Sayap Kanan Israel Gelar Pawai Bendera, Ketegangan Meningkat di Yerusalem, Tepi Barat dan Gaza
Kamis, 18 Mei 2023 - 18:15 WIB
YERUSALEM - Menjelang pawai "hari bendera" Yerusalem, ketegangan memuncak di seluruh wilayah pendudukan Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza sejak Rabu (17/5/2023).
Pawai bendera Israel itu seringkali disertai kekerasan brutal terhadap warga sipil Palestina.
Aksi provokasi semacam itu mengancam mengganggu kesepakatan gencatan senjata antara Jihad Islam Palestina dan Israel, di tengah kekhawatiran bentrokan kekerasan di Yerusalem.
Pawai Kamis sore (18/5/2023) adalah parade sayap kanan Israel tahunan yang merayakan penaklukan Yerusalem Timur pada tahun 1967 dan penjajahan selanjutnya, yang oleh pemerintah Israel disebut sebagai "penyatuan kembali" Yerusalem.
Pada Rabu, polisi Israel meningkatkan keamanan di Yerusalem Timur dan Kota Tua, dengan pos pemeriksaan militer didirikan di sepanjang jalan utama dan 3.000 personel dikerahkan untuk mengamankan rute pawai.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pemerintahnya tidak akan mengubah rute pawai kontroversial itu dan akan melewati Gerbang Damaskus dan Kota Tua.
Sumber Israel mengatakan tujuh menteri dan anggota Knesset yang tergabung dalam koalisi yang berkuasa akan bergabung dalam pawai, yang dipimpin Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir.
"Besok, dengan pertolongan Tuhan, kami akan merayakan Hari Yerusalem di ibu kota abadi kami," ujar Ben-Gvir.
Dia menjelaskan, “Kami telah mengerahkan penjaga kami untuk mengamankan pawai, dan besok Yerusalem akan diselimuti warna biru dan putih.”
Organisasi "Kuil" Yahudi dan kelompok pemukim dilaporkan berusaha merekrut lebih dari 5.000 pemukim untuk menyerbu halaman Masjid Al-Aqsa menjelang pawai provokatif.
Kepresidenan Palestina mengatakan keputusan untuk tidak mengalihkan pawai dari Kota Tua Yerusalem adalah provokasi yang disengaja.
Nabil Abu Rudeineh, juru bicara kepresidenan Palestina, mengatakan seruan dari ekstremis untuk menyerbu Masjid Al-Aqsa akan menyulut konflik di wilayah tersebut, dengan konsekuensi yang mengerikan.
Dia mengatakan pemerintah Israel bertanggung jawab penuh atas peningkatan ketegangan yang dapat menyebabkan ledakan kekerasan.
“Tindakan pemerintah menegaskan persetujuannya terhadap tuntutan ekstremis,” papar dia.
Dia meminta pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk mengubah kata-katanya menjadi tindakan dengan secara jelas dan terus terang mengutuk provokasi Israel semacam itu.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan pawai Kamis menegaskan bukti konklusif untuk membantu orang-orang di Israel dan dalam komunitas internasional memahami bahwa Yerusalem diduduki, tidak bersatu, dan tetap menjadi bagian integral dari Wilayah Pendudukan Palestina.
Sementara itu, ada seruan bagi warga Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza, Yerusalem dan di dalam wilayah Israel untuk mengibarkan bendera Palestina di semua lokasi yang memungkinkan, dan memajangnya secara online, sebagai tanggapan atas provokasi “hari bendera” Israel.
Khaled Al-Kurdi, seorang aktivis di Kota Tua Yerusalem, mengatakan kepada Arab News bahwa situasi di sana tegang dan polisi Israel memaksa sekitar 1.500 toko di Kota Tua dan di Gerbang Damaskus untuk ditutup.
“Situasinya gelisah karena semua ekstrem kanan Israel akan hadir di Kota Tua untuk memaksakan fait accompli bahwa mereka menguasai Yerusalem Timur,” ujar dia.
Sekitar 350.000 warga Palestina tinggal di Yerusalem Timur. Hazem Qassem, juru bicara Hamas, menggambarkan pawai itu sebagai hasutan dan mengatakan itu akan memaksa Hamas untuk menanggapi "upaya Israel untuk mengubah dan menegakkan identitas Yahudi di kota Yerusalem ... yang mencakup tempat suci Muslim dan Kristen."
Kamal Al-Khatib, wakil kepala Gerakan Islam di Israel, menyerukan pawai untuk dikonfrontasi dan agar Masjid Al-Aqsa dipertahankan dari upaya Yudaisasi (Yahudisasi) oleh para pemukim.
“Besok, Al-Aqsa akan terkena provokasi baru,” ungkap dia.
Shawky Allam, ulama senior dari Mesir, memperingatkan pawai dapat mengobarkan ketegangan dan menciptakan suasana konfrontasi.
Antara 100.000 dan 200.000 pemuda Yahudi Ortodoks diperkirakan ikut serta dalam pawai tersebut.
Tentara Israel telah memperkuat sistem pertahanan Iron Dome karena kekhawatiran akan serangan roket dari Jalur Gaza sebagai tanggapan atas pawai tersebut.
