Usik Bali Nine Hubungan Australia dan RI Berisiko Buruk
A
A
A
CANBERRA - Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, mengatakan terpidana mati anggota “Bali Nine” asal Australia akan dibantu. Tapi, dia sadar jika mengusik kasus itu hubungan Australia dan Indonesia bisa berisiko buruk.
Komentar Abbott muncul setelah anggota penyelundup narkoba “Bali Nine” Myuran Sukumaran, 33, gagal memperoleh grasi, setelah pengajuan grasinya ditolak Presiden Indonesia, Joko Widodo, hari Rabu kemarin.
Sukumaran adalah salah satu terpidana mati dalam kasus penyelundupan delapan kilogram heroin dari Bali ke Sydney. ”Harapan saya adalah eksekusi (mati) ini tidak dilakukan dalam waktu ke depan,” kata Abbott di Adelaide, Kamis (8/1/2015).
”Yang saya harapkan itu tidak dilakukan (eksekusi), meskipun, (keinginan) itu bisa berisiko membahayakan hubungan dengan Indonesia,” lanjut Abbott.
”Kami percaya bahwa kita dapat membuat representasi paling kuat atas nama warga negara kita yang terkena hukuman mati di Indonesia, sementara pada saat yang sama saya menjaga hubungan yang kuat dan konstruktif (dengan Indonesia),” imbuh dia, seperti dikutip Sky News.
Abbott membantah bahwa kasus skandal mata-mata beberapa waktu lalu telah mempengaruhi penolakan grasi terhadap warganya yang jadi anggota “Bali Nine”.
Skandal mata-mata, di mana intelijen Australia pernah menyadap telepon pejabat Indonesia beberapa tahun lalu, termasuk kala itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya telah membuat hubungan Australia dan Indonesia retak. Hubungan baru pulih menjelang Yudhoyono pensiun dari presiden.
Komentar Abbott muncul setelah anggota penyelundup narkoba “Bali Nine” Myuran Sukumaran, 33, gagal memperoleh grasi, setelah pengajuan grasinya ditolak Presiden Indonesia, Joko Widodo, hari Rabu kemarin.
Sukumaran adalah salah satu terpidana mati dalam kasus penyelundupan delapan kilogram heroin dari Bali ke Sydney. ”Harapan saya adalah eksekusi (mati) ini tidak dilakukan dalam waktu ke depan,” kata Abbott di Adelaide, Kamis (8/1/2015).
”Yang saya harapkan itu tidak dilakukan (eksekusi), meskipun, (keinginan) itu bisa berisiko membahayakan hubungan dengan Indonesia,” lanjut Abbott.
”Kami percaya bahwa kita dapat membuat representasi paling kuat atas nama warga negara kita yang terkena hukuman mati di Indonesia, sementara pada saat yang sama saya menjaga hubungan yang kuat dan konstruktif (dengan Indonesia),” imbuh dia, seperti dikutip Sky News.
Abbott membantah bahwa kasus skandal mata-mata beberapa waktu lalu telah mempengaruhi penolakan grasi terhadap warganya yang jadi anggota “Bali Nine”.
Skandal mata-mata, di mana intelijen Australia pernah menyadap telepon pejabat Indonesia beberapa tahun lalu, termasuk kala itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya telah membuat hubungan Australia dan Indonesia retak. Hubungan baru pulih menjelang Yudhoyono pensiun dari presiden.
(mas)