UNAOC: Sektarian, Isu Seksi Konflik Dunia
A
A
A
NUSA DUA - Sektarian menjadi isu seksi dari pemicu konflik di dunia saat ini. Demikian disampaikan Perwakilan Tinggi United Nation on Civilization (UNAOC) Nassir Abdullazziz al-Nasser dalam pidatonya, di Nusa Dua, Bali, Jumat (29/8/2014).
Nasser menyampaikan kesedihannya terkait adanya pergeseran nilai yang terjadi di panggung dunia saat ini.”Peristiwa yang terjadi dalam dua bulan terakhir sudah cukup menjadi bukti bahwa sudah ada pergeseran nilai,” katanya.
”Krisis yang terjadi di Suriah, Irak, Gaza, dan selebihnya yang terjadi di Republik Afrika Tengah, Nigeria, Myanmar dan Sri Lanka menunjukan bahwa masyarakat internasional saat ini bergulat dengan ketegangan berbasis sektarian,” ujar Nasser.
Dia berharap, Global Forum UNAOC yang berlangsung di Bali ini, bisa menjadi contoh, bahwa seluruh negara, apapun suku maupun agamnya bisa hidup berdampingan secara bersama-sama.
“Hari ini adalah kesempatan bagi kita untuk merayakan keberagaman dunia, dengan nilai mereka masing,” imbuh Nasser.
Sementara itu, menurut Sekertaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, seharusnya perbedaan itu bukan menjadi sumber pemecah belah. Sebaliknya, perbedaan semestinya dijadikan alat pemersatu untuk saling melengkapi.
Nasser menyampaikan kesedihannya terkait adanya pergeseran nilai yang terjadi di panggung dunia saat ini.”Peristiwa yang terjadi dalam dua bulan terakhir sudah cukup menjadi bukti bahwa sudah ada pergeseran nilai,” katanya.
”Krisis yang terjadi di Suriah, Irak, Gaza, dan selebihnya yang terjadi di Republik Afrika Tengah, Nigeria, Myanmar dan Sri Lanka menunjukan bahwa masyarakat internasional saat ini bergulat dengan ketegangan berbasis sektarian,” ujar Nasser.
Dia berharap, Global Forum UNAOC yang berlangsung di Bali ini, bisa menjadi contoh, bahwa seluruh negara, apapun suku maupun agamnya bisa hidup berdampingan secara bersama-sama.
“Hari ini adalah kesempatan bagi kita untuk merayakan keberagaman dunia, dengan nilai mereka masing,” imbuh Nasser.
Sementara itu, menurut Sekertaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, seharusnya perbedaan itu bukan menjadi sumber pemecah belah. Sebaliknya, perbedaan semestinya dijadikan alat pemersatu untuk saling melengkapi.
(mas)