Gedung Putih mendesak warga Israel dan Palestina untuk tetap tenang dan menahan diri serta menghindari tindakan atau retorika apa pun seputar pawai yang dapat menyebabkan ketegangan meningkat.
Pawai bendera Israel itu seringkali disertai kekerasan brutal terhadap warga sipil Palestina.
Aksi provokasi semacam itu mengancam mengganggu kesepakatan gencatan senjata antara Jihad Islam Palestina dan Israel, di tengah kekhawatiran bentrokan kekerasan di Yerusalem.
Pawai Kamis sore (18/5/2023) adalah parade sayap kanan Israel tahunan yang merayakan penaklukan Yerusalem Timur pada tahun 1967 dan penjajahan selanjutnya, yang oleh pemerintah Israel disebut sebagai "penyatuan kembali" Yerusalem.
Pada Rabu, polisi Israel meningkatkan keamanan di Yerusalem Timur dan Kota Tua, dengan pos pemeriksaan militer didirikan di sepanjang jalan utama dan 3.000 personel dikerahkan untuk mengamankan rute pawai.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pemerintahnya tidak akan mengubah rute pawai kontroversial itu dan akan melewati Gerbang Damaskus dan Kota Tua.
Sumber Israel mengatakan tujuh menteri dan anggota Knesset yang tergabung dalam koalisi yang berkuasa akan bergabung dalam pawai, yang dipimpin Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir.
"Besok, dengan pertolongan Tuhan, kami akan merayakan Hari Yerusalem di ibu kota abadi kami," ujar Ben-Gvir.
Dia menjelaskan, “Kami telah mengerahkan penjaga kami untuk mengamankan pawai, dan besok Yerusalem akan diselimuti warna biru dan putih.”
Organisasi "Kuil" Yahudi dan kelompok pemukim dilaporkan berusaha merekrut lebih dari 5.000 pemukim untuk menyerbu halaman Masjid Al-Aqsa menjelang pawai provokatif.
Kepresidenan Palestina mengatakan keputusan untuk tidak mengalihkan pawai dari Kota Tua Yerusalem adalah provokasi yang disengaja.
Nabil Abu Rudeineh, juru bicara kepresidenan Palestina, mengatakan seruan dari ekstremis untuk menyerbu Masjid Al-Aqsa akan menyulut konflik di wilayah tersebut, dengan konsekuensi yang mengerikan.
Dia mengatakan pemerintah Israel bertanggung jawab penuh atas peningkatan ketegangan yang dapat menyebabkan ledakan kekerasan.
“Tindakan pemerintah menegaskan persetujuannya terhadap tuntutan ekstremis,” papar dia.
Dia meminta pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk mengubah kata-katanya menjadi tindakan dengan secara jelas dan terus terang mengutuk provokasi Israel semacam itu.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan pawai Kamis menegaskan bukti konklusif untuk membantu orang-orang di Israel dan dalam komunitas internasional memahami bahwa Yerusalem diduduki, tidak bersatu, dan tetap menjadi bagian integral dari Wilayah Pendudukan Palestina.
Sementara itu, ada seruan bagi warga Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza, Yerusalem dan di dalam wilayah Israel untuk mengibarkan bendera Palestina di semua lokasi yang memungkinkan, dan memajangnya secara online, sebagai tanggapan atas provokasi “hari bendera” Israel.
Khaled Al-Kurdi, seorang aktivis di Kota Tua Yerusalem, mengatakan kepada Arab News bahwa situasi di sana tegang dan polisi Israel memaksa sekitar 1.500 toko di Kota Tua dan di Gerbang Damaskus untuk ditutup.
“Situasinya gelisah karena semua ekstrem kanan Israel akan hadir di Kota Tua untuk memaksakan fait accompli bahwa mereka menguasai Yerusalem Timur,” ujar dia.
Sekitar 350.000 warga Palestina tinggal di Yerusalem Timur. Hazem Qassem, juru bicara Hamas, menggambarkan pawai itu sebagai hasutan dan mengatakan itu akan memaksa Hamas untuk menanggapi "upaya Israel untuk mengubah dan menegakkan identitas Yahudi di kota Yerusalem ... yang mencakup tempat suci Muslim dan Kristen."
Kamal Al-Khatib, wakil kepala Gerakan Islam di Israel, menyerukan pawai untuk dikonfrontasi dan agar Masjid Al-Aqsa dipertahankan dari upaya Yudaisasi (Yahudisasi) oleh para pemukim.
“Besok, Al-Aqsa akan terkena provokasi baru,” ungkap dia.
Shawky Allam, ulama senior dari Mesir, memperingatkan pawai dapat mengobarkan ketegangan dan menciptakan suasana konfrontasi.
Antara 100.000 dan 200.000 pemuda Yahudi Ortodoks diperkirakan ikut serta dalam pawai tersebut.
Tentara Israel telah memperkuat sistem pertahanan Iron Dome karena kekhawatiran akan serangan roket dari Jalur Gaza sebagai tanggapan atas pawai tersebut.
Gedung Putih mendesak warga Israel dan Palestina untuk tetap tenang dan menahan diri serta menghindari tindakan atau retorika apa pun seputar pawai yang dapat menyebabkan ketegangan meningkat.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda