Ebola Bisa Disembuhkan dengan Darah Korban?
A
A
A
MONROVIA - Para ahli medis yang putus asa dengan penanganan virus Ebola di Liberia, mulai percaya bahwa darah dari korban yang selamat dari virus itu bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit mematikan tersebut.
”Ini adalah sesuatu yang cukup sederhana untuk dilakukan,” kata Dr Peter Piot, Direktur School of Hygiene and Tropical Medicine London. Dia adalah koordinator tim penemu virus Ebola.
Lebih dari 200 ahli medis telah dikumpulkan Organisasi Kesehatan Dunia di Jenewa untuk berkonferensi selama dua hari. Mereka berkumpul setelah Ebola menjadi ancaman bagi seluruh umat manusia. Di wilayah Afrika Barat, gelombang serangan virus Ebola telah menyerang lebih dari 1.900 orang. (Baca: Korban Ebola di Liberia Jadi Santapan Anjing)
Selama ini pengobatan Ebola mengandalkan pada obat ZMapp. Obat itu telah diujicoba pada tujuh pasien Ebola, di mana dua di antaranya meninggal.
Sebuah kelompok regulator darah internasional di bawah WHO melansir laporan bahwa ribuan warga di Afrika yang pada masa lalu sembuh dari wabah Ebola bisa diambil sedikit darahnya.
Dalam dokumen lain yang diterbitkan minggu ini, WHO memperkirakan, batch pertama dari darah korban dapat tersedia pada akhir tahun ini. Badan ini mengatakan telah mengidentifikasi beberapa pasien Ebola yang sembuh. ”Tapi, pengumpulan darah masih ada masalah,” demikian laporan WHO, semalam (4/9/2014), seperti dikutip Fox News.
Beberapa ilmuwan berpendapat, antibodi dalam darah korban Ebola dapat membantu pasien yang terinfeksi penyakit mematikan itu. Antibodi diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan hal-hal berbahaya seperti virus.
Menurut para ahli, seperti laporan WHO tersebut, darah dari korban dapat dikumpulkan dan diproses untuk dijadikan bahan obat penyembuh pasien, atau korban yang selamat bisa menyumbangkan darahnya secara langsung untuk pasien. Namun, metode yang kedua memerlukan sreaning darah untuk mengantisipasi adanya penyakit lain seperti HIV atau malaria.
”Ini adalah sesuatu yang cukup sederhana untuk dilakukan,” kata Dr Peter Piot, Direktur School of Hygiene and Tropical Medicine London. Dia adalah koordinator tim penemu virus Ebola.
Lebih dari 200 ahli medis telah dikumpulkan Organisasi Kesehatan Dunia di Jenewa untuk berkonferensi selama dua hari. Mereka berkumpul setelah Ebola menjadi ancaman bagi seluruh umat manusia. Di wilayah Afrika Barat, gelombang serangan virus Ebola telah menyerang lebih dari 1.900 orang. (Baca: Korban Ebola di Liberia Jadi Santapan Anjing)
Selama ini pengobatan Ebola mengandalkan pada obat ZMapp. Obat itu telah diujicoba pada tujuh pasien Ebola, di mana dua di antaranya meninggal.
Sebuah kelompok regulator darah internasional di bawah WHO melansir laporan bahwa ribuan warga di Afrika yang pada masa lalu sembuh dari wabah Ebola bisa diambil sedikit darahnya.
Dalam dokumen lain yang diterbitkan minggu ini, WHO memperkirakan, batch pertama dari darah korban dapat tersedia pada akhir tahun ini. Badan ini mengatakan telah mengidentifikasi beberapa pasien Ebola yang sembuh. ”Tapi, pengumpulan darah masih ada masalah,” demikian laporan WHO, semalam (4/9/2014), seperti dikutip Fox News.
Beberapa ilmuwan berpendapat, antibodi dalam darah korban Ebola dapat membantu pasien yang terinfeksi penyakit mematikan itu. Antibodi diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan hal-hal berbahaya seperti virus.
Menurut para ahli, seperti laporan WHO tersebut, darah dari korban dapat dikumpulkan dan diproses untuk dijadikan bahan obat penyembuh pasien, atau korban yang selamat bisa menyumbangkan darahnya secara langsung untuk pasien. Namun, metode yang kedua memerlukan sreaning darah untuk mengantisipasi adanya penyakit lain seperti HIV atau malaria.
(mas)