Indonesia Darurat Narkoba, 33 Orang Tewas Setiap Hari
A
A
A
JAKARTA - Badan Narkotika Nasional (BNN) membenarkan pernyataan Presiden Joko Widodo, bahwa Indonesia saat ini darurat narkoba. Data BNN menyebut setiap tahunnya hampir 12 ribu orang tewas akibat narkoba, dan mayoritas dari mereka adalah anak muda.
"Narkoba telah banyak meminta korban, khusunya anak-anak muda yang sejatinya sangat dibutuhkan Indonesia. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya, atau 33 orang meninggal setiap harinya di Indonesia," ucap Staf Ahli Hukum dan Kerjasama BNN, Bali Morinaga, Selasa (3/3/2015) di kantor PBB, di Jakarta.
Menurutnya, pengguna nakroba di Indonesia paling banyak adalah pengguna ganja yang mencapai 2,8 juta orang."1 juta orang mengkonsumsi ekstasi, dan sekitar 1,8 juta orang mengkonsumsi heroin," ucapnya.
Mantan Duta Besar Indonesia di Brasil itu menambahkan, bahwa saat ini BNN terus memantau peredaran narkoba, menyita barang bukti narkoba, serta menangkap para pengedar dan pengguna narkoba. Dia menganggap setiap penangkapan gembong narkoban bukanlah prestasi, melainkan sebuah keprihatinan.
"Setiap kita menangkap bandar besar, kita menganggapnya bukanlah prestasi tapi keprihatinan. Kita telah melakukan sekian banyak penangkapan namun mereka terus muncul," ujar Bali.
"Narkoba telah banyak meminta korban, khusunya anak-anak muda yang sejatinya sangat dibutuhkan Indonesia. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya, atau 33 orang meninggal setiap harinya di Indonesia," ucap Staf Ahli Hukum dan Kerjasama BNN, Bali Morinaga, Selasa (3/3/2015) di kantor PBB, di Jakarta.
Menurutnya, pengguna nakroba di Indonesia paling banyak adalah pengguna ganja yang mencapai 2,8 juta orang."1 juta orang mengkonsumsi ekstasi, dan sekitar 1,8 juta orang mengkonsumsi heroin," ucapnya.
Mantan Duta Besar Indonesia di Brasil itu menambahkan, bahwa saat ini BNN terus memantau peredaran narkoba, menyita barang bukti narkoba, serta menangkap para pengedar dan pengguna narkoba. Dia menganggap setiap penangkapan gembong narkoban bukanlah prestasi, melainkan sebuah keprihatinan.
"Setiap kita menangkap bandar besar, kita menganggapnya bukanlah prestasi tapi keprihatinan. Kita telah melakukan sekian banyak penangkapan namun mereka terus muncul," ujar Bali.
(esn)