Musuh Bebuyutan, tapi Iran & Israel Kerja Sama Pantau Nuklir
A
A
A
TEHERAN - Iran dan Israel memang dikenal sebagai musuh bebuyutan. Tapi, siapa sangka kedua negara ini bekerjasama dalam satu organisasi untuk memantau larangan uji coba bom nuklir.
Organisasi yang di dalamnya menunjukkan kerjasama ahli Iran dan Israel dalam memantau larangan uji coba bom nuklir itu adalah Comprehensive Test Ban Treaty Nuclear Organisation (CTBTO).
”Selama latihan, ketika kita melakukan diskusi meja bundar atau makan malam atau makan siang. Anda tahu, ahli Iran dan ahli Israel duduk di meja yang sama,” kata Lassina Zerbo, anggota terkemuka dari CTBTO kepada Reuters,semalam (13/4/2015).
”Ini tidak biasa, bahwa kita melihat di bidang teknologi kami memiliki orang-orang yang belum tentu bisa duduk bersama dalam hal politik, tapi siapa yang bisa menemukan hal-hal seperti untuk menyetujui urusan kerangka ilmiah,” imbuh dia.
CTBTO didirikan pada tahun 1990 dan memiliki dukungan luas di seluruh dunia. Namun legislasi dari organisasi ini belum berlaku mutlak, karena ada delapan negara yang belum meratifikasi, termasuk di dalamnya Israel, Iran dan Amerika Serikat (AS).
Menurut Zerbo, ada dua stasiun pemantauan nuklir di Israel dan satu lagi di Iran. Namun, khusus yang ada di Iran sudah tidak aktif sejak tahun 2006, karena Iran dikenai sanksi negara-negara Barat. Sanksi itu membuat Iran sulit meng-upgrade fasilitas nuklirnya karena tidak bisa membeli peralatan yang dibutuhkan selama terkena sanksi.
Israel, yang diyakini sebagai satu-satunya kekuatan nuklir di Timur Tengah, telah lama mencurigai Iran ingin membangun senjata nuklir. Israel bahkan berambisi untuk menggagalkan perundingan nuklir antara Iran dengan P5 + 1 (China, Prancis, Rusia, Inggris, Amerika Serikat dan Jerman) yang akan mencapai titik final beberapa bulan lagi.
Organisasi yang di dalamnya menunjukkan kerjasama ahli Iran dan Israel dalam memantau larangan uji coba bom nuklir itu adalah Comprehensive Test Ban Treaty Nuclear Organisation (CTBTO).
”Selama latihan, ketika kita melakukan diskusi meja bundar atau makan malam atau makan siang. Anda tahu, ahli Iran dan ahli Israel duduk di meja yang sama,” kata Lassina Zerbo, anggota terkemuka dari CTBTO kepada Reuters,semalam (13/4/2015).
”Ini tidak biasa, bahwa kita melihat di bidang teknologi kami memiliki orang-orang yang belum tentu bisa duduk bersama dalam hal politik, tapi siapa yang bisa menemukan hal-hal seperti untuk menyetujui urusan kerangka ilmiah,” imbuh dia.
CTBTO didirikan pada tahun 1990 dan memiliki dukungan luas di seluruh dunia. Namun legislasi dari organisasi ini belum berlaku mutlak, karena ada delapan negara yang belum meratifikasi, termasuk di dalamnya Israel, Iran dan Amerika Serikat (AS).
Menurut Zerbo, ada dua stasiun pemantauan nuklir di Israel dan satu lagi di Iran. Namun, khusus yang ada di Iran sudah tidak aktif sejak tahun 2006, karena Iran dikenai sanksi negara-negara Barat. Sanksi itu membuat Iran sulit meng-upgrade fasilitas nuklirnya karena tidak bisa membeli peralatan yang dibutuhkan selama terkena sanksi.
Israel, yang diyakini sebagai satu-satunya kekuatan nuklir di Timur Tengah, telah lama mencurigai Iran ingin membangun senjata nuklir. Israel bahkan berambisi untuk menggagalkan perundingan nuklir antara Iran dengan P5 + 1 (China, Prancis, Rusia, Inggris, Amerika Serikat dan Jerman) yang akan mencapai titik final beberapa bulan lagi.
(mas)