Perwakilan RI Fasilitasi Repatriasi Mandiri 358 Mahasiswa dari Australia
Jum'at, 17 Juli 2020 - 20:48 WIB
SYDNEY - KBRI Canberra bersama seluruh Perwakilan RI se-Australia pada hari ini memfasilitasi kepulangan 163 mahasiswa Indonesia berikut keluarga, dari jumlah keseluruhan 358 peserta untuk kembali ke tanah air melalui program Repatriasi Mandiri.
Program ini juga merupakan hasil kolaborasi dengan Garuda Indonesia yang memberikan andil besar mensukseskan kegiatan.
Para mahasiswa peserta Repatriasi Mandiri diberangkatkan melalui tiga kota, yaitu Sydney, Melbourne, dan Perth dengan menumpang maskapai kebanggaan Indonesia dengan tujuan Bandara Soekarno-Hatta. Sebagian peserta akan melanjutkan perjananan ke kota lain sesuai tujuan masing-masing.
Program Repatriasi Mandiri ini merupakan inisiatif bersama antara para mahasiswa Indonesia yang terhimpun dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) dan KBRI Canberra beserta Perwakilan RI se-Australia terutama bagi mahasiswa yang telah lulus pada musim dingin tahun ini.
Merespon inisiatif PPIA tersebut, KBRI Canberra melakukan koordinasi dengan seluruh Perwakilan RI se-Australia di Sydney, Melbourne, Perth dan Darwin, serta dengan maskapai Garuda Indonesia dan instansi terkait di Jakarta dalam membantu memfasilitasi proses kepulangan para mahasiswa, anggota keluarga dan WNI lainnya yang terdampak kebijakan Covid-19 di Australia.
Duta Besar RI untuk Australia Y Kristiarto S Legowo dalam pelepasan secara simbolis di Sydney Airport, 16 Juli 2020, menyampaikan selamat kepada para mahasiswa yang telah berhasil menyelesaikan studi mereka dan kembali ke tanah air untuk selanjutnya mengabdikan diri untuk bangsa dan negara.
“Program ini dilakukan untuk memfasilitasi masyarakat Indonesia dan memastikan negara hadir dalam kondisi apa pun juga,” ungkap Duta Besar Kristiarto yang didampingi Konjen RI Sydney Heru Subolo dan Acting as Regional CEO South West Pacific PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, I Nyoman S Sanjaya.
Program Repatriasi Mandiri ini sendiri telah dilakukan secara bertahap antara Juni-Agustus 2020 yang bervariasi menurut jadwal kelulusan peserta, dan jadwal penerbangan dari titik keberangkatan, yaitu Sydney, Melbourne, dan Perth.
“Kami sangat terbantu dengan adanya program repatriasi ini. Inisiatif ini sangat membantu kami mahasiswa untuk mendapatkan kepastian penerbangan ke tanah air termasuk prosedur penting lainnya agar aman, sehat dan lancar dengan tetap mematuhi peraturan kesehatan baik dari keberangkatan dari Australia hingga kedatangan di dalam negeri terkait pencegahan penularan Covid-19,” ungkap Perwira, salah satu peserta yang baru saja menyelesaikan studi master dari Australian National University (ANU).
“Terima kasih juga kami sampaikan kepada Garuda Indonesia atas dukungannya karena tidak mudah mendapatkan kepastian tiket internasional pada masa Covid-19 ini,” imbuh Perwira.
Sebagaimana diketahui berkurangnya jumlah penerbangan internasional dari dan ke Australia akhir-akhir ini dan aturan social distancing di dalam pesawat sebagai imbas dari pandemi Covid-19 memicu kenaikan harga tiket pesawat. Selain itu jadwal penerbangan internasional dapat berubah setiap saat karena berbagai alasan teknis. (Lihat Infografis: Kapal Perang AS Meledak, Harganya Rp10,9 T dan 57 Orang Terluka)
Australia merupakan salah satu tujuan utama mahasiswa dari Indonesia yang belajar di luar negeri, di mana mahasiswa Indonesia mencapai 21.000 di Australia hingga Maret 2020 atau salah satu pengirim mahasiswa asing terbanyak di samping China, India, Korsel, Malaysia dan Vietnam. (Lihat Video: Heboh! Pedagang Angkringan Cantik di Sragen Bikin Pembeli Gagal Fokus)
Program ini juga merupakan hasil kolaborasi dengan Garuda Indonesia yang memberikan andil besar mensukseskan kegiatan.
