Akhir Kematian Hitler, antara Tembakan dan Racun

Senin, 13 April 2015 - 12:10 WIB
Akhir Kematian Hitler,...
Akhir Kematian Hitler, antara Tembakan dan Racun
A A A
BERLIN - Sebuah buku mengungkap menit-menit akhir kematian pemimpin Nazi Jerman, Adolf Hitler di sebuah bunker di Berlin 70 tahun silam. Pada menit-menit akhir, Hitler dan istrinya, Eva Braun, memiliki dua opsi untuk bunuh diri.

Hilter memilih bunuh diri dengan menembak tenggorokonnya. Sedangkan Eva memilih menenggak racun sianida, karena dia ingin meninggal dalam kondisi cantik.

Dalam 24 jam terakhir sebelum menjemput ajal, Hilter dan Eva berada di tengah-tengah hiruk pikuk pesta seks dan minuman di saat pasukan Rusia mulai mendekati tempat persembunyian pemimpin Nazi itu.

Dalam buku itu tertulis pada hari Minggu, 29 April 1945, pukul 07.00, orang-orang dari Berlin muncul dari bunker bawah tanah dengan kondisi penuh sesak untuk mencari makanan. Armin Lehmann, 16, yang bekerja sebagai kurir Hitler Youth, merasa ngeri dengan keputusasaan warga biasa yang menderita kelaparan. Selain itu, banyak orang yang terluka terkena serpihan peluru tapi masih hidup.

Pada hari itu, pertahanan Jerman telah runtuh di semua lini. Banyak saluran komunikasi radio-telepon telah diputus. Semua kontak telepon antara Berlin dan dunia luar berakhir.

”Itu adalah mimpi buruk. Permainan Russian Roulette,” ingat Lehmann yang dikutip dalam buku berjudul “Hitlers Last Day, Minute by Minute” karya Jonathan Mayo dan Ema Craigie, yang dikutip Daily Mail, semalam (12/4/2015). Buku ini begitu detail menuliskan setiap menit tentang apa yang terjadi di bunker dan perasaan Hilter dan Eva menjelang bunuh diri.

Pada siang hari-- menurut buku itu-- Hitler dan Eva Braun sempat “berdebat” kecil soal opsi bunuh diri dengan cara apa. Pada hari itu, Hitler berbaring di tempat tidurnya dengan pakaian lengkap. Kecuali dasinya. Ada ritual khusus untuk dasi.

Ritual memasang dasi itu dimulai saat Hitler berdiri di depan cermin, dengan mata tertutup, dan menghitung setiap detik .Dia lalu membuka matanya dan memeriksa dasi di cermin.

Beberapa detik kemudian, tukang cukur Hitler, August Wollenhaupt, datang ke kamar tidur Hitler untuk merapikan rambut dan kumis pemimpin Nazi itu. Kumis Hitler memang dirancang untuk menutupi lubang hidung Hilter yang luar biasa besar. Gaya kumis Hitler ini seperti tokoh Charlie Chaplin.

Dalam buku itu diceritakan alasan Hilter yang memilih bunuh diri dengan menembak tenggorokannya.”Cara terbaik adalah dengan menembak diri sendiri di mulut. Tengkorak Anda hancur dan Anda tidak melihat apa-apa. Kematian adalah seketika,” kata Hilter yang dikutip dalam buku yang ditulis berdasarkan sumber-sumber dari orang-orang terdekat Hilter.

Tapi Eva merasa ngeri dengan opsi Hilter. "Saya ingin menjadi mayat yang cantik. Saya akan mengambil racun,” katanya.”Saya ingin tahu apakah itu membuat sakit yang sangat banyak. Saya sangat takut menderita untuk waktu yang lama.”
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1428 seconds (0.1#10.140)