Turki Samakan Assad dengan Hitler
A
A
A
ANKARA - Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu menyamakan sosok Presiden Suriah Bashar al-Assad dengan pemimpin Nazi Adolf Hitler. Menurutnya, apa yang dilakukan Assad sama kejamnya dengan apa yang dilakukan oleh Hitler dahulu.
Pernyataan tersebut merupakan bentuk protes atas kebijakan baru yang diambil Amerika Serikat (AS) terkait konflik di Suriah. AS, melalui Menteri Luar Negeri mereka John Kerry menyatakan siap untuk kembali membuka negosiasi dengan rezim Assad.
"Dengan semua pembantaian yang telah dia (Assad) lakukan, penggunaan senjata kimia yang sudah melewati batas, dan Anda masih ingin berjabat tangan dengan Assad? Saya yakin jabat tangan itu akan diingat sepanjang sejarah dunia," ucap Davutoglu dalam sebuah pernyataan.
"Berjabat tangan dengan Assad tidak ada bedanya seperti berjabat tangan dengan Hitler atau dengan tokoh lainnya seperti Saddam, Karadzic, atau Milosevic," Davutoglu menambahkan, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (17/3/2015).
Sebelum Turki, Inggris dan Prancis sudah terlebih dahulu melemparkan kecaman terhadap kebijakan AS tersebut. Menurut keduanya, AS harusnya terus memberikan tekanan kepada Assad agar dia mundur, karena Suriah bisa lepas dari perang jika pemimpin bertangan besi itu sudah tidak lagi memimpin negara tersebut, dan bukan mengajaknya untuk bernegosiasi.
Pernyataan tersebut merupakan bentuk protes atas kebijakan baru yang diambil Amerika Serikat (AS) terkait konflik di Suriah. AS, melalui Menteri Luar Negeri mereka John Kerry menyatakan siap untuk kembali membuka negosiasi dengan rezim Assad.
"Dengan semua pembantaian yang telah dia (Assad) lakukan, penggunaan senjata kimia yang sudah melewati batas, dan Anda masih ingin berjabat tangan dengan Assad? Saya yakin jabat tangan itu akan diingat sepanjang sejarah dunia," ucap Davutoglu dalam sebuah pernyataan.
"Berjabat tangan dengan Assad tidak ada bedanya seperti berjabat tangan dengan Hitler atau dengan tokoh lainnya seperti Saddam, Karadzic, atau Milosevic," Davutoglu menambahkan, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (17/3/2015).
Sebelum Turki, Inggris dan Prancis sudah terlebih dahulu melemparkan kecaman terhadap kebijakan AS tersebut. Menurut keduanya, AS harusnya terus memberikan tekanan kepada Assad agar dia mundur, karena Suriah bisa lepas dari perang jika pemimpin bertangan besi itu sudah tidak lagi memimpin negara tersebut, dan bukan mengajaknya untuk bernegosiasi.
(esn)