Profil Abdul Malik al-Houthi, Pembela Palestina dengan Rudal Gempur Israel
Senin, 07 Oktober 2024 - 14:53 WIB
JAKARTA - Abdul Malik al-Houthi, pemimpin gerakan Houthi, telah menjadi sosok sentral dalam perang saudara Yaman yang berkepanjangan. Di bawah kepemimpinannya, kelompok ini tampil sebagai pembela Gaza, Palestina, dengan berkali-kali menembakkan rudal ke Israel.
Bagi Zionis Israel, Houthi dianggap sebagai proksi Iran yang sangat menjengkelkan.
Ketika kelompok perlawanan Palestina; Hamas, meluncurkan Operasi Badai al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 ke Israel atau tepat setahun lalu, militer Zionis menginvasi Gaza secara brutal hingga hari ini. Lebih dari 40.000 warga Palestina di Gaza meninggal akibat serangan tanpa pandang bulu militer Zionis.
"Sikap kami mengenai dukungan berkelanjutan Yaman untuk garis depan perlawanan tetap kokoh dan tak tergoyahkan. Kami berusaha untuk memberikan dukungan yang lebih besar kepada bangsa Palestina. Kami berdiri di sisi semua saudara Muslim kami, pejuang perlawanan Hizbullah serta semua orang yang mencintai kebebasan di dunia,” kata al-Houthi dalam pidato yang disiarkan langsung dari Sana’a pada September lalu.
Atas nama membela Gaza, Houthi menyerang kapal Israel maupun yang berbisnis dengan pelabuhan Zionis. Siapa sangka, serangan yang intens ini berhasil membuat pelabuhan Eilat di Israel resmi bangkrut.
“Harus diakui bahwa pelabuhan tersebut dalam keadaan bangkrut,” kata Gideon Golber, CEO Pelabuhan Eilat.
“Hanya satu kapal yang tiba di sini dalam beberapa bulan terakhir. Orang-orang Yaman secara efektif telah memutus akses ke pelabuhan,” katanya lagi.
Selain bikin Pelabuhan Eilat bangkrut, Houthi juga beberapa kali menyerang wilayah Israel dengan rudal balistik. Hebatnya, rudal-rudal mereka sukses menembus sistem pertahanan Arrow hingga Iron Dome sekaligus.
Lahir dari keluarga Zaydi yang berpengaruh di wilayah Saada, Yaman utara, Abdul Malik al-Houthi mewarisi kepemimpinan gerakan Houthi setelah kematian pamannya, Hussein Badreddin al-Houthi, pada tahun 2004.
Lahir pada 22 Mei 1979, al-Houthi tak hanya tampil sebagai pemimpin kelompok milisi yang sukses. Dia bahkan tercatat sebagai tokoh Muslim berpengaruh, di mana situs The Muslim 500 menempatkannya pada urutan 27 sebagai tokoh Muslim paling berpengaruh di dunia.
Gerakan Houthi, yang mengakar pada sentimen keagamaan dan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat Yaman, semakin menguat di bawah kepemimpinan al-Houthi.
Dengan memanfaatkan isu-isu sosial, ekonomi, dan marginalisasi wilayah Saada, Houthi berhasil merekrut banyak pendukung. Strategi militer yang efektif, didukung oleh aliansi dengan kekuatan politik lainnya, memungkinkan Houthi untuk menguasai wilayah-wilayah penting di Yaman, termasuk Ibu Kota Sana'a pada tahun 2014.
Visi politik al-Houthi didasarkan pada ideologi Zaydi yang dipadukan dengan nasionalisme Yaman. Dia mengusung slogan "kemerdekaan, keadilan, dan pembangunan" untuk menarik dukungan rakyat.
Namun, upaya Houthi untuk membentuk pemerintahan yang inklusif seringkali terhambat oleh konflik dengan kekuatan-kekuatan politik lainnya, terutama koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi.
