ISIS Rebut Fasilitas Senjata Kimia Irak
A
A
A
BAGHDAD - Pemerintah Irak telah kehilangan kontrol terhadap bekas fasilitas penyimpanan senjata kimia setelah kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menguasai fasilitas itu.
Dengan demikian, pemerintah Irak menyatakan tidak sanggup memenuhi kewajibannya untuk menghancurkan racun atau zat berbahaya di fasilitas itu.
Dikuasainya fasilitas bekas gudang senjata kimia Irak itu diceritakan Duta Besar irak untuk PBB, Mohamed Ali al-Hakim dalam suratnya kepda Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon.
Hakim mengatakan, fasilitas senjata kimia Irak yang berada di Muthanna, Baghdad utara direbut militan ISIS pada 11 Juni 2014. Menurutnya, di fasilitas itu masih terdapat sisa-sisa program senjata kimia yang tersimpan dalam sebuah bunker.
”Itu terlihat saat fajar pada Kamis, Juni 12, 2014. Itu terlihat melalui sistem kamera pengintai, bahwa terjadi penjarahan beberapa peralatan proyek dan peralatan (senjata kimia), sebelum akhirnya teroris menonaktifkan sistem pengintai,” bunyi surat Hakim, seperti dikutip Reuters, Rabu (9/7/2014).
ISIS yang telah mengubah namanya menjadi Negara Islam dan menujuk pemimpinnya Abu Bakar al-Baghdadi sebagai Khalifah Islam sedunia terus memperluas serangan mereka di Irak.
”Pemerintah Irak meminta negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memahami ketidakmampuan Irak saat ini, karena memburuknya situasi keamanan, untuk memenuhi kewajibannya untuk menghancurkan senjata kimia,” lanjut surat Hakim.
Irak, Hakim melanjutkan, akan meneruskan kewajibannya ketika situasi keamanan sudah membaik dan pemerintah kembali menguasai fasilitas itu.
Sementara tu, juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Laksamana John Kirby pernah mengatakan, bahwa materi senjata kimia di Irak mustahil bisa diakses maupun digunakan untuk saat ini.“Kami tidak melihat situs tertentu dan mereka menjadikan itu sebagai isu utama pada saat ini," kata Kirby.
Dengan demikian, pemerintah Irak menyatakan tidak sanggup memenuhi kewajibannya untuk menghancurkan racun atau zat berbahaya di fasilitas itu.
Dikuasainya fasilitas bekas gudang senjata kimia Irak itu diceritakan Duta Besar irak untuk PBB, Mohamed Ali al-Hakim dalam suratnya kepda Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon.
Hakim mengatakan, fasilitas senjata kimia Irak yang berada di Muthanna, Baghdad utara direbut militan ISIS pada 11 Juni 2014. Menurutnya, di fasilitas itu masih terdapat sisa-sisa program senjata kimia yang tersimpan dalam sebuah bunker.
”Itu terlihat saat fajar pada Kamis, Juni 12, 2014. Itu terlihat melalui sistem kamera pengintai, bahwa terjadi penjarahan beberapa peralatan proyek dan peralatan (senjata kimia), sebelum akhirnya teroris menonaktifkan sistem pengintai,” bunyi surat Hakim, seperti dikutip Reuters, Rabu (9/7/2014).
ISIS yang telah mengubah namanya menjadi Negara Islam dan menujuk pemimpinnya Abu Bakar al-Baghdadi sebagai Khalifah Islam sedunia terus memperluas serangan mereka di Irak.
”Pemerintah Irak meminta negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memahami ketidakmampuan Irak saat ini, karena memburuknya situasi keamanan, untuk memenuhi kewajibannya untuk menghancurkan senjata kimia,” lanjut surat Hakim.
Irak, Hakim melanjutkan, akan meneruskan kewajibannya ketika situasi keamanan sudah membaik dan pemerintah kembali menguasai fasilitas itu.
Sementara tu, juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Laksamana John Kirby pernah mengatakan, bahwa materi senjata kimia di Irak mustahil bisa diakses maupun digunakan untuk saat ini.“Kami tidak melihat situs tertentu dan mereka menjadikan itu sebagai isu utama pada saat ini," kata Kirby.
(mas)