Raja Abdullah Dipuji, tapi Putri-putrinya Jadi Tawanan

Senin, 26 Januari 2015 - 17:00 WIB
Raja Abdullah Dipuji, tapi Putri-putrinya Jadi Tawanan
Raja Abdullah Dipuji, tapi Putri-putrinya Jadi Tawanan
A A A
RIYADH - Raja Abdullah, pemimpin Arab Saudi yang meninggal Jumat pekan lalu dipuji para pemimpin dunia sebagai raja reformsi. Namun di balik itu, putri-putrinya hidup sebagai tawanan atau tahanan rumah.

Raja Abdullah sendiri selain mewariskan kekayaan yang berlimpah juga mewariskan beragam kontroversi seputar kehidupan pribadinya. Dia tercatat memiliki banyak istri. Media–media Barat menduga istri Abdullah mencapai 30 wanita. Sedangkan anak perempuannya mencapai 15 orang.

Dari 15 putri Raja Abdullah, empat di antaranya jadi sorotan dunia karena ditawan dan hidup dalam tahanan rumah. Empat putri Raja Abdullah yang bernasib malang itu adalah putri Jawaher, Sahar, Hala dan Maha.

Mereka berada dalam tahanan rumah di sebuah kerajaan Saudi di kota Jeddah. Ibu mereka, Alanoud al-Fayez, telah tinggal di Inggris selama 1,5 dekade terakhir. Dia telah bercerai dengan suaminya. (Baca juga: Di Depan Barat Puji Raja Abdullah, di Belakang Bongkar Aib)

Alnoud al-Fayez mengklaim penahanan terhadap putri-putrinya sudah berlangsung selama 13 tahun. Tahun lalu, berbagai stasiun berita berhasil menjangkau Sahar, 42, dan Jawaher, 38, yang tinggal di sebuah kompleks yang terpisah dengan Maha, 41, dan Hala, 39.

Dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi Russia Today Mei tahun lalu, Sahar dan Jawaher, menceritakan penderitaan mereka, di mana mereka kehabisan makanan dan air.

Saluran televisi berbasa Arab juga pernah mewawancarai putri-putri Raja Abdullah yang dijadikan tahanan rumah itu. Mereka dihukum karena memperjuangkan hak-hak perempuan dan menolak aturan ketat dari kerajaan Saudi, termasuk aturan perempuan harus dikawal pria jika harus bepergian.

Pihak Kerajaan Bungkam

Berbicara kepada New York Post, April tahun lalu, ibu dari putri-putri Raja Abdullah yang ditawan itu mengecam tindakan kerajaan terhadap putri-putrinya. ”Ini tentang perang psikologis dan melanggar hak-hak mereka,” kata Alnoud.

Ketika dikonfirmasi, pihak Kerajaan Saudi bungkam. Mereka bersikeras bahwa apa yang terjadi dengan putri-putri Raja Abdullah itu adalah masalah pribadi. Namun, fakta bahwa para putri Raja Abdullah yang jadi tahanan rumah itu belum resmi didakwa di pengadilan atas kejahatan yang dituduhkan.

Putri Sahar, pernah membalas e-mail yang dikirim media Timur Tegah. Dia menjelaskan mengapa dia, ibu, dan saudara-saudaranya dikucilkan pihak kerajaan.

“Kami, bersama dengan ibu kami, selalu vokal terhadap semua kehidupan kita, tentang kemiskinan, tentang hak-hak perempuan dan masalah lain yang menyentuh hari kita.Kita sering membahasnya dengan ayah kami. Tapi, itu tidak dalam diskusi secara baik. Sejak itu, kami telah jadi target,” kata putri Sahar yang dilaporkan ulang Washington Post, semalam.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3954 seconds (0.1#10.140)