Miliarder Investor TikTok Jeff Yass Diduga Danai Kelompok Anti-Muslim dan Pro-Israel

Kamis, 25 April 2024 - 12:39 WIB
Jeff Yass, miliarder donor utama Partai Republik AS yang juga investor TikTok diduga danai kelompok anti-Muslim dan pro-Israel. Foto/Eddie Malluk via The Guardian
WASHINGTON - Jeff Yass, miliarder donor utama dari Partai Republik Amerika Serikat (AS) yang juga investor TikTok, diduga mendanai kelompok anti-Muslim dan pro-Israel yang mendukung perang AS melawan Iran.

Laporan investigasi The Guardian dan Responsible Statecraft, Kamis (25/4/2024)mengungkap bahwa sang miliarder terkait dengan pendanaan senilai lebih dari USD16 juta untuk kelompok pendukung kebijakan militeristik AS di Timur Tengah tersebut.

Laporan tentang Yass, miliarder salah satu pendiri Susquehanna International Group—sebuah perusahaan perdagangan dan teknologi—selama ini berfokus pada perannya yang sangat besar di Partai Republik, di mana dia kini menjadi donor politik terbesar dalam siklus pemilu 2024 dan berkontribusi USD46 juta sejauh ini.

Yass juga muncul sebagai pemberi dana terbesar bagi sebuah kelompok yang menargetkan politisi progresif Summer Lee dalam pemilihan pendahuluannya, menunjukkan minatnya untuk memengaruhi hasil pemilihan pendahuluan Partai Demokrat, bukan hanya dalam meningkatkan dukungan terhadap Partai Republik.





Namun hanya sedikit yang dilaporkan mengenai keterlibatannya dalam kelompok pendanaan yang mendukung kebijakan luar negeri AS yang pro-Israel, kebijakan AS yang agresif di Timur Tengah, dan dukungan terhadap para ahli teori yang oleh para ahli digambarkan sebagai kelompok konspirasi anti-Muslim yang ekstrem.

Filantropi Yass yang memimpin dalam bidang kebijakan luar negeri adalah USD7,9 juta yang disumbangkan ke Jerusalem Online University antara tahun 2014 hingga 2019 oleh kelompok pemberi hibah di mana dia pernah menjabat sebagai salah satu dari tiga direktur.

Investigasi Jewish Daily Forward terhadap kelompok tersebut pada tahun 2011 menemukan bahwa situs tersebut mempromosikan dirinya sebagai sumber materi pendidikan tentang Timur Tengah dan Israel, namun pesan sebenarnya dari situs tersebut jauh lebih bias.

“Di situs web dan materi promosinya, Jerusalem Online University hampir tidak menggambarkan dirinya sebagai pusat penyelidikan akademis yang netral,” tulis Jewish Daily Forward.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More