Empat Beda Lenyapnya AirAsia QZ8501 dan Malaysia Airlines MH370
A
A
A
JAKARTA - Pesawat AirAsia QZ8501 hilang kontak sejak kemarin pagi. Insiden ini mengingatkan dengan hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 sejak Maret 2014.
Namun, sejatinya dan empat perbedaan yang mencolok dari dua insiden hilangnya pesawat tersebut. Laman CNN, menerbitkan artikel perihal analisis empat perbedaan dari dua insiden pesawat ini. Dari keterangan analis penerbangan CNN, Paul Goelz, berikut empat perbedaan tersebut.
1. Insiden AirAsia QZ8501 Minus Intrik
Ketika pesawat MH370 menghilang, terindentifikasi bahwa transponder pesawat tampak sengaja dimatikan. Kemudian pilot berhenti membuat transmisi radio dan pesawat lenyap misterius yang sebelumnya diduga bepergian selama berjam-jam.
Dalam kasus MH370, muncul kekhawatiran bahwa ada pembajakan dan teror dalam insiden itu. Berbeda dengan kasus AirAsia QZ8501, intrik seperti itu tidak ditemukan.
”Dalam hal ini Anda memiliki komunikasi normal dengan pilot, kondisi cuaca yang tampaknya cukup sulit, terjal dan ia meminta untuk menaikkan ketinggian terbang pesawat untuk keluar dari masalah itu,” kata Goelz, yang merupakan ahli penerbangan dan mantan pejabat Badan Keselamatan Transportasi Nasional.
2. Kondisi Perairan Dangkal
Sampai saat ini, area pencarian pesawat AirAsia QZ8501, masih berkutat di wilayah sempit di Indonesia, yakni perairan antara Pulau Kalimantan dan Bangka Belitung yang kondisi perairannya dangkal. Kalau pun, pesawat itu memang jatuh, maka kemungkinan ditemukannya sangat besar.
Kasus ini berbeda dengan insiden MH370 yang muncul banyak asumsi terkait dugaan area jatuhnya pesawat tersebut. Terakhir, Pemerintah Malaysia memutuskan pesawat itu hilang di Samudera Hindia dengan kondisi perairan yang sangat dalam dan terjal. Bahkan sudah 10 bulan dicari pesawat itu belum juga ditemukan.
Kembali ke AirAsia, jika pesawat itu jatuh di perairan, kemungkinan terletak tak jauh dari rute penerbangan awal, di wilayah Indonesia. Bahkan, kini area pencarian terus dipersempit di kawasan perairan di dekat Bangka Belitung.
3. AirAsia dan Pemerintah Belajar dari MH370
Pada jam-jam setelah pesawat jet Malaysia Airlines MH370 lenyap pada Maret 2014, kebingungan melanda pemerintah Malaysia dan pihak maskapai. Bahkan, keterangan yang diberikan pejabat Malaysia kala itu saling bertentangan dan membingungkan. Termasuk keluarga penumpang MH370 yang mengeluh karena perlakuan yang diterima.
Dalam kasus AirAsia QZ8501, Pemerintah Indonesia telah belajar banyak untuk mengatasi situasi. Bahkan, Wakil Presiden Jusuf Kalla terjun langsung dalam pencarian pesawat itu.
CEO AirAsia, Tony Fernandes, juga bereaksi cepat.”Kami hanya berpikir pada para penumpang dan kru dan berjanji untuk melakukan apa pun yang kami bisa,” kata Fernandes.
Menteri Transportasi Malaysia, Hishammuddin Hussein, kali ini juga bereakssi cepat.”Saya akan berada di sana dengan Anda,” ujarnya.
Penanganan cepat ini menurut CNN, sudah tepat. "Dalam hal ini, tampak pihak maskapai dan otoritas (Indonesia) sinkron, dan mereka benar-benar menempatkan keluarga (penumpang) sebagai pihak pertama yang diprioritaskan untuk ditangani,” ujar analis penerbangan Will Ripley.
4. Pencarian AirAsia QZ8501 Takkan Lama
Mantan Direktur Kantor Investigasi Kecalakaan Federal Aviation Administration (FAA), Steven Wallace, dengan penanganan cepat sejak pesawat AirAsia QZ8501, dan area pencarian yang tela dipersempit, maka pencarian pesawat ini tidak akan lama. Pencarian, kata dia, akan lebih mudah dibandingkan dengan kasus hilangnya MH370.
“Ini sangat tidak mungkin bahwa kita akan melihat kasus ini dari jarak jauh. Ini lebih dekat dengan apa yang kita lihat dengan pesawat MH370,” ujarnya.
