Rusia Respons Keras Ancaman Latihan Perang NATO
Kamis, 01 Februari 2024 - 15:30 WIB
MOSKOW - Latihan perang NATO Steadfast Defender 2024 yang dimulai di Eropa pekan lalu menghadirkan ancaman terhadap keamanan nasional Rusia.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan itu pada Rabu (31/1/2024), seraya menekankan blok yang dipimpin Amerika Serikat (AS) adalah “instrumen konfrontasi.”
Latihan tersebut, yang disebut-sebut sebagai latihan terbesar NATO dalam beberapa dekade terakhir, dikatakan melibatkan sekitar 90.000 tentara dari seluruh 31 negara anggota serta Swedia dan akan berlangsung selama beberapa bulan dan berakhir pada bulan Mei, menurut Panglima Tertinggi Sekutu untuk Eropa NATO Christopher Cavoli.
Tercatat juga sekitar 1.100 kendaraan tempur, termasuk 133 tank dan 533 kendaraan tempur infanteri, serta lebih dari 50 kapal angkatan laut dan 80 helikopter, drone, dan jet tempur akan ambil bagian dalam latihan tersebut.
Mengomentari latihan perang tersebut, Peskov menekankan NATO selalu dimaksudkan sebagai “instrumen konfrontasi” yang dikendalikan Washington.
“Aliansi ini, pada kenyataannya, disusun, dibentuk, dikonfigurasikan, dan saat ini dikelola Amerika Serikat justru sebagai instrumen konfrontasi. Instrumen ini terus menjalankan perannya dan, tentu saja, ini merupakan ancaman bagi kami,” tegas juru bicara Kremlin.
Dia menambahkan Moskow akan terus mengambil tindakan yang sesuai sebagai tanggapannya, terutama ketika NATO terus memperluas infrastruktur militernya menuju perbatasan Rusia.
Peluncuran latihan militer NATO terjadi ketika sejumlah pejabat dari negara-negara anggotanya, termasuk Inggris, Jerman, dan Estonia, mendesak blok tersebut bersiap menghadapi konfrontasi militer skala penuh dengan Rusia dalam waktu dekat.
Mereka menyebut Moskow punya rencana menyerang Eropa dalam beberapa dekade mendatang.
Rusia dengan keras membantah tudingan tentang rencana tersebut dan menyebut klaim tersebut sebagai “hoax.”
Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan Moskow “tidak mempunyai kepentingan … secara geopolitik, ekonomi atau militer … untuk melancarkan perang melawan NATO” dan sebaliknya lebih memilih mengembangkan hubungan dengan blok yang dipimpin AS.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan itu pada Rabu (31/1/2024), seraya menekankan blok yang dipimpin Amerika Serikat (AS) adalah “instrumen konfrontasi.”
Latihan tersebut, yang disebut-sebut sebagai latihan terbesar NATO dalam beberapa dekade terakhir, dikatakan melibatkan sekitar 90.000 tentara dari seluruh 31 negara anggota serta Swedia dan akan berlangsung selama beberapa bulan dan berakhir pada bulan Mei, menurut Panglima Tertinggi Sekutu untuk Eropa NATO Christopher Cavoli.
Tercatat juga sekitar 1.100 kendaraan tempur, termasuk 133 tank dan 533 kendaraan tempur infanteri, serta lebih dari 50 kapal angkatan laut dan 80 helikopter, drone, dan jet tempur akan ambil bagian dalam latihan tersebut.
Mengomentari latihan perang tersebut, Peskov menekankan NATO selalu dimaksudkan sebagai “instrumen konfrontasi” yang dikendalikan Washington.
“Aliansi ini, pada kenyataannya, disusun, dibentuk, dikonfigurasikan, dan saat ini dikelola Amerika Serikat justru sebagai instrumen konfrontasi. Instrumen ini terus menjalankan perannya dan, tentu saja, ini merupakan ancaman bagi kami,” tegas juru bicara Kremlin.
Dia menambahkan Moskow akan terus mengambil tindakan yang sesuai sebagai tanggapannya, terutama ketika NATO terus memperluas infrastruktur militernya menuju perbatasan Rusia.
Peluncuran latihan militer NATO terjadi ketika sejumlah pejabat dari negara-negara anggotanya, termasuk Inggris, Jerman, dan Estonia, mendesak blok tersebut bersiap menghadapi konfrontasi militer skala penuh dengan Rusia dalam waktu dekat.
Mereka menyebut Moskow punya rencana menyerang Eropa dalam beberapa dekade mendatang.
Rusia dengan keras membantah tudingan tentang rencana tersebut dan menyebut klaim tersebut sebagai “hoax.”
Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan Moskow “tidak mempunyai kepentingan … secara geopolitik, ekonomi atau militer … untuk melancarkan perang melawan NATO” dan sebaliknya lebih memilih mengembangkan hubungan dengan blok yang dipimpin AS.
(sya)
tulis komentar anda