Kekuatan Dunia Didesak Setop Sanksi pada Suriah, Iran, dan Venezuela
Rabu, 29 April 2020 - 09:01 WIB
JENEWA - Lembaga amal pengungsi mendesak kekuatan dunia menghentikan sanksi ekonomi pada berbagai negara termasuk Suriah, Iran dan Venezuela selama pandemi virus corona.
Berbagai sanksi itu dapat memperburuk kelaparan dan penderitaan warga miskin selama wabah.
Mantan kepala bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang kini memimpin Norwegian Refugee Council (NRC) Jan Egeland menyatakan meski sanksi dikecualikan untuk suplai medis dan pangan, grup bantuan masih kesulitan membantu warga yang rawan selama krisis kesehatan.
“Pesan utama saya ialah tsunami kemiskinan dan kelaparan yang muncul di tngah pandemi di banyak tempat miskin menjadi lebih buruk, saya piker, saya khawatirkan, dibandingkan virus itu,” tutur Egeland saat konferensi pers virtual di Jenewa.
Setelah melanda China, Eropa Barat dan Amerika Serikat (AS), infeksi dan korban meninggal akibat Covid-19 meningkat di Afrika, Eropa Timur, Amerika Latin dan beberapa negara Asia menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Kami meminta untuk pencabutan sanksi ekonomi pada seluruh orang, bangsa-bangsa,” kata Egeland yang merujuk pada sanksi AS dan Uni Eropa (UE) yang umumnya bertujuan membekukan perdagangan atau pembekuan aset.
“Saya tidak bicara mengenai sanksi yang menargetkan para elit atau pemimpin atau sanksi militer atau sanksi pada energy atom atau apapun. Sanksi pada Iran, Venezuela, Suriah dan tempat lain mungkin semua memiliki motif baik, tapi ini jelas membuat semakin sulit bagi kami untuk bekerja, melayani orang biasa pada era virus corona,” kata dia.
Di Suriah, sanksi menghalangi NRC mendapat software untuk program pendidikan anak online karena prosedur untuk pengecualian kemanusiaan seringkali terlalu lambat dan birokratis. (Baca Juga: Penelusuran Reuters: 2.212 Warga Indonesia Meninggal Bergejala Covid-19)
“Semua perusahaan swasta termasuk bank yang kami butuhkan untuk membantu kami melakukan pekerjaan kami di negara-negara itu berisiko dan menjadikan sulit bagi kami untuk bekerja,” papar dia.
Berbagai sanksi itu dapat memperburuk kelaparan dan penderitaan warga miskin selama wabah.
Mantan kepala bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang kini memimpin Norwegian Refugee Council (NRC) Jan Egeland menyatakan meski sanksi dikecualikan untuk suplai medis dan pangan, grup bantuan masih kesulitan membantu warga yang rawan selama krisis kesehatan.
“Pesan utama saya ialah tsunami kemiskinan dan kelaparan yang muncul di tngah pandemi di banyak tempat miskin menjadi lebih buruk, saya piker, saya khawatirkan, dibandingkan virus itu,” tutur Egeland saat konferensi pers virtual di Jenewa.
Setelah melanda China, Eropa Barat dan Amerika Serikat (AS), infeksi dan korban meninggal akibat Covid-19 meningkat di Afrika, Eropa Timur, Amerika Latin dan beberapa negara Asia menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Kami meminta untuk pencabutan sanksi ekonomi pada seluruh orang, bangsa-bangsa,” kata Egeland yang merujuk pada sanksi AS dan Uni Eropa (UE) yang umumnya bertujuan membekukan perdagangan atau pembekuan aset.
“Saya tidak bicara mengenai sanksi yang menargetkan para elit atau pemimpin atau sanksi militer atau sanksi pada energy atom atau apapun. Sanksi pada Iran, Venezuela, Suriah dan tempat lain mungkin semua memiliki motif baik, tapi ini jelas membuat semakin sulit bagi kami untuk bekerja, melayani orang biasa pada era virus corona,” kata dia.
Di Suriah, sanksi menghalangi NRC mendapat software untuk program pendidikan anak online karena prosedur untuk pengecualian kemanusiaan seringkali terlalu lambat dan birokratis. (Baca Juga: Penelusuran Reuters: 2.212 Warga Indonesia Meninggal Bergejala Covid-19)
“Semua perusahaan swasta termasuk bank yang kami butuhkan untuk membantu kami melakukan pekerjaan kami di negara-negara itu berisiko dan menjadikan sulit bagi kami untuk bekerja,” papar dia.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda