Pinjaman China Semakin Menjebak Ekonomi Pakistan
Senin, 05 Agustus 2024 - 16:05 WIB
ISLAMABAD - Setelah Pakistan yang kekurangan uang mengamankan paket talangan baru senilai USD7 miliar dari Dana Moneter Internasional (IMF) bulan Juli, Islamabad memulai pembicaraan dengan Beijing untuk merestrukturisasi profil utang China senilai miliaran dolar.
Hal itu dilakukan Pakistan dalam upaya mereka melakukan reformasi ekonomi.
Di atas meja terdapat proposal untuk menunda setidaknya USD16 miliar utang sektor energi ke China, bersamaan dengan perpanjangan jangka waktu fasilitas pinjaman tunai senilai USD4 miliar karena menipisnya cadangan devisa.
Pekan lalu, Menteri Keuangan Pakistan Muhammad Aurangzeb berada di Beijing untuk menyampaikan proposal tentang perpanjangan jatuh tempo utang untuk sembilan pembangkit listrik yang dibangun oleh perusahaan China di bawah Koridor Ekonomi Pakistan China (CPEC) senilai miliaran dolar.
Pada hari Jumat, Perdana Menteri (PM) Pakistan Shehbaz Sharif mengatakan di rapat kabinet federal bahwa dia telah menulis surat kepada pemerintah China yang meminta penyusunan kembali profil utang, menurut laporan surat kabar Dawn.
Reprofiling utang berbeda dengan restrukturisasi utang karena jumlahnya tidak dipotong, melainkan tanggal jatuh tempo pembayaran diperpanjang.
Mengutip dari DW pada Senin (5/8/2024), Islamabad berada di bawah tekanan besar untuk merundingkan kembali perjanjian mahal dengan produsen listrik, terutama perusahaan China, untuk menurunkan harga listrik.
Sejak CPEC ditandatangani pada 2015 dan menjadi salah satu komponen terbesar Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) China, Beijing telah menggelontorkan miliaran dolar untuk mengembangkan infrastruktur di Pakistan.
Hal itu dilakukan Pakistan dalam upaya mereka melakukan reformasi ekonomi.
Di atas meja terdapat proposal untuk menunda setidaknya USD16 miliar utang sektor energi ke China, bersamaan dengan perpanjangan jangka waktu fasilitas pinjaman tunai senilai USD4 miliar karena menipisnya cadangan devisa.
Pekan lalu, Menteri Keuangan Pakistan Muhammad Aurangzeb berada di Beijing untuk menyampaikan proposal tentang perpanjangan jatuh tempo utang untuk sembilan pembangkit listrik yang dibangun oleh perusahaan China di bawah Koridor Ekonomi Pakistan China (CPEC) senilai miliaran dolar.
Pada hari Jumat, Perdana Menteri (PM) Pakistan Shehbaz Sharif mengatakan di rapat kabinet federal bahwa dia telah menulis surat kepada pemerintah China yang meminta penyusunan kembali profil utang, menurut laporan surat kabar Dawn.
Reprofiling utang berbeda dengan restrukturisasi utang karena jumlahnya tidak dipotong, melainkan tanggal jatuh tempo pembayaran diperpanjang.
Mengutip dari DW pada Senin (5/8/2024), Islamabad berada di bawah tekanan besar untuk merundingkan kembali perjanjian mahal dengan produsen listrik, terutama perusahaan China, untuk menurunkan harga listrik.
Sejak CPEC ditandatangani pada 2015 dan menjadi salah satu komponen terbesar Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) China, Beijing telah menggelontorkan miliaran dolar untuk mengembangkan infrastruktur di Pakistan.
tulis komentar anda