2 RS Terbesar Gaza Tutup Ketika Israel Terus Memburu Hamas
Senin, 13 November 2023 - 12:03 WIB
GAZA - Dua rumah sakit (RS) terbesar di Gaza, RS al-Shifa dan al-Quds, ditutup untuk pasien baru sejak Minggu (12/11/2023).
Itu terjadi karena pengeboman Israel di sekitar RS saat memburu milisi Hamas, ditambah kurangnya bahan bakar dan obat-obatan yang berarti lebih banyak bayi dan orang lain yang bisa meninggal.
Dua rumah sakit di wilayah utara Gaza itu telah diblokade oleh pasukan Israel dan hampir tidak mampu merawat mereka yang berada di dalamnya.
Israel mengatakan pihaknya sedang memburu milisi Hamas di wilayah tersebut dan rumah sakit harus dievakuasi.
Dalam pengumumannya, RS al-Shifa dan RS al-Quds mengatakan mereka menghentikan operasinya. Dengan semakin banyaknya orang yang terbunuh dan terluka setiap harinya. Tragisnya, setengah dari semua rumah sakit di wilayah tersebut kini tidak berfungsi, sehingga semakin sedikit pula tempat untuk menampung korban luka akibat perang.
“Anak saya terluka dan tidak ada satu pun rumah sakit yang bisa saya bawa sehingga dia bisa mendapatkan jahitan,” kata Ahmed al-Kahlout, yang melarikan diri ke selatan sesuai dengan seruan Israel karena khawatir tidak ada tempat yang aman di Gaza utara.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan WHO telah berhasil memulihkan komunikasi dengan para profesional kesehatan di RS al-Shifa. Menurutnya, situasinya "mengerikan dan berbahaya" dengan tembakan dan pengeboman yang terus-menerus memperburuk keadaan yang sudah kritis.
Lebih parahnya lagi, jumlah kematian pasien meningkat secara signifikan. ”Sayangnya, rumah sakit tersebut tidak lagi berfungsi sebagai rumah sakit,” katanya, seperti dikutip AFP, Senin (13/11/2023).
Itu terjadi karena pengeboman Israel di sekitar RS saat memburu milisi Hamas, ditambah kurangnya bahan bakar dan obat-obatan yang berarti lebih banyak bayi dan orang lain yang bisa meninggal.
Dua rumah sakit di wilayah utara Gaza itu telah diblokade oleh pasukan Israel dan hampir tidak mampu merawat mereka yang berada di dalamnya.
Israel mengatakan pihaknya sedang memburu milisi Hamas di wilayah tersebut dan rumah sakit harus dievakuasi.
Dalam pengumumannya, RS al-Shifa dan RS al-Quds mengatakan mereka menghentikan operasinya. Dengan semakin banyaknya orang yang terbunuh dan terluka setiap harinya. Tragisnya, setengah dari semua rumah sakit di wilayah tersebut kini tidak berfungsi, sehingga semakin sedikit pula tempat untuk menampung korban luka akibat perang.
“Anak saya terluka dan tidak ada satu pun rumah sakit yang bisa saya bawa sehingga dia bisa mendapatkan jahitan,” kata Ahmed al-Kahlout, yang melarikan diri ke selatan sesuai dengan seruan Israel karena khawatir tidak ada tempat yang aman di Gaza utara.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan WHO telah berhasil memulihkan komunikasi dengan para profesional kesehatan di RS al-Shifa. Menurutnya, situasinya "mengerikan dan berbahaya" dengan tembakan dan pengeboman yang terus-menerus memperburuk keadaan yang sudah kritis.
Lebih parahnya lagi, jumlah kematian pasien meningkat secara signifikan. ”Sayangnya, rumah sakit tersebut tidak lagi berfungsi sebagai rumah sakit,” katanya, seperti dikutip AFP, Senin (13/11/2023).
Lihat Juga :
tulis komentar anda