Lavrov: Seruan Damai Poroshenko Lebih Mirip Ultimatum
A
A
A
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia, Segei Lavrov menyatakan, dirinya lebih melihat seruan damai yang diutarakan oleh presiden Ukraina, Petro Poroshenko pada separatis pro-Rusia, tak ubahnya sebagai ultimatum.
Menurut Lavrov, dalam rencana perundingan damai yang diajukan oleh Poroshenko itu terdapat beberapa hal yang sifatnya memaksa, dan memiliki efek menghukum bila orang tidak menjalankan ketentuan tersebut.
“Intinya adalah tentang semua orang yang tidak sejalan dengan pemerintah saat ini, dan bagaimana cara pemerintah untuk memaksa mereka (separatis) untuk meletakan senjata mereka,” ungkap Lavrov. Seperti dilansir Itar-tas, Minggu (22/6/2014).
“Jika mereka tidak mau, mereka harus meninggalkan Ukraina atau bila memang mereka tidak terbukti melakukan kejahatan berat, maka mereka akan mendapatkan pengampunan dari pemerintah,” Lavrov menambahkan.
Lavrov menyatakan, hal kunci untuk memulai dialog damai belum tersentuh oleh pihak Ukraina dan tidak sesuai dengan apa yang dibicarakan oleh Poroshenko dengan presiden Rusia, Vladimir Putin di Normandia beberapa waktu lalu.
Pihak Rusia, baik melalui Putin ataupun Lavrov menyatakan, hal kunci dalam upaya dialog damai ini adalah penghentian operasi militer yang dilakukan Ukraina dan dimulainya gencatan senjata oleh kedua belah pihak.
Dia melihat saat ini, Poroshenko telah menyatakan gencatan damai namun fakta di lapangan menunjukan sesuatu yang berbeda. Menurut Rusia, pihak Ukraina masih terus melakukan penyerangan.
"Kami sangat khawatir dengan fakta yang menunjukan secara bersamaan dengan pengumuman rencana perdamaian, operasi militer telah ditingkatkan oleh pemerintah Ukraina, yang mengakibatkan korban luka di pihak Rusia," ungkap Lavrov.
Menurut Lavrov, dalam rencana perundingan damai yang diajukan oleh Poroshenko itu terdapat beberapa hal yang sifatnya memaksa, dan memiliki efek menghukum bila orang tidak menjalankan ketentuan tersebut.
“Intinya adalah tentang semua orang yang tidak sejalan dengan pemerintah saat ini, dan bagaimana cara pemerintah untuk memaksa mereka (separatis) untuk meletakan senjata mereka,” ungkap Lavrov. Seperti dilansir Itar-tas, Minggu (22/6/2014).
“Jika mereka tidak mau, mereka harus meninggalkan Ukraina atau bila memang mereka tidak terbukti melakukan kejahatan berat, maka mereka akan mendapatkan pengampunan dari pemerintah,” Lavrov menambahkan.
Lavrov menyatakan, hal kunci untuk memulai dialog damai belum tersentuh oleh pihak Ukraina dan tidak sesuai dengan apa yang dibicarakan oleh Poroshenko dengan presiden Rusia, Vladimir Putin di Normandia beberapa waktu lalu.
Pihak Rusia, baik melalui Putin ataupun Lavrov menyatakan, hal kunci dalam upaya dialog damai ini adalah penghentian operasi militer yang dilakukan Ukraina dan dimulainya gencatan senjata oleh kedua belah pihak.
Dia melihat saat ini, Poroshenko telah menyatakan gencatan damai namun fakta di lapangan menunjukan sesuatu yang berbeda. Menurut Rusia, pihak Ukraina masih terus melakukan penyerangan.
"Kami sangat khawatir dengan fakta yang menunjukan secara bersamaan dengan pengumuman rencana perdamaian, operasi militer telah ditingkatkan oleh pemerintah Ukraina, yang mengakibatkan korban luka di pihak Rusia," ungkap Lavrov.
(esn)