”Ini tidak akan mengejutkan saya jika pesawat ini ditemukan dalam 12 jam ke depan pada siang hari (Senin, 29/12/2014),” lanjut dia, dalam artikel CNN yang diterbitkan Minggu (28/12/2014).
Namun, sejatinya dan empat perbedaan yang mencolok dari dua insiden hilangnya pesawat tersebut. Laman CNN, menerbitkan artikel perihal analisis empat perbedaan dari dua insiden pesawat ini. Dari keterangan analis penerbangan CNN, Paul Goelz, berikut empat perbedaan tersebut.
1. Insiden AirAsia QZ8501 Minus Intrik
Ketika pesawat MH370 menghilang, terindentifikasi bahwa transponder pesawat tampak sengaja dimatikan. Kemudian pilot berhenti membuat transmisi radio dan pesawat lenyap misterius yang sebelumnya diduga bepergian selama berjam-jam.
Dalam kasus MH370, muncul kekhawatiran bahwa ada pembajakan dan teror dalam insiden itu. Berbeda dengan kasus AirAsia QZ8501, intrik seperti itu tidak ditemukan.
”Dalam hal ini Anda memiliki komunikasi normal dengan pilot, kondisi cuaca yang tampaknya cukup sulit, terjal dan ia meminta untuk menaikkan ketinggian terbang pesawat untuk keluar dari masalah itu,” kata Goelz, yang merupakan ahli penerbangan dan mantan pejabat Badan Keselamatan Transportasi Nasional.
2. Kondisi Perairan Dangkal
Sampai saat ini, area pencarian pesawat AirAsia QZ8501, masih berkutat di wilayah sempit di Indonesia, yakni perairan antara Pulau Kalimantan dan Bangka Belitung yang kondisi perairannya dangkal. Kalau pun, pesawat itu memang jatuh, maka kemungkinan ditemukannya sangat besar.
Kasus ini berbeda dengan insiden MH370 yang muncul banyak asumsi terkait dugaan area jatuhnya pesawat tersebut. Terakhir, Pemerintah Malaysia memutuskan pesawat itu hilang di Samudera Hindia dengan kondisi perairan yang sangat dalam dan terjal. Bahkan sudah 10 bulan dicari pesawat itu belum juga ditemukan.
Kembali ke AirAsia, jika pesawat itu jatuh di perairan, kemungkinan terletak tak jauh dari rute penerbangan awal, di wilayah Indonesia. Bahkan, kini area pencarian terus dipersempit di kawasan perairan di dekat Bangka Belitung.
3. AirAsia dan Pemerintah Belajar dari MH370
Pada jam-jam setelah pesawat jet Malaysia Airlines MH370 lenyap pada Maret 2014, kebingungan melanda pemerintah Malaysia dan pihak maskapai. Bahkan, keterangan yang diberikan pejabat Malaysia kala itu saling bertentangan dan membingungkan. Termasuk keluarga penumpang MH370 yang mengeluh karena perlakuan yang diterima.
Dalam kasus AirAsia QZ8501, Pemerintah Indonesia telah belajar banyak untuk mengatasi situasi. Bahkan, Wakil Presiden Jusuf Kalla terjun langsung dalam pencarian pesawat itu.
CEO AirAsia, Tony Fernandes, juga bereaksi cepat.”Kami hanya berpikir pada para penumpang dan kru dan berjanji untuk melakukan apa pun yang kami bisa,” kata Fernandes.
Menteri Transportasi Malaysia, Hishammuddin Hussein, kali ini juga bereakssi cepat.”Saya akan berada di sana dengan Anda,” ujarnya.
Penanganan cepat ini menurut CNN, sudah tepat. "Dalam hal ini, tampak pihak maskapai dan otoritas (Indonesia) sinkron, dan mereka benar-benar menempatkan keluarga (penumpang) sebagai pihak pertama yang diprioritaskan untuk ditangani,” ujar analis penerbangan Will Ripley.
4. Pencarian AirAsia QZ8501 Takkan Lama
Mantan Direktur Kantor Investigasi Kecalakaan Federal Aviation Administration (FAA), Steven Wallace, dengan penanganan cepat sejak pesawat AirAsia QZ8501, dan area pencarian yang tela dipersempit, maka pencarian pesawat ini tidak akan lama. Pencarian, kata dia, akan lebih mudah dibandingkan dengan kasus hilangnya MH370.
“Ini sangat tidak mungkin bahwa kita akan melihat kasus ini dari jarak jauh. Ini lebih dekat dengan apa yang kita lihat dengan pesawat MH370,” ujarnya.
”Ini tidak akan mengejutkan saya jika pesawat ini ditemukan dalam 12 jam ke depan pada siang hari (Senin, 29/12/2014),” lanjut dia, dalam artikel CNN yang diterbitkan Minggu (28/12/2014).
(mas)