Para mahasiswa peserta Repatriasi Mandiri diberangkatkan melalui tiga kota, yaitu Sydney, Melbourne, dan Perth dengan menumpang maskapai kebanggaan Indonesia dengan tujuan Bandara Soekarno-Hatta. Sebagian peserta akan melanjutkan perjananan ke kota lain sesuai tujuan masing-masing.
Program Repatriasi Mandiri ini merupakan inisiatif bersama antara para mahasiswa Indonesia yang terhimpun dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) dan KBRI Canberra beserta Perwakilan RI se-Australia terutama bagi mahasiswa yang telah lulus pada musim dingin tahun ini.
Merespon inisiatif PPIA tersebut, KBRI Canberra melakukan koordinasi dengan seluruh Perwakilan RI se-Australia di Sydney, Melbourne, Perth dan Darwin, serta dengan maskapai Garuda Indonesia dan instansi terkait di Jakarta dalam membantu memfasilitasi proses kepulangan para mahasiswa, anggota keluarga dan WNI lainnya yang terdampak kebijakan Covid-19 di Australia.
Duta Besar RI untuk Australia Y Kristiarto S Legowo dalam pelepasan secara simbolis di Sydney Airport, 16 Juli 2020, menyampaikan selamat kepada para mahasiswa yang telah berhasil menyelesaikan studi mereka dan kembali ke tanah air untuk selanjutnya mengabdikan diri untuk bangsa dan negara.
“Program ini dilakukan untuk memfasilitasi masyarakat Indonesia dan memastikan negara hadir dalam kondisi apa pun juga,” ungkap Duta Besar Kristiarto yang didampingi Konjen RI Sydney Heru Subolo dan Acting as Regional CEO South West Pacific PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, I Nyoman S Sanjaya.
Program Repatriasi Mandiri ini sendiri telah dilakukan secara bertahap antara Juni-Agustus 2020 yang bervariasi menurut jadwal kelulusan peserta, dan jadwal penerbangan dari titik keberangkatan, yaitu Sydney, Melbourne, dan Perth.
“Kami sangat terbantu dengan adanya program repatriasi ini. Inisiatif ini sangat membantu kami mahasiswa untuk mendapatkan kepastian penerbangan ke tanah air termasuk prosedur penting lainnya agar aman, sehat dan lancar dengan tetap mematuhi peraturan kesehatan baik dari keberangkatan dari Australia hingga kedatangan di dalam negeri terkait pencegahan penularan Covid-19,” ungkap Perwira, salah satu peserta yang baru saja menyelesaikan studi master dari Australian National University (ANU).
“Terima kasih juga kami sampaikan kepada Garuda Indonesia atas dukungannya karena tidak mudah mendapatkan kepastian tiket internasional pada masa Covid-19 ini,” imbuh Perwira.
Sebagaimana diketahui berkurangnya jumlah penerbangan internasional dari dan ke Australia akhir-akhir ini dan aturan social distancing di dalam pesawat sebagai imbas dari pandemi Covid-19 memicu kenaikan harga tiket pesawat. Selain itu jadwal penerbangan internasional dapat berubah setiap saat karena berbagai alasan teknis. (Lihat Infografis: Kapal Perang AS Meledak, Harganya Rp10,9 T dan 57 Orang Terluka)
Australia merupakan salah satu tujuan utama mahasiswa dari Indonesia yang belajar di luar negeri, di mana mahasiswa Indonesia mencapai 21.000 di Australia hingga Maret 2020 atau salah satu pengirim mahasiswa asing terbanyak di samping China, India, Korsel, Malaysia dan Vietnam. (Lihat Video: Heboh! Pedagang Angkringan Cantik di Sragen Bikin Pembeli Gagal Fokus)
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda