Pilot AirAsia QZ8501 Sejatinya Sukses Mendarat di Laut?
A
A
A
JAKARTA - Sebuah teori baru menyatakan Kapten Pilot AirAsia QZ8501 mungkin sukses melakukan pendaratan pesawat di permukaan laut saat tragedi terjadi. Namun, pesawat itu terhempas oleh ombak.
Teori baru itu mengacu pada pengalaman kapten pilot Irianto yang berlatar belakang mantan pilot pesawat jet tempur militer.Teori baru ini diulas media Inggris, Daily Mail, Jumat (2/1/2015).
“Emergency locator transmitter (ELT) akan bekerja pada dampak (kecelakaan)di darat, laut atau di sisi gunung, dan analisis saya itu tidak berhasil karena tidak ada dampak yang besar saat mendarat,” kata Dudi Sudibyo, seorang editor senior majalah penerbangan Angkasa.
”Pilot berhasil mendarat di permukaan laut,” katanya lagi.
Ahli penerbangan lain telah mengklaim bahwa pesawat AirAsia itu melesat secepat pesawat jet tempur dan kemudian jatuh hampir vertikal ke laut. Seolah-olah pesawa itu didorong tangan raksasa. (Baca: Jatuh Nyaris Vertikal, Gerak AirAsia QZ8501 "di Tepi Nalar")
Menurut ahli penerbangan Indonesia, Gerry Soejatman, yang mengutip bocoran informasi dari tim investigasi kecelakaan udara, mengatakan, perilaku pesawat itu sebelum jatuh benar-benar seperti di tepi logika.
“Airbus 320-200 naik dengan cara yang tidak mungkin dicapai oleh pilot, kemudian tidak jatuh dari langit seperti pesawat terbang,” katanya kepada Fairfax Media.
”Rasanya seperti sepotong logam yang dilemparkan ke bawah. Ini sangat sulit untuk dipahami. Cara jatuh nyaris di tepi logika,” katanya lagi.
Untuk membuktikan kebenaran semua teori itu, kotak hitam atau black box pesawat mulai dicari pada hari ini oleh Badan Investigasi Kecelakaan Prancis atau BEA. Badan itu terlibat dalam pencarian, karena perusahaan pesawat tipe Airbus 320-200 ini berbasis di Prancis.
Tragedi pesawat ini dimulai setelah lepas landas dari Bandara Juanda menuju Singapura pada hari Minggu lalu dengan membawa 162 orang di dalamnya. Pesawat itu hilang kontak dan kemudian jatuh di Laut Jawa. Setidaknya sembilan jasad dari ratusan orang di dalam pesawat itu telah ditemukan.
Teori baru itu mengacu pada pengalaman kapten pilot Irianto yang berlatar belakang mantan pilot pesawat jet tempur militer.Teori baru ini diulas media Inggris, Daily Mail, Jumat (2/1/2015).
“Emergency locator transmitter (ELT) akan bekerja pada dampak (kecelakaan)di darat, laut atau di sisi gunung, dan analisis saya itu tidak berhasil karena tidak ada dampak yang besar saat mendarat,” kata Dudi Sudibyo, seorang editor senior majalah penerbangan Angkasa.
”Pilot berhasil mendarat di permukaan laut,” katanya lagi.
Ahli penerbangan lain telah mengklaim bahwa pesawat AirAsia itu melesat secepat pesawat jet tempur dan kemudian jatuh hampir vertikal ke laut. Seolah-olah pesawa itu didorong tangan raksasa. (Baca: Jatuh Nyaris Vertikal, Gerak AirAsia QZ8501 "di Tepi Nalar")
Menurut ahli penerbangan Indonesia, Gerry Soejatman, yang mengutip bocoran informasi dari tim investigasi kecelakaan udara, mengatakan, perilaku pesawat itu sebelum jatuh benar-benar seperti di tepi logika.
“Airbus 320-200 naik dengan cara yang tidak mungkin dicapai oleh pilot, kemudian tidak jatuh dari langit seperti pesawat terbang,” katanya kepada Fairfax Media.
”Rasanya seperti sepotong logam yang dilemparkan ke bawah. Ini sangat sulit untuk dipahami. Cara jatuh nyaris di tepi logika,” katanya lagi.
Untuk membuktikan kebenaran semua teori itu, kotak hitam atau black box pesawat mulai dicari pada hari ini oleh Badan Investigasi Kecelakaan Prancis atau BEA. Badan itu terlibat dalam pencarian, karena perusahaan pesawat tipe Airbus 320-200 ini berbasis di Prancis.
Tragedi pesawat ini dimulai setelah lepas landas dari Bandara Juanda menuju Singapura pada hari Minggu lalu dengan membawa 162 orang di dalamnya. Pesawat itu hilang kontak dan kemudian jatuh di Laut Jawa. Setidaknya sembilan jasad dari ratusan orang di dalam pesawat itu telah ditemukan.
(mas)