Kengerian Pembantaian oleh Israel di Rafah: Anak Tanpa Kepala, Jasad-jasad Hangus

Selasa, 28 Mei 2024 - 09:04 WIB
Anak-anak Palestina melihat kerusakan di lokasi serangan Israel di kamp pengungsi di Rafah pada 27 Mei 2024. Foto/REUTERS/Mohammed Salem
RAFAH - Setelah matahari terbit, orang-orang yang selamat dari pemboman Israel di kamp pengungsi Rafah kembali untuk melihat kerusakan yang terjadi.

Anak-anak mengintip melalui jendela mobil yang berlubang, para pria mengais puing-puing yang terbakar, dan para jurnalis mengambil foto kaleng-kaleng makanan yang menghitam.

Sekitar 12 jam sebelumnya, keluarga-keluarga Palestina berada di dalam tenda-tenda tersebut, yang terbakar setelah militer Israel mengebom perkemahan yang terletak di barat laut Rafah.

Banyak yang baru selesai salat Isya’, ada yang tertidur, dan ada pula yang sekadar berkumpul bersama keluarga.

“Kami sedang duduk dengan tenang ketika tiba-tiba mendengar ledakan,” ujar Layan al-Fayoum, salah satu korban selamat dari serangan tersebut.



“Itu sangat mendadak. Bom-bom itu jatuh tanpa peringatan,” papar dia.

Remaja muda itu keluar dari tendanya untuk melihat apa yang terjadi dan dikejutkan oleh api besar yang melanda lokasi tersebut.

“Apinya sangat besar,” ungkap dia kepada Middle East Eye.



“Kami melihat tenda-tenda terbakar dan kemudian kami harus mengumpulkan anggota tubuh yang terpotong-potong dan anak-anak yang mati,” ujar dia.

Penyerangan terjadi sekitar pukul 10 malam waktu setempat. Jet Israel menjatuhkan bom di kamp pengungsi darurat tersebut, menyebabkan kebakaran yang menghanguskan sekitar 14 tenda, menurut seorang saksi mata.

Kamp tersebut terletak di “zona kemanusiaan” yang ditetapkan Israel di dekat fasilitas penyimpanan PBB, menurut analisis Al Jazeera Arab.

Menteri Kesehatan Palestina mengatakan 45 orang tewas dalam serangan itu. Sebanyak 249 orang lainnya terluka, beberapa di antaranya luka parah, termasuk orang-orang yang mengalami luka bakar parah dan anggota tubuh yang patah.

Para pejabat kesehatan mengatakan mereka kewalahan dengan jumlah dan jenis korban luka, karena hanya satu rumah sakit yang beroperasi di Rafah akibat penghancuran sistem kesehatan yang dilakukan Israel di Gaza.

Para responden pertama menggambarkan tantangan serupa karena 80% kemampuan pertahanan sipil Palestina telah hancur sejak 7 Oktober.

Hal ini terlihat setelah pengeboman, ketika petugas pemadam kebakaran, paramedis, dan warga berjuang memadamkan api.

Situasi kacau pun terjadi, dengan para korban selamat yang panik berlari mencari keselamatan di tengah-tengah tubuh yang hangus ketika seorang pria menggendong seorang anak tanpa kepala dan seorang petugas medis menggendong seorang lainnya dengan otaknya yang pecah.

“Saya keluar dari tenda dan melihat api di mana-mana,” ungkap Mohammad Abo Sebah, seorang saksi mata.

“Seorang gadis muda berteriak, jadi kami membantunya dan saudara laki-lakinya yang sudah dewasa. Ketika kami kembali, perkemahan itu hancur total,” papar dia.

Butuh sekitar 11 truk pemadam kebakaran antara satu dan dua jam untuk akhirnya menghentikan api, menurut al-Fayoum.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More