheran mengalami kerusakan "kecil dan tidak efektif" sebagai akibat dari agresi Israel. Semua unit radar telah diperbaiki atau sedang diservis ulang.
“Selama tindakan ilegal dan tidak sah ini, sejumlah besar rudal berhasil dilacak dan dideteksi dan pesawat musuh diblokir untuk memasuki wilayah udara negara ini,” kata Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran, sepert dikutip IRNA.
Iran juga mengumumkan penangguhan semua penerbangan di semua rute hingga pemberitahuan lebih lanjut, dan Irak segera menyusul. Beberapa jam kemudian, penerbangan beroperasi kembali.
"F-16 Angkatan Udara AS dari Skuadron Tempur ke-480 yang bermarkas di Pangkalan Udara Spangdahlem, Jerman, tiba di wilayah tanggung jawab Komando Pusat AS," kata Komando Pusat (CENTCOM) dalam sebuah pernyataan, yang dilansir Anadolu pada Sabtu.
CENTCOM tidak menyebutkan peran operasional F-16 yang dimaksud, tetapi menekankan misi mereka untuk memperkuat kehadiran AS di kawasan tersebut.
Baca Juga
Seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa AS tidak ambil bagian dalam serangan luas dan presisi tersebut, namun mereka bekerja sama dengan pemerintah Israel untuk mendorong serangan berisiko rendah tanpa menimbulkan korban sipil.
"Dampaknya adalah respons pembelaan diri yang proporsional. Dampaknya adalah untuk mencegah serangan di masa mendatang dan menurunkan kemampuan Iran untuk melancarkan serangan di masa mendatang," kata pejabat itu.
Menurut laporan The New Arab, Minggu (27/10/2024), serangan tersebut menargetkan sekitar ibu kota Iran; Teheran, serta provinsi barat daya Khuzestan dan Ilam. Laporan yang mengutip media Israel itu juga menyebutkan serangan berlangsung beberapa jam dan melibatkan lebih dari 100 jet tempur Israel, termasuk pesawat siluman F-35, serta F-16, dan F-15.
Israel menggunakan rudal supersonik jarak jauh Rampage dan rudal udara-ke-permukaan jarak jauh generasi berikutnya; Rocks.
Gelombang serangan pertama ditujukan pada fasilitas radar dan pertahanan udara Iran, dengan fasilitas militer, rudal, dan pesawat nirawak menjadi sasaran pada gelombang kedua dan ketiga.
Jet tempur melakukan serangan dalam kelompok yang terdiri dari 25-30 unit, dalam apa yang dijuluki sebagai Operasi Hari Pertobatan. Pertahanan udara Israel dan Amerika Serikat (AS) dalam keadaan siaga tinggi, sementara 10 jet melakukan serangan terkoordinasi dan yang lainnya memberikan perlindungan.
Militer Iran awalnya mengumumkan bahwa dua tentara tewas dalam serangan tersebut. Namun, Tasnim News memperbarui jumlah korban tewas menjadi empat tentara.
Iran mengatakan bahwa sistem pertahanan udaranya berhasil menangkis serangan itu, sambil mengakui bahwa beberapa lokasi mengalami kerusakan terbatas.
Disebutkan bahwa unit radar Iran di provinsi perbatasan Ilam dan Khuzestan dan dekat ibu kota Teheran mengalami kerusakan "kecil dan tidak efektif" sebagai akibat dari agresi Israel. Semua unit radar telah diperbaiki atau sedang diservis ulang.
“Selama tindakan ilegal dan tidak sah ini, sejumlah besar rudal berhasil dilacak dan dideteksi dan pesawat musuh diblokir untuk memasuki wilayah udara negara ini,” kata Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran, sepert dikutip IRNA.
Iran juga mengumumkan penangguhan semua penerbangan di semua rute hingga pemberitahuan lebih lanjut, dan Irak segera menyusul. Beberapa jam kemudian, penerbangan beroperasi kembali.
(mas)
tulis komentar anda