Pembantaian Berdarah di Masjid Sunni Irak, 73 Tewas
A
A
A
BAQUBA - Pembantaian berdarah terjadi di masjid Sunni, di Dekat Kota Bquba, Provinsi Diyala, Irak, kemarin. Hingga Sabtu (23/8/2014), sebanyak 73 orang tewas, dan jenazah berserakan di lantai masjid.
Pembantaian berdarah terhadap jemaah masjid Sunni di Irak itu terjadi di Desa Bani Wais. Sejumlah sumber keamanan mengatakan, sejumlah jenazah kini telah dibawa ke rumah sakit di Kota Baquba, Diyala.
Sebuah rekaman yang diunggah ke YouTube menunjukkan orang-orang tewas berserakan di lantai masjid, termasuk di antaranya satu anak.
Menurut sumber-sumber keamanan lokal, seperti dilaporkan Al Jazeera, serangan di masjid Sunni Irak itu, mungkin sebagai balasan atas serangan bom di pinggir jalan. Pembantaian berdarah itu kembali meningkatkan ketegangan sektarian di negara yang pernah dipimpin Saddam Hussein tersebut.
Para politisi Irak, termasuk Ketua Parlemen Salim al-Jabouri dan Wakil Perdana Menteri Saleh al Mutlak menuntut mantan perdana menteri Nuri al-Malik dan para politisi Syiah untuk menyerahkan pelaku pembantaian di masjid Sunni Irak itu dalam waktu 48 jam. Mereka juga mendesak agar para keluarga korban diberi kompensasi.
Perdana Menteri Irak yang baru diangkat, Haidar al-Abadi, mengutuk pembantaian berdarah itu. ”Saya sangat mengutuk pembunuhan warga sipil dan Jemaah (masjid) di Provinsi Diyala dan saya meminta warga untuk menolak upaya oleh musuh-musuh Irak ini untuk mengeksploitasi insiden tersebut untuk guna membangkitkan perselisihan antara putra-putra di Tanah Air yang sama,” ujarnya.
Petugas polisi Diyala, mengatakan kepada kantor berita Reuters, bahwa mereka telah merilis daftar warga Syiah yang menjadi tersangka atas insiden itu. Polisi juga menyebut, pelaku termasuk anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Pembantaian berdarah terhadap jemaah masjid Sunni di Irak itu terjadi di Desa Bani Wais. Sejumlah sumber keamanan mengatakan, sejumlah jenazah kini telah dibawa ke rumah sakit di Kota Baquba, Diyala.
Sebuah rekaman yang diunggah ke YouTube menunjukkan orang-orang tewas berserakan di lantai masjid, termasuk di antaranya satu anak.
Menurut sumber-sumber keamanan lokal, seperti dilaporkan Al Jazeera, serangan di masjid Sunni Irak itu, mungkin sebagai balasan atas serangan bom di pinggir jalan. Pembantaian berdarah itu kembali meningkatkan ketegangan sektarian di negara yang pernah dipimpin Saddam Hussein tersebut.
Para politisi Irak, termasuk Ketua Parlemen Salim al-Jabouri dan Wakil Perdana Menteri Saleh al Mutlak menuntut mantan perdana menteri Nuri al-Malik dan para politisi Syiah untuk menyerahkan pelaku pembantaian di masjid Sunni Irak itu dalam waktu 48 jam. Mereka juga mendesak agar para keluarga korban diberi kompensasi.
Perdana Menteri Irak yang baru diangkat, Haidar al-Abadi, mengutuk pembantaian berdarah itu. ”Saya sangat mengutuk pembunuhan warga sipil dan Jemaah (masjid) di Provinsi Diyala dan saya meminta warga untuk menolak upaya oleh musuh-musuh Irak ini untuk mengeksploitasi insiden tersebut untuk guna membangkitkan perselisihan antara putra-putra di Tanah Air yang sama,” ujarnya.
Petugas polisi Diyala, mengatakan kepada kantor berita Reuters, bahwa mereka telah merilis daftar warga Syiah yang menjadi tersangka atas insiden itu. Polisi juga menyebut, pelaku termasuk anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
(mas)