7 Dilema Suksesi Ayatollah Khamenei yang Membayangi Pemilu Iran
Minggu, 03 Maret 2024 - 23:23 WIB
TEHERAN - Pada tanggal 1 Maret, rakyat Iran akan memberikan suara dalam dua pemilu paralel: untuk parlemen negara tersebut, atau Majelis Permusyawaratan Islam, dan badan ulama yang beranggotakan 88 orang di Majelis Ahli.
Pemilihan parlemen ini akan menguji cara pemerintah menangani perang Gaza dan merupakan pemilu pertama sejak protes nasional menyusul kematian Mahsa Amini.
Namun di Majelis Pakar, muncul pertanyaan yang lebih eksistensial: siapa yang akan mengambil alih posisi Pemimpin Tertinggi?
Foto/Reuters
Majelis Ahli bertugas memilih Pemimpin Tertinggi negara berikutnya ketika Ayatollah Khamenei yang berusia 81 tahun, yang menjabat posisi tersebut sejak tahun 1989, meninggal dunia.
“Pemilihan Majelis Ahli tahun ini berlangsung di bawah bayang-bayang suksesi kepemimpinan setelah Ayatollah Khamenei,” ujar Ali Alfoneh, Peneliti Senior di Arab Gulf States Institute, kepada The New Arab.
“Hal ini tidak hanya menjelaskan mengapa orang-orang seperti mantan Presiden Hassan Rouhani sangat tertarik untuk mendapatkan kursi di Majelis, namun juga mengapa Dewan Penjaga, yang mungkin berada di bawah bimbingan Khamenei, mendiskualifikasi kandidat seperti Rouhani dan elemen-elemen lain yang tidak diinginkan.”
Pemilihan parlemen ini akan menguji cara pemerintah menangani perang Gaza dan merupakan pemilu pertama sejak protes nasional menyusul kematian Mahsa Amini.
Namun di Majelis Pakar, muncul pertanyaan yang lebih eksistensial: siapa yang akan mengambil alih posisi Pemimpin Tertinggi?
7 Dilema Suksesi Ayatollah Khamenei yang Membayangi Pemilu Iran
1. Ayatollah Khamenei Sudah Berusia 81 Tahun
Foto/Reuters
Majelis Ahli bertugas memilih Pemimpin Tertinggi negara berikutnya ketika Ayatollah Khamenei yang berusia 81 tahun, yang menjabat posisi tersebut sejak tahun 1989, meninggal dunia.
“Pemilihan Majelis Ahli tahun ini berlangsung di bawah bayang-bayang suksesi kepemimpinan setelah Ayatollah Khamenei,” ujar Ali Alfoneh, Peneliti Senior di Arab Gulf States Institute, kepada The New Arab.
“Hal ini tidak hanya menjelaskan mengapa orang-orang seperti mantan Presiden Hassan Rouhani sangat tertarik untuk mendapatkan kursi di Majelis, namun juga mengapa Dewan Penjaga, yang mungkin berada di bawah bimbingan Khamenei, mendiskualifikasi kandidat seperti Rouhani dan elemen-elemen lain yang tidak diinginkan.”
Baca Juga
tulis komentar anda