Merdeka dari Irak, Pemimpin Kurdi Ingin Referendum
A
A
A
KURDI - Pemimpin wilayah otonom Kurdistan, Irak, Massoud Barzani, menyerukan parlemen untuk menetapkan tanggal referendum kemerdekaan dari Irak. Wilayah itu sudah lama ingin pisah dari Irak, setelah negara itu mengalami kekacauan tiada henti sejak rezim Saddam Hussein tumbang.
Anggota parlemen dari Partai Demokrat Kurdistan (KDP), Farhad Sofi, kepada Reuters, membenarkan permintaan pemimpin Kurdi itu untuk menggelar referendum.
”Barzani meminta parlemen untuk membentuk sebuah komisi pemilihan independen guna melaksanakan referendum di wilayah Kurdistan dan menentukan jalan ke depan,” katanya yang dilansir Jumat (4/7/2014).
Parlemen belum memutuskan permintaan pemimpin Kurdi itu. Namun, Amerika Serikat pada Kamis kemarin menyayangkan langkah Barzani untuk merdeka dari Irak. Menurut AS, satu-satunya cara untuk bisa mengusir militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah dengan bersatu.
Gedung Putih, semula mencoba meyakinkan para pemimpin Sunni, Syiah dan Kurdi di Irak untuk membentuk pemerintahan bersatu di Baghdad. Namun, usulan itu disambut dingin. ”Faktanya adalah bahwa kita tetap percaya bahwa Irak lebih kuat jika bersatu,” ujar juru bicara Gedung Putih, John Earnest.
“Itulah sebabnya Amerika Serikat terus mendukung Irak yang demokratis, pluralistik dan bersatu dan kita akan terus mendesak semua pihak di Irak untuk terus bekerja bersama menuju tujuan itu,” kata Earnest.
Pemimpin Kurdi menyalahkan Perdana Menteri Irak, Nuri al-Maliki atas kacauanya situasi di Irak. ”Kami memperingatkan Maliki sejak enam bulan lalu tentang apa yang terjadi di Irak, tapi dia tidak mendengarkan dan ini adalah konsekuensinya,” ujar Barzani dalam sebuah pertemuan dengan anggota parlemen.
Anggota parlemen dari Partai Demokrat Kurdistan (KDP), Farhad Sofi, kepada Reuters, membenarkan permintaan pemimpin Kurdi itu untuk menggelar referendum.
”Barzani meminta parlemen untuk membentuk sebuah komisi pemilihan independen guna melaksanakan referendum di wilayah Kurdistan dan menentukan jalan ke depan,” katanya yang dilansir Jumat (4/7/2014).
Parlemen belum memutuskan permintaan pemimpin Kurdi itu. Namun, Amerika Serikat pada Kamis kemarin menyayangkan langkah Barzani untuk merdeka dari Irak. Menurut AS, satu-satunya cara untuk bisa mengusir militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah dengan bersatu.
Gedung Putih, semula mencoba meyakinkan para pemimpin Sunni, Syiah dan Kurdi di Irak untuk membentuk pemerintahan bersatu di Baghdad. Namun, usulan itu disambut dingin. ”Faktanya adalah bahwa kita tetap percaya bahwa Irak lebih kuat jika bersatu,” ujar juru bicara Gedung Putih, John Earnest.
“Itulah sebabnya Amerika Serikat terus mendukung Irak yang demokratis, pluralistik dan bersatu dan kita akan terus mendesak semua pihak di Irak untuk terus bekerja bersama menuju tujuan itu,” kata Earnest.
Pemimpin Kurdi menyalahkan Perdana Menteri Irak, Nuri al-Maliki atas kacauanya situasi di Irak. ”Kami memperingatkan Maliki sejak enam bulan lalu tentang apa yang terjadi di Irak, tapi dia tidak mendengarkan dan ini adalah konsekuensinya,” ujar Barzani dalam sebuah pertemuan dengan anggota parlemen.
(mas)