Prancis Tepis NATO Sedang Perang dengan Rusia
Jum'at, 27 Januari 2023 - 06:50 WIB
PARIS - Fakta bahwa Amerika Serikat (AS), Jerman, dan beberapa negara NATO lainnya mengumumkan mereka akan memasok Ukraina dengan tank tempur canggih tidak berarti aliansi sedang berperang dengan Rusia . Itu disampaikan Kementerian Luar Negeri Prancis.
Komentar itu muncul sebagai bantahan terhadap pernyataan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock di Parlemen Eropa awal pekan ini bahwa Barat, termasuk Uni Eropa, sedang berperang dengan Moskow.
"Kami tidak berperang dengan Rusia dan tidak ada mitra kami," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis Anne-Claire Legendre pada hari Kamis, seperti dikutip AFP, Jumat (27/1/2023).
"Pengiriman peralatan militer...bukan merupakan perang bersama," katanya lagi.
Sehari sebelumnya, Washington mengumumkan akan mengirim lebih dari 30 tank tempur M1 Abrams ke Kiev. Sedangkan Berlin mengatakan akan menyumbangkan lebih dari selusin tank tempur Leopard 2 dan tidak menghalangi Polandia dan anggota Uni Eropa dan NATO lainnya yang ingin menyerahkan tank serupa kepada Ukraina.
Berupaya menggalang dukungan untuk pengiriman tank pada hari Selasa, Baerbock mengatakan kepada Majelis Parlemen Dewan Eropa (PACE) bahwa Uni Eropa harus bergerak sejalan. "Karena kita sedang berperang melawan Rusia dan bukan melawan satu sama lain," ujarnya.
Diminta untuk mengklarifikasi komentarnya, Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan bahwa Rusia telah melancarkan agresi terhadap Ukraina dan bahwa hukum internasional jelas bahwa dukungan Berlin untuk hak individu untuk membela diri, dijamin oleh Piagam PBB."Tidak menjadikan Jerman sebagai pihak dalam konflik," kata kementerian tersebut.
Pada hari Rabu, Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne mengatakan kepada Parlemen di Paris bahwa pemerintahnya melanjutkan analisis atas proposal untuk mengirim tank Leclerc ke Ukraina. Prancis telah menjanjikan kepada Kiev sejumlah tank ringan AMX-10 awal bulan ini.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna mengunjungi Ukraina pada hari Kamis, bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba di Odessa. "Untuk menunjukkan dukungan jangka panjang Prancis dan menilai kebutuhan mendesak Ukraina di sektor kemanusiaan dan militer untuk memberikan tanggapan yang nyata,” bunyi siaran pers dari Quai d'Orsay.
Komentar itu muncul sebagai bantahan terhadap pernyataan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock di Parlemen Eropa awal pekan ini bahwa Barat, termasuk Uni Eropa, sedang berperang dengan Moskow.
"Kami tidak berperang dengan Rusia dan tidak ada mitra kami," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis Anne-Claire Legendre pada hari Kamis, seperti dikutip AFP, Jumat (27/1/2023).
"Pengiriman peralatan militer...bukan merupakan perang bersama," katanya lagi.
Sehari sebelumnya, Washington mengumumkan akan mengirim lebih dari 30 tank tempur M1 Abrams ke Kiev. Sedangkan Berlin mengatakan akan menyumbangkan lebih dari selusin tank tempur Leopard 2 dan tidak menghalangi Polandia dan anggota Uni Eropa dan NATO lainnya yang ingin menyerahkan tank serupa kepada Ukraina.
Berupaya menggalang dukungan untuk pengiriman tank pada hari Selasa, Baerbock mengatakan kepada Majelis Parlemen Dewan Eropa (PACE) bahwa Uni Eropa harus bergerak sejalan. "Karena kita sedang berperang melawan Rusia dan bukan melawan satu sama lain," ujarnya.
Diminta untuk mengklarifikasi komentarnya, Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan bahwa Rusia telah melancarkan agresi terhadap Ukraina dan bahwa hukum internasional jelas bahwa dukungan Berlin untuk hak individu untuk membela diri, dijamin oleh Piagam PBB."Tidak menjadikan Jerman sebagai pihak dalam konflik," kata kementerian tersebut.
Pada hari Rabu, Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne mengatakan kepada Parlemen di Paris bahwa pemerintahnya melanjutkan analisis atas proposal untuk mengirim tank Leclerc ke Ukraina. Prancis telah menjanjikan kepada Kiev sejumlah tank ringan AMX-10 awal bulan ini.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna mengunjungi Ukraina pada hari Kamis, bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba di Odessa. "Untuk menunjukkan dukungan jangka panjang Prancis dan menilai kebutuhan mendesak Ukraina di sektor kemanusiaan dan militer untuk memberikan tanggapan yang nyata,” bunyi siaran pers dari Quai d'Orsay.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda