Miliki Senjata Pengganti Rudal Setan, Rusia Tidak Ingin Disaingi

Sabtu, 31 Januari 2015 - 09:08 WIB
Miliki Senjata Pengganti...
Miliki Senjata Pengganti Rudal Setan, Rusia Tidak Ingin Disaingi
A A A
MOSKOW - Pemerintah Rusia yang memperkenalkan rudal balistik Sarmat sebagai pengganti rudal R-36 atau rudal Setan SS-18 memiliki tujuan khusus. Yakni, tidak ingin ada pesaing militer yang lebih hebat dari Rusia.

Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu. Rusia semakin “gila-gilaan” mereparasi 100 persen perangkat keras militernya hingga 2020 untuk mewujudkan ambisi tersebut. Rudal Sarmat yang merupakan pengganti rudal Setan SS-18 rencananya akan diuji coba tahun ini. (Baca juga: Mengintip Senjata Canggih Rusia Pengganti Rudal Setan)

”Tugas yang diberikan oleh presiden-- untuk mencegah superioritas militer atas Rusia--akan dipenuhi, tidak diragukan lagi,” ujar Shoigu, semalam, yang dilansir Russia Today.

Ambisi militer Rusia yang tidak ingin memiliki pesaing itu sudah menjadi kebijakan militer Rusia yang ditetapkan Presiden Vladimir Putin yang disampaikan kepada Majelis Federal pada 4 Desember 2014 lalu.

Shoigu mengabaikan kemungkinan bahwa kebijakan militer Putin itu akan menyeret Rusia ke perlombaan senjata. Dia menegaskan, Rusia harus menjamin kapasitas defensif (bertahan) dalam kondisi modern seperti saat ini.

Rudal Setan SS-18 Rusia sendiri hingga kini tercatat sebagai rudal terbesar di dunia yang pernah dibuat. Sedangkan rudal Sarmat sebagai pengganti rudal Setan SS-18 itu, memiliki berbagai kemampuan. Salah satunya, memiliki hingga 10 hulu ledak nuklir berat atau 15 hulu ledak menengah.

Jangkauan tembakan rudal Sarmat ditarget mencapai hingga 6.200 mil. Rudal ini akan membawa hulu ledak dalam penerbangan suborbital, di mana keduanya akan memisahkan dan mencapai target.

Kepala Staf Angkatan Besenjata Rusia, Jenderal Valery Gerasimov, menambahkan, pada tahun ini militer Rusia diharapkan akan dilayani 50 rudal nuklir strategis.

Dia mengakui, ambisi militer Rusia untuk meningkatkan kemampuannya secara pesat dipicu oleh Amerika Serikat dan NATO yang juga mengembangkan senjata baru.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8263 seconds (0.1#10.140)