Gagal Pilih Presiden, Libanon Tak Punya Kepala Negara
A
A
A
BEIRUT - Parlemen Libanon kembali gagal memilih presiden baru negara itu untuk keenam kalinya. Sidang parlemen yang dilaksanakan kemarin kembali tidak menghasilkan keputusan apapun. Praktis, Libanon tidak memiliki kepala negara dalam waktu yang panjang.
Lamana Al Arabiya, Selasa (10/6/2014), melaporkan, Libanon sudah dua minggu tidak memiliki kepala negara, setelah jabatan Presiden Michel Suleiman berahir 25 Mei 2014 lalu. Oposisi Libanon menolak untuk memberikan suara mereka di parlemen.
“Parlemen akan kembali bertemu 18 Juni 2014 mendatang untuk membicarakan jalan keluar dari kebuntuan ini,” ungkap juru bicara parlemen, Nabih Berri. Konflik yang terjadi di negara tetangga mereka, yakni Suriah menjadi salah satu faktor penyebab kebuntuan tersebut.
Ada dua faksi di parlemen Libanon yang berbeda pandangan dalam menyikapi konflik di Suriah. Salah satu faksi mendukung pemerintahan Bahsar al-Assad di Suriah. Sedangkan faksi lainnya menentang rezim Assad. Ketegangan itu berlanjut ke politik dalam negeri Libanon.
Libanon sendiri ikut terkena imbas krisis Suriah, karena banyak pengungsi Suriah masuk ke negara itu. Menurut Gubernur Bank Sentral Libanon, Riad Salameh, kebuntuan yang menyebabkan kekosongan presiden ini, bukan hanya akan mempengaruhi bidang politik tetapi juga akan mempengaruhi ekonomi Libanon.
“Kekosongan (presiden) ini dan dampaknya terhadap lembaga konstitusional lainnya akan mempengaruhi kepercayaan dan pertumbuhan ekonomi," ujar Salameh.
Lamana Al Arabiya, Selasa (10/6/2014), melaporkan, Libanon sudah dua minggu tidak memiliki kepala negara, setelah jabatan Presiden Michel Suleiman berahir 25 Mei 2014 lalu. Oposisi Libanon menolak untuk memberikan suara mereka di parlemen.
“Parlemen akan kembali bertemu 18 Juni 2014 mendatang untuk membicarakan jalan keluar dari kebuntuan ini,” ungkap juru bicara parlemen, Nabih Berri. Konflik yang terjadi di negara tetangga mereka, yakni Suriah menjadi salah satu faktor penyebab kebuntuan tersebut.
Ada dua faksi di parlemen Libanon yang berbeda pandangan dalam menyikapi konflik di Suriah. Salah satu faksi mendukung pemerintahan Bahsar al-Assad di Suriah. Sedangkan faksi lainnya menentang rezim Assad. Ketegangan itu berlanjut ke politik dalam negeri Libanon.
Libanon sendiri ikut terkena imbas krisis Suriah, karena banyak pengungsi Suriah masuk ke negara itu. Menurut Gubernur Bank Sentral Libanon, Riad Salameh, kebuntuan yang menyebabkan kekosongan presiden ini, bukan hanya akan mempengaruhi bidang politik tetapi juga akan mempengaruhi ekonomi Libanon.
“Kekosongan (presiden) ini dan dampaknya terhadap lembaga konstitusional lainnya akan mempengaruhi kepercayaan dan pertumbuhan ekonomi," ujar Salameh.
(esn)