125 Orang Tewas dalam Ledakan Depot BBM di Nagorno-Karabakh
Rabu, 27 September 2023 - 05:30 WIB
NAGORNO KARABAKH - Sebanyak 125 orang tewas dalam ledakan pada Senin (25/9/2023) di depot bahan bakar di Nagorno-Karabakh, menurut laporan media Armenia pada Selasa.
Ledakan itu terjadi ketika puluhan ribu warga etnis Armenia meninggalkan wilayah tersebut menjelang pengambilalihan wilayah tersebut oleh Azerbaijan.
Jenazah 125 orang diangkut ke Armenia pada Senin, Pan Armenian News melaporkan, mengutip Menteri Kesehatan Anahit Avanesian.
Laporan awal setelah ledakan menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 29 orang, dengan hampir 300 orang terluka dan sejumlah orang lainnya hilang.
Terletak di jalan raya dekat ibu kota regional Stepanakert (dikenal sebagai Khankendi di Azerbaijan), depot bahan bakar tersebut meledak pada Senin ketika kerumunan orang mengantre untuk mengisi bahan bakar kendaraan mereka.
Rekaman video dari lokasi kejadian menunjukkan kerusakan yang meluas, dengan kepulan asap hitam berminyak yang tebal menjulang ke langit di atas fasilitas yang hancur tersebut.
Ledakan itu terjadi hampir sepekan setelah para pemimpin separatis di Nagorno-Karabakh menyerah kepada militer Azerbaijan menyusul serangan sepanjang hari yang oleh Baku disebut sebagai “tindakan kontra-terorisme.”
Berdasarkan ketentuan penyerahan wilayah, Nagorno-Karabakh akan dikembalikan ke kendali Azerbaijan, hampir tiga dekade setelah daerah kantong tersebut memperoleh status semi-kemerdekaan setelah perang antara Armenia dan Azerbaijan pada 1994.
Khawatir akan terjadinya pembersihan etnis di bawah kendali Baku, puluhan ribu etnis Armenia telah meninggalkan wilayah tersebut setelah gencatan senjata.
Hingga Selasa malam, 28.120 dari 120.000 warga Armenia di Nagorno-Karabakh atau hampir seperempat populasi provinsi tersebut telah memasuki Armenia, menurut pihak berwenang di Yerevan.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken meminta Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev memastikan hak asasi manusia penduduk Armenia di Nagorno-Karabakh dilindungi di bawah pemerintahannya.
Aliyev telah berjanji untuk melakukan hal tersebut, namun sebelumnya dia menyebut warga Aremen sebagai “bahkan tidak layak menjadi pelayan,” dan dianggap sebagai pelanggar hak asasi manusia oleh pengamat Barat.
Ledakan itu terjadi ketika puluhan ribu warga etnis Armenia meninggalkan wilayah tersebut menjelang pengambilalihan wilayah tersebut oleh Azerbaijan.
Jenazah 125 orang diangkut ke Armenia pada Senin, Pan Armenian News melaporkan, mengutip Menteri Kesehatan Anahit Avanesian.
Laporan awal setelah ledakan menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 29 orang, dengan hampir 300 orang terluka dan sejumlah orang lainnya hilang.
Terletak di jalan raya dekat ibu kota regional Stepanakert (dikenal sebagai Khankendi di Azerbaijan), depot bahan bakar tersebut meledak pada Senin ketika kerumunan orang mengantre untuk mengisi bahan bakar kendaraan mereka.
Rekaman video dari lokasi kejadian menunjukkan kerusakan yang meluas, dengan kepulan asap hitam berminyak yang tebal menjulang ke langit di atas fasilitas yang hancur tersebut.
Ledakan itu terjadi hampir sepekan setelah para pemimpin separatis di Nagorno-Karabakh menyerah kepada militer Azerbaijan menyusul serangan sepanjang hari yang oleh Baku disebut sebagai “tindakan kontra-terorisme.”
Berdasarkan ketentuan penyerahan wilayah, Nagorno-Karabakh akan dikembalikan ke kendali Azerbaijan, hampir tiga dekade setelah daerah kantong tersebut memperoleh status semi-kemerdekaan setelah perang antara Armenia dan Azerbaijan pada 1994.
Khawatir akan terjadinya pembersihan etnis di bawah kendali Baku, puluhan ribu etnis Armenia telah meninggalkan wilayah tersebut setelah gencatan senjata.
Hingga Selasa malam, 28.120 dari 120.000 warga Armenia di Nagorno-Karabakh atau hampir seperempat populasi provinsi tersebut telah memasuki Armenia, menurut pihak berwenang di Yerevan.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken meminta Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev memastikan hak asasi manusia penduduk Armenia di Nagorno-Karabakh dilindungi di bawah pemerintahannya.
Aliyev telah berjanji untuk melakukan hal tersebut, namun sebelumnya dia menyebut warga Aremen sebagai “bahkan tidak layak menjadi pelayan,” dan dianggap sebagai pelanggar hak asasi manusia oleh pengamat Barat.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda