6 Kesalahan Kalkulasi Perang Iran dan Israel
Kamis, 18 April 2024 - 21:21 WIB
TEHERAN - Timur Tengah telah menantikan tanggapan Israel terhadap serangan Iran akhir pekan lalu karena momok konflik regional tampaknya semakin dekat dari sebelumnya.
Kekhawatiran tersebut kian bertambah dan berkurang sejak perang di Gaza dimulai pada bulan Oktober karena adanya ketakutan bahwa hal tersebut akan berkembang menjadi perang regional, yang akan menyeret Iran dan sekutu-sekutunya serta negara-negara Barat seperti Amerika Serikat.
Foto/AP
Dalam enam bulan berikutnya, terjadi kekerasan di Timur Tengah yang lebih luas dengan serangan balasan antara Israel dan pasukan yang didukung Iran, terutama kelompok Hizbullah di Lebanon.
Serangan-serangan ini mengikuti pola yang teratur dan setiap insiden kekerasan menandai peningkatan yang lambat pada anak tangga eskalasi.
Rudal dan drone ditembakkan semakin dalam ke Lebanon dan Israel, namun masing-masing pihak berhati-hati untuk meningkatkan jarak tersebut secara bertahap dan memilih target dengan hati-hati.
Melansir Al Jazeera, Israel lebih berani, seringkali menjadi pihak yang memperluas batas “garis merah”, mungkin untuk membuat Hizbullah menyerang dengan cara yang memberi Israel alasan untuk melakukan pemboman yang lebih besar terhadap Lebanon.
Sejauh ini, meski beberapa komandan senior Hizbullah telah terbunuh, kelompok tersebut menahan diri untuk tidak menggunakan rudal jarak jauhnya.
Kekhawatiran tersebut kian bertambah dan berkurang sejak perang di Gaza dimulai pada bulan Oktober karena adanya ketakutan bahwa hal tersebut akan berkembang menjadi perang regional, yang akan menyeret Iran dan sekutu-sekutunya serta negara-negara Barat seperti Amerika Serikat.
6 Kesalahan Kalkulasi Perang Iran dan Israel
1. Dipicu Konflik Gaza
Foto/AP
Dalam enam bulan berikutnya, terjadi kekerasan di Timur Tengah yang lebih luas dengan serangan balasan antara Israel dan pasukan yang didukung Iran, terutama kelompok Hizbullah di Lebanon.
Serangan-serangan ini mengikuti pola yang teratur dan setiap insiden kekerasan menandai peningkatan yang lambat pada anak tangga eskalasi.
Rudal dan drone ditembakkan semakin dalam ke Lebanon dan Israel, namun masing-masing pihak berhati-hati untuk meningkatkan jarak tersebut secara bertahap dan memilih target dengan hati-hati.
Melansir Al Jazeera, Israel lebih berani, seringkali menjadi pihak yang memperluas batas “garis merah”, mungkin untuk membuat Hizbullah menyerang dengan cara yang memberi Israel alasan untuk melakukan pemboman yang lebih besar terhadap Lebanon.
Sejauh ini, meski beberapa komandan senior Hizbullah telah terbunuh, kelompok tersebut menahan diri untuk tidak menggunakan rudal jarak jauhnya.
tulis komentar anda