Menlu Retno: Dasasila Bandung Masih Kompeten
A
A
A
JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi menegaskan Dasasila Bandung yang disepakati pada tahun 1955 masih sangat kompeten hingga saat ini. Dasasila Bandung merupakan dokumen yang dihasilkan pada Konfrensi Asia-Afrika (KAA) pertama pada tahun 1955.
"Kalau kita lihat, Dasasila Bandung itu sesuatu yang values-nya sangat tinggi termasuk isu yang terkait dengan masalah human right itu nomor satu. Kemudian multilateralisme ada beberapa butir di situ yang menyebut mengenai masalah yang sesuai dengan UN Charter," kata Retno kepada wartawan di bilangan CIkini, Jakarta, Kamis (9/4/2015).
Menurut Retno, dalam Dasasila Bandung terdapat butir-butir menganai multilateralisme, regionalisme, penghormatan kepada HAM. "Jadi, sekarang yang menjadi isu dalam norma ini sudah diadopsi oleh negara-negara dunia. Semua masih sama dengan apa yang sudah dikeluarkan oleh semua Bapak Bangsa pada tahun 1955," katanya.
Kendati demikian, Retno mengatakan ada beberapa butir dalam Dasasila Bandung yang coba dibahas kembali, agar sesuai dengan kondisi saat ini. "Memang ada satu butir yang kita coba explore lebih lanjut, kalau nggak salah butir yang kesembilan mengenai masalah cooperation," kata Retno.
"Pada economic cooperation di dalam konteks KAA, akan ada Asia-Africa Business Summit dan di saat yang sama juga akan ada WEF atau World Economic Forum di mana akan hadir sekitar 600 pebisnis besar, CEO-CEO dunia, termasuk pengusaha Indonesia," imbuh dia.
"Kalau kita lihat, Dasasila Bandung itu sesuatu yang values-nya sangat tinggi termasuk isu yang terkait dengan masalah human right itu nomor satu. Kemudian multilateralisme ada beberapa butir di situ yang menyebut mengenai masalah yang sesuai dengan UN Charter," kata Retno kepada wartawan di bilangan CIkini, Jakarta, Kamis (9/4/2015).
Menurut Retno, dalam Dasasila Bandung terdapat butir-butir menganai multilateralisme, regionalisme, penghormatan kepada HAM. "Jadi, sekarang yang menjadi isu dalam norma ini sudah diadopsi oleh negara-negara dunia. Semua masih sama dengan apa yang sudah dikeluarkan oleh semua Bapak Bangsa pada tahun 1955," katanya.
Kendati demikian, Retno mengatakan ada beberapa butir dalam Dasasila Bandung yang coba dibahas kembali, agar sesuai dengan kondisi saat ini. "Memang ada satu butir yang kita coba explore lebih lanjut, kalau nggak salah butir yang kesembilan mengenai masalah cooperation," kata Retno.
"Pada economic cooperation di dalam konteks KAA, akan ada Asia-Africa Business Summit dan di saat yang sama juga akan ada WEF atau World Economic Forum di mana akan hadir sekitar 600 pebisnis besar, CEO-CEO dunia, termasuk pengusaha Indonesia," imbuh dia.
(esn)