Jika China Menginvasi, Taiwan Gempur Beijing dengan Rudal Jelajah
Sabtu, 18 Juli 2020 - 07:37 WIB
TAIPEI - Jika China menarik pelatuk dan mengirim pasukannya mengalir melintasi Selat Taiwan , perang bisa berakhir dengan cepat. Roket-roket China dapat membuat pasukan Taiwan tunduk, membuka jalan bagi puluhan ribu marinir Beijing untuk bergegas ke daratan di barat daya Taiwan.
Itu adalah skenario terbaik untuk China. Skenario terburuknya adalah invasi terhenti di pulau Penghu yang jadi benteng di Taiwan, tempat Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) mengirimkan dua atau tiga kelompok tempur kapal induk dan perang berdarah bisa berlangsung selama berminggu-minggu.
Jika itu terjadi, Taiwan bisa melakukan lebih dari sekadar mempertahankan pulau dan pantainya. Taipei bisa menyerang balik China dengan persenjataan rudal jelajah supersonik jarak jauh yang bisa mencapai pedalaman di Beijing. Skenario perang itu dipaparkan beberapa lembaga kebijakan luar negeri di Amerika Serikat (AS) yang dilansir Forbes, Sabtu (18/7/2020). (Baca: Taiwan Tembakkan 2 Rudal, China Kirim Pesawat Perang )
Ada suatu masa, belum lama ini, ketika angkatan bersenjata Taiwan sama-sama canggih dengan China dan, dalam kategori-kategori utama seperti kapal perang bersenjata rudal, lebih banyak jumlahnya.
Ini terlepas dari jumlah penduduk China yang berjumlah lebih dari satu miliar lebih banyak daripada jumlah penduduk Taiwan yang sekitar 20 juta.
Reformasi China pada akhir 1990-an dan awal 2000-an membuka ekonomi negara itu. Dua dekade pertumbuhan eksplosif memicu modernisasi cepat militer China. Pada tahun 2020, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) memiliki lebih banyak kapal, pesawat, dan kendaraan yang lebih baik daripada yang dimiliki militer Taiwan.
Tidak dapat bersaing secara langsung dengan China, Taiwan telah menulis ulang strategi perangnya. Alih-alih memenuhi tantangan pesawat lawan pesawat, kapal lawan kapal, dan tank lawan tank China, militer Taiwan berencana untuk membiarkan China mendekat, kemudian melemparkan ribuan rudal ke arah mereka.
"Tujuan Taiwan adalah untuk mencegah dan menunda invasi potensial," papar Nuclear Threat Initiative (NTI), lembaga non-profit yang bermarkas di Washington, DC. (Baca: Jet-jet Tempur Su-30 China Serbu Langit Taiwan usai Pesawat AS Lewat )
Gudang persenjataan besar dan berkembang di Taiwan termasuk Stinger, Chaparral, Patriot, Tien Chien, dan rudal surface-to-air Tien Kung; rudal anti-tank Javelin, TOW dan Hellfire; serta rudal anti-kapal Harpoon dan Hsiung Feng.
Itu adalah skenario terbaik untuk China. Skenario terburuknya adalah invasi terhenti di pulau Penghu yang jadi benteng di Taiwan, tempat Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) mengirimkan dua atau tiga kelompok tempur kapal induk dan perang berdarah bisa berlangsung selama berminggu-minggu.
Jika itu terjadi, Taiwan bisa melakukan lebih dari sekadar mempertahankan pulau dan pantainya. Taipei bisa menyerang balik China dengan persenjataan rudal jelajah supersonik jarak jauh yang bisa mencapai pedalaman di Beijing. Skenario perang itu dipaparkan beberapa lembaga kebijakan luar negeri di Amerika Serikat (AS) yang dilansir Forbes, Sabtu (18/7/2020). (Baca: Taiwan Tembakkan 2 Rudal, China Kirim Pesawat Perang )
Ada suatu masa, belum lama ini, ketika angkatan bersenjata Taiwan sama-sama canggih dengan China dan, dalam kategori-kategori utama seperti kapal perang bersenjata rudal, lebih banyak jumlahnya.
Ini terlepas dari jumlah penduduk China yang berjumlah lebih dari satu miliar lebih banyak daripada jumlah penduduk Taiwan yang sekitar 20 juta.
Reformasi China pada akhir 1990-an dan awal 2000-an membuka ekonomi negara itu. Dua dekade pertumbuhan eksplosif memicu modernisasi cepat militer China. Pada tahun 2020, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) memiliki lebih banyak kapal, pesawat, dan kendaraan yang lebih baik daripada yang dimiliki militer Taiwan.
Tidak dapat bersaing secara langsung dengan China, Taiwan telah menulis ulang strategi perangnya. Alih-alih memenuhi tantangan pesawat lawan pesawat, kapal lawan kapal, dan tank lawan tank China, militer Taiwan berencana untuk membiarkan China mendekat, kemudian melemparkan ribuan rudal ke arah mereka.
"Tujuan Taiwan adalah untuk mencegah dan menunda invasi potensial," papar Nuclear Threat Initiative (NTI), lembaga non-profit yang bermarkas di Washington, DC. (Baca: Jet-jet Tempur Su-30 China Serbu Langit Taiwan usai Pesawat AS Lewat )
Gudang persenjataan besar dan berkembang di Taiwan termasuk Stinger, Chaparral, Patriot, Tien Chien, dan rudal surface-to-air Tien Kung; rudal anti-tank Javelin, TOW dan Hellfire; serta rudal anti-kapal Harpoon dan Hsiung Feng.
tulis komentar anda