Houthi mengeklaim sebagai otoritas sah Yaman, di mana militer kelompok itu menyatakan diri sebagai Angkatan Bersenjata Yaman. Namun tetap saja komunitas internasional sampai saat ini masih mengakui pemerintah Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang didukung koalisi Arab Saudi sebagai pemerintah sah Yaman.
Bagi Zionis Israel, Houthi dianggap sebagai proksi Iran yang sangat menjengkelkan.
Ketika kelompok perlawanan Palestina; Hamas, meluncurkan Operasi Badai al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 ke Israel atau tepat setahun lalu, militer Zionis menginvasi Gaza secara brutal hingga hari ini. Lebih dari 40.000 warga Palestina di Gaza meninggal akibat serangan tanpa pandang bulu militer Zionis.
"Sikap kami mengenai dukungan berkelanjutan Yaman untuk garis depan perlawanan tetap kokoh dan tak tergoyahkan. Kami berusaha untuk memberikan dukungan yang lebih besar kepada bangsa Palestina. Kami berdiri di sisi semua saudara Muslim kami, pejuang perlawanan Hizbullah serta semua orang yang mencintai kebebasan di dunia,” kata al-Houthi dalam pidato yang disiarkan langsung dari Sana’a pada September lalu.
Atas nama membela Gaza, Houthi menyerang kapal Israel maupun yang berbisnis dengan pelabuhan Zionis. Siapa sangka, serangan yang intens ini berhasil membuat pelabuhan Eilat di Israel resmi bangkrut.
“Harus diakui bahwa pelabuhan tersebut dalam keadaan bangkrut,” kata Gideon Golber, CEO Pelabuhan Eilat.
“Hanya satu kapal yang tiba di sini dalam beberapa bulan terakhir. Orang-orang Yaman secara efektif telah memutus akses ke pelabuhan,” katanya lagi.
Selain bikin Pelabuhan Eilat bangkrut, Houthi juga beberapa kali menyerang wilayah Israel dengan rudal balistik. Hebatnya, rudal-rudal mereka sukses menembus sistem pertahanan Arrow hingga Iron Dome sekaligus.
Profil Abdul Malik al-Houthi
Lahir dari keluarga Zaydi yang berpengaruh di wilayah Saada, Yaman utara, Abdul Malik al-Houthi mewarisi kepemimpinan gerakan Houthi setelah kematian pamannya, Hussein Badreddin al-Houthi, pada tahun 2004.
Lahir pada 22 Mei 1979, al-Houthi tak hanya tampil sebagai pemimpin kelompok milisi yang sukses. Dia bahkan tercatat sebagai tokoh Muslim berpengaruh, di mana situs The Muslim 500 menempatkannya pada urutan 27 sebagai tokoh Muslim paling berpengaruh di dunia.
Gerakan Houthi, yang mengakar pada sentimen keagamaan dan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat Yaman, semakin menguat di bawah kepemimpinan al-Houthi.
Dengan memanfaatkan isu-isu sosial, ekonomi, dan marginalisasi wilayah Saada, Houthi berhasil merekrut banyak pendukung. Strategi militer yang efektif, didukung oleh aliansi dengan kekuatan politik lainnya, memungkinkan Houthi untuk menguasai wilayah-wilayah penting di Yaman, termasuk Ibu Kota Sana'a pada tahun 2014.
Visi politik al-Houthi didasarkan pada ideologi Zaydi yang dipadukan dengan nasionalisme Yaman. Dia mengusung slogan "kemerdekaan, keadilan, dan pembangunan" untuk menarik dukungan rakyat.
Namun, upaya Houthi untuk membentuk pemerintahan yang inklusif seringkali terhambat oleh konflik dengan kekuatan-kekuatan politik lainnya, terutama koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi.
Houthi mengeklaim sebagai otoritas sah Yaman, di mana militer kelompok itu menyatakan diri sebagai Angkatan Bersenjata Yaman. Namun tetap saja komunitas internasional sampai saat ini masih mengakui pemerintah Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang didukung koalisi Arab Saudi sebagai pemerintah sah Yaman.
(mas)
tulis komentar anda