Pentagon Ungkap Target Ukraina untuk Rudal Jarak Jauh ATACMS
Jum'at, 26 April 2024 - 15:01 WIB
WASHINGTON - Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat yang dipasok Amerika Serikat (AS), yang dikenal sebagai ATACMS, memungkinkan pasukan Ukraina menargetkan semenanjung Krimea Rusia “dengan lebih efektif”.
Kabar itu diungkap New York Times (NYT), mengutip para pejabat senior Pentagon.
Washington secara diam-diam mengirimkan ATACMS jarak jauh dalam jumlah yang tidak ditentukan kepada Kiev bulan lalu.
Meski demikian, para pejabat AS baru mengkonfirmasi awal pekan ini, setelah beberapa media mengklaim Kiev telah mulai menggunakan senjata tersebut terhadap sasaran-sasaran Rusia yang berada jauh di belakang garis depan.
“Tujuan memasok rudal jarak jauh ke Ukraina adalah untuk memberikan tekanan lebih besar terhadap Krimea, di mana, saat ini, Rusia memiliki tempat berlindung yang relatif aman,” tulis NYT pada Kamis (25/4/2024), mengutip seorang pejabat pertahanan AS yang tidak disebutkan namanya.
AS mengirimkan rudal ATACMS, yang diyakini memiliki jangkauan hingga 300 kilometer, ke Ukraina sebagai bagian dari paket senjata senilai USD300 juta yang disetujui Presiden Joe Biden pada pertengahan Maret.
Pada Rabu, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengkonfirmasi pengiriman tersebut, namun para pejabat AS menolak mengomentari modifikasi pasti dan jangkauan senjata tersebut.
Pada pagi hari tanggal 17 April, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pasukannya telah menyerang satu pangkalan udara di Dzhankoy, Krimea, setelah laporan media menuduh Kiev menggunakan rudal tersebut untuk pertama kalinya dalam serangan di lapangan terbang sekitar 165 kilometer (103 mil) dari garis depan Ukraina. Kementerian Pertahanan Rusia belum mengomentari klaim tersebut.
Ukraina pertama kali menerima ATACMS kelas menengah pada September lalu. Namun, militer Rusia dengan cepat mulai menembak jatuh mereka, menggagalkan rencana Zelensky merusak atau menghancurkan Jembatan Krimea.
Awal bulan ini, Zelensky menegaskan kembali bahwa dia dan pemerintahannya “benar-benar ingin menghancurkan infrastruktur Rusia,” termasuk Jembatan Krimea.
“Saya pikir waktunya sudah tepat, dan bos (Biden) membuat keputusan bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan bantuan ini berdasarkan situasi pertarungan saat ini,” papar Wakil Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Laksamana Christopher Grady pada AP, Rabu.
Dia menjelaskan, “Saya pikir itu adalah keputusan yang dipertimbangkan dengan sangat baik, dan kami benar-benar membutuhkannya.”
“Pengiriman rudal jarak jauh ke Kiev tidak mungkin dibenarkan,” tegas Duta Besar Rusia untuk Washington Anatoly Antonov pada hari Kamis.
“Langkah Washington meningkatkan ancaman terhadap keamanan Krimea, termasuk Sevastopol, wilayah baru Rusia, dan kota-kota Rusia lainnya,” ungkap dia.
Krimea memberikan suara terbanyak untuk bergabung dengan Federasi Rusia pada tahun 2014, enam dekade setelah semenanjung Rusia itu dipindahkan ke Republik Sosialis Soviet Ukraina melalui keputusan administratif Perdana Menteri Soviet Nikita Kruschev.
Pada September 2022, empat wilayah bekas Ukraina yakni Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, Kherson, dan Zaporozhye juga diterima di Federasi Rusia setelah referendum serupa.
Kiev menyatakan referendum tersebut “palsu” dan telah mendorong “formula perdamaian” mereka sendiri yang mana Rusia akan menarik pasukannya tidak hanya dari empat wilayah tersebut tetapi juga dari Krimea sebelum perundingan damai dapat dimulai.
Kabar itu diungkap New York Times (NYT), mengutip para pejabat senior Pentagon.
Washington secara diam-diam mengirimkan ATACMS jarak jauh dalam jumlah yang tidak ditentukan kepada Kiev bulan lalu.
Meski demikian, para pejabat AS baru mengkonfirmasi awal pekan ini, setelah beberapa media mengklaim Kiev telah mulai menggunakan senjata tersebut terhadap sasaran-sasaran Rusia yang berada jauh di belakang garis depan.
“Tujuan memasok rudal jarak jauh ke Ukraina adalah untuk memberikan tekanan lebih besar terhadap Krimea, di mana, saat ini, Rusia memiliki tempat berlindung yang relatif aman,” tulis NYT pada Kamis (25/4/2024), mengutip seorang pejabat pertahanan AS yang tidak disebutkan namanya.
AS mengirimkan rudal ATACMS, yang diyakini memiliki jangkauan hingga 300 kilometer, ke Ukraina sebagai bagian dari paket senjata senilai USD300 juta yang disetujui Presiden Joe Biden pada pertengahan Maret.
Pada Rabu, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengkonfirmasi pengiriman tersebut, namun para pejabat AS menolak mengomentari modifikasi pasti dan jangkauan senjata tersebut.
Pada pagi hari tanggal 17 April, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pasukannya telah menyerang satu pangkalan udara di Dzhankoy, Krimea, setelah laporan media menuduh Kiev menggunakan rudal tersebut untuk pertama kalinya dalam serangan di lapangan terbang sekitar 165 kilometer (103 mil) dari garis depan Ukraina. Kementerian Pertahanan Rusia belum mengomentari klaim tersebut.
Ukraina pertama kali menerima ATACMS kelas menengah pada September lalu. Namun, militer Rusia dengan cepat mulai menembak jatuh mereka, menggagalkan rencana Zelensky merusak atau menghancurkan Jembatan Krimea.
Awal bulan ini, Zelensky menegaskan kembali bahwa dia dan pemerintahannya “benar-benar ingin menghancurkan infrastruktur Rusia,” termasuk Jembatan Krimea.
“Saya pikir waktunya sudah tepat, dan bos (Biden) membuat keputusan bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan bantuan ini berdasarkan situasi pertarungan saat ini,” papar Wakil Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Laksamana Christopher Grady pada AP, Rabu.
Dia menjelaskan, “Saya pikir itu adalah keputusan yang dipertimbangkan dengan sangat baik, dan kami benar-benar membutuhkannya.”
“Pengiriman rudal jarak jauh ke Kiev tidak mungkin dibenarkan,” tegas Duta Besar Rusia untuk Washington Anatoly Antonov pada hari Kamis.
“Langkah Washington meningkatkan ancaman terhadap keamanan Krimea, termasuk Sevastopol, wilayah baru Rusia, dan kota-kota Rusia lainnya,” ungkap dia.
Krimea memberikan suara terbanyak untuk bergabung dengan Federasi Rusia pada tahun 2014, enam dekade setelah semenanjung Rusia itu dipindahkan ke Republik Sosialis Soviet Ukraina melalui keputusan administratif Perdana Menteri Soviet Nikita Kruschev.
Pada September 2022, empat wilayah bekas Ukraina yakni Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, Kherson, dan Zaporozhye juga diterima di Federasi Rusia setelah referendum serupa.
Kiev menyatakan referendum tersebut “palsu” dan telah mendorong “formula perdamaian” mereka sendiri yang mana Rusia akan menarik pasukannya tidak hanya dari empat wilayah tersebut tetapi juga dari Krimea sebelum perundingan damai dapat dimulai.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda