Doa dan Pesan Sang Ibu Arouri setelah Wakil Kepala Hamas Tewas Dibom Israel
Jum'at, 05 Januari 2024 - 20:30 WIB
BEIRUT - Saleh al-Arouri, wakil kepala biro politik Hamas, dibunuh pada Selasa (2/1/2024) oleh drone Israel saat berada di kantor di pinggiran selatan Beirut Barat, Lebanon.
Segera setelah berita kematiannya menyebar, protes spontan pecah di beberapa kota di Tepi Barat dan di desa kelahirannya, Aroura, yang terletak dekat Ramallah.
Para jurnalis segera menghubungi keluarga al-Arouri dan berhasil berbicara dengan ibunya yang berusia 82 tahun, Aisha.
Meski dilanda kesedihan, wanita tegar tersebut mengatakan kepada dunia betapa bangganya dia atas keputusan putranya yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk pembebasan Palestina.
“Semoga Allah meridhoi dia. Setiap kali seorang pemimpin meninggal, muncullah pemimpin baru dan menjadi lebih baik. Allah Maha Pemurah,” ungkap Aisha.
“Saya tidak bertemu dengannya (Saleh) selama 20 tahun atau lebih. Mereka mengasingkannya. Mereka memenjarakannya selama 15 tahun, membebaskannya, dan kemudian menangkapnya lagi. Mereka terus mengejarnya. 18 tahun dia habiskan di penjara. Mereka mengasingkannya ke Suriah, dari Suriah ke Turki, dari Turki ke Qatar, dan dari Qatar ke Lebanon,” papar wanita itu.
Sang ibu menutup percakapan dengan pesan yang kuat, “Namun, pendudukan Israel gagal total, mereka bangkrut di hadapan kekuatan Perlawanan.”
Kata-kata tegas Aisha bergema sebagai pesan kekuatan kepada semua pendukung dan pejuang yang mengambil sikap berani mengorbankan hidup mereka demi tujuan yang lebih besar.
Segera setelah berita kematiannya menyebar, protes spontan pecah di beberapa kota di Tepi Barat dan di desa kelahirannya, Aroura, yang terletak dekat Ramallah.
Pesan Sang Ibu
Para jurnalis segera menghubungi keluarga al-Arouri dan berhasil berbicara dengan ibunya yang berusia 82 tahun, Aisha.
Meski dilanda kesedihan, wanita tegar tersebut mengatakan kepada dunia betapa bangganya dia atas keputusan putranya yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk pembebasan Palestina.
“Semoga Allah meridhoi dia. Setiap kali seorang pemimpin meninggal, muncullah pemimpin baru dan menjadi lebih baik. Allah Maha Pemurah,” ungkap Aisha.
“Saya tidak bertemu dengannya (Saleh) selama 20 tahun atau lebih. Mereka mengasingkannya. Mereka memenjarakannya selama 15 tahun, membebaskannya, dan kemudian menangkapnya lagi. Mereka terus mengejarnya. 18 tahun dia habiskan di penjara. Mereka mengasingkannya ke Suriah, dari Suriah ke Turki, dari Turki ke Qatar, dan dari Qatar ke Lebanon,” papar wanita itu.
Sang ibu menutup percakapan dengan pesan yang kuat, “Namun, pendudukan Israel gagal total, mereka bangkrut di hadapan kekuatan Perlawanan.”
Kata-kata tegas Aisha bergema sebagai pesan kekuatan kepada semua pendukung dan pejuang yang mengambil sikap berani mengorbankan hidup mereka demi tujuan yang lebih besar.
tulis komentar anda