Kanal Ben Gurion, Proyek Ambisius Israel setelah Mengusir Warga Gaza

Rabu, 21 Februari 2024 - 14:01 WIB
Kanal Ben Gurion akan dibangun dengan mengusir warga Palestina di Jalur Gaza. Foto/tnpscthervupettagam.com
GAZA - Israel dilaporkan memiliki rencana besar membangun kanal yang menghubungkan Laut Merah dan Laut Mediterania, yang disebut Kanal Ben Gurion.

Proyek ini dianggap sebagai salah satu motif utama di balik serangan brutal Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Saat ini Israel telah membunuh lebih dari 29.000 warga Palestina dan menghancurkan 85% infrastruktur sipil.

Apa sebenarnya Kanal Ben Gurion dan mengapa Gaza penting bagi Israel?

Sejarah dan Rencana Kanal Ben Gurion





Kanal Ben Gurion adalah ide lama yang berasal dari era 1960-an, ketika Israel mencari alternatif untuk Terusan Suez, jalur air buatan di Mesir yang menawarkan rute langsung antara Eropa dan Asia.

Terusan Suez sangat penting bagi perdagangan dan keamanan global, tetapi juga rentan terhadap konflik dan krisis.

Pada tahun 1956, Israel, Inggris, dan Prancis melancarkan Agresi Tripartit, invasi militer ke Mesir, setelah Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser menasionalisasi Terusan Suez. Meskipun invasi itu gagal, Israel tetap menginginkan akses ke jalur air strategis itu.

Nama Kanal Ben Gurion merujuk pada pendiri Israel, David Ben-Gurion, yang dikenal sebagai pemimpin Zionis yang kejam dan bertanggung jawab atas pengusiran massal warga Palestina dari tanah mereka.

Kanal Ben Gurion direncanakan akan melintasi Gurun Negev, yang dikendalikan Israel, dari ujung Teluk Aqaba, timur Laut Merah yang mencuat ke ujung selatan Israel dan barat daya Yordania, ke pantai Timur Mediterania.

Rute ini lebih dari 100 km lebih panjang daripada Terusan Suez, tetapi diharapkan dapat mengurangi biaya dan waktu perjalanan bagi kapal yang berlayar antara Eropa dan Asia.

Proyek Kanal Ben Gurion menghadapi banyak tantangan, baik teknis maupun politis. Secara teknis, proyek ini membutuhkan dana yang sangat besar, diperkirakan mencapai USD100 miliar, dan juga menghadapi masalah lingkungan, seperti dampak pada ekosistem Laut Mati dan Laut Merah.

Secara politis, proyek ini menimbulkan keberatan dari negara-negara tetangga, terutama Mesir, yang khawatir kehilangan pendapatan dari Terusan Suez dan juga merasa terancam oleh ambisi Israel.

Selain itu, proyek ini juga membutuhkan pengosongan wilayah Jalur Gaza, yang merupakan bagian dari tanah Palestina yang kini dikuasai Hamas.

Gaza: Wilayah yang Terkepung dan Dibombardir



Jalur Gaza adalah wilayah sempit yang berbatasan dengan Laut Mediterania, Mesir, dan Israel. Wilayah ini memiliki luas sekitar 365 km persegi dan dihuni sekitar 2 juta orang, sebagian besar pengungsi Palestina yang diusir dari tanah mereka oleh Israel.

Gaza adalah salah satu wilayah paling padat penduduk dan termiskin di dunia, dengan tingkat kemiskinan mencapai 53% dan tingkat pengangguran mencapai 49%, menurut Bank Dunia.

Sejak tahun 2007, Gaza telah berada di bawah blokade Israel, yang membatasi pergerakan orang dan barang keluar dan masuk wilayah tersebut.

Blokade ini telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah, dengan kekurangan makanan, air, listrik, obat-obatan, dan bahan bangunan.

Gaza juga sering menjadi sasaran serangan militer Israel, yang mengklaim sebagai tanggapan terhadap roket yang ditembakkan Hamas, gerakan perlawanan Palestina yang menguasai Gaza.

Serangan terbaru Israel terhadap Gaza menjadi genosida era modern yang dikecam dunia internasional. Tak hanya membunuh warga sipil, Israel berupaya mengosongkan wilayah itu demi kepentingan ekonomi dan politiknya sendiri.

Salah satu alasan di balik agresi Israel terhadap Gaza adalah untuk mengosongkan wilayah tersebut agar dapat membangun Kanal Ben Gurion.

Dengan menguasai Gaza dan mengusir warganya, Israel berharap dapat mewujudkan proyek ambisiusnya yang telah lama dicanangkan itu.

Kanal Ben Gurion akan memberi Israel keuntungan ekonomi dan strategis, serta mengubah dinamika geopolitik di kawasan tersebut.

Namun, proyek ini juga akan menambah penderitaan dan penindasan bagi rakyat Palestina, yang telah kehilangan tanah, hak, dan martabat mereka akibat pendudukan Israel secara ilegal.

(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More