Sampul Buku Kuno Harvard Terbuat dari Kulit Manusia
A
A
A
LONDON - Sebuah pengujian dilakukan terhadap buku kuno koleksi perpustakaan Universitas Havard, Inggris. Pemicunya, karena ada klaim yang menyatakan bukut berjudul “Des destinées de l'ame” tersebut sampulnya terbuat dari kulit manusia.
Buku itu berisi tentang meditasi pada kehidupan setelah kematian yang diberikan si penulis kepada Dr Ludovic Bouland pada pertengahan 1880-an. Cerita itu berlanjut, setelah Bouland membuat sampul buku itu dengan kulit tubuh seorang perempuan pasien sakit jiwa yang meninggal dunia akibat stroke.
Sebuah prasasti ditulis Bouland di sampul depan dalam bahasa Prancis.”Kulit perkamen manusia yang ada ornamen telah dicap untuk menjaga keanggunan,” bunyi tulisan itu.
”Dengan melihat hati-hati, Anda dengan mudah membedakan pori-pori kulit. Sebuah buku tentang jiwa manusia berhak untuk memiliki penutup manusia. Saya telah menyimpan sepotong kulit manusia yang diambil dari bagian belakang seorang wanita,” lanjut tulisan Bouland, seperti dikutip AFP, kemarin.
“Sangat menarik untuk melihat aspek yang berbeda. Perubahan kulit ini sesuai dengan metode dikenakan,” imbuh tulisan tersebut.
Sampul buku dari kulit manusia adalah praktek yang disebut "bibliopegy anthropodermic" dan itu dilakukan sejak abad ke-17. Meskipun prasasti itu mengklaim bahwa sampul buku tersebut dari kulit manusia, namun pustakawan Harvard belum melakukan tes secara menyeluruh pada sampul buku tersebut.
Untuk memverifikasi benar atau tidaknya kulit manusia dijadikan sampul buku tersebut, sampel kecil telah diambil dan dianalisis. Penelitian dilakukan dengan teknik sidik jari dan pendekatan analitis yang mengidentifikasi jenis kulit. Proses ini bisa membedakan berbagai jenis kulit. Contohnya, kulit sapi, domba atau kambing atau kulit primata yang mungkin saja ada persamaan dengan struktur kulit manusia.
Kulit yang diuji selanjutnya dianalisis menggunakan teknik yang disebut kromatografi-spektrometri. Teknik ini akan menunjukkan urutan asam amino untuk membedakan antar-spesies. Namun, menurut seorang konservator buku terkemuka, Alan Puglia, 99 persen sampul buku kuno itu memang terbuat dari kulit manusia.
Buku itu berisi tentang meditasi pada kehidupan setelah kematian yang diberikan si penulis kepada Dr Ludovic Bouland pada pertengahan 1880-an. Cerita itu berlanjut, setelah Bouland membuat sampul buku itu dengan kulit tubuh seorang perempuan pasien sakit jiwa yang meninggal dunia akibat stroke.
Sebuah prasasti ditulis Bouland di sampul depan dalam bahasa Prancis.”Kulit perkamen manusia yang ada ornamen telah dicap untuk menjaga keanggunan,” bunyi tulisan itu.
”Dengan melihat hati-hati, Anda dengan mudah membedakan pori-pori kulit. Sebuah buku tentang jiwa manusia berhak untuk memiliki penutup manusia. Saya telah menyimpan sepotong kulit manusia yang diambil dari bagian belakang seorang wanita,” lanjut tulisan Bouland, seperti dikutip AFP, kemarin.
“Sangat menarik untuk melihat aspek yang berbeda. Perubahan kulit ini sesuai dengan metode dikenakan,” imbuh tulisan tersebut.
Sampul buku dari kulit manusia adalah praktek yang disebut "bibliopegy anthropodermic" dan itu dilakukan sejak abad ke-17. Meskipun prasasti itu mengklaim bahwa sampul buku tersebut dari kulit manusia, namun pustakawan Harvard belum melakukan tes secara menyeluruh pada sampul buku tersebut.
Untuk memverifikasi benar atau tidaknya kulit manusia dijadikan sampul buku tersebut, sampel kecil telah diambil dan dianalisis. Penelitian dilakukan dengan teknik sidik jari dan pendekatan analitis yang mengidentifikasi jenis kulit. Proses ini bisa membedakan berbagai jenis kulit. Contohnya, kulit sapi, domba atau kambing atau kulit primata yang mungkin saja ada persamaan dengan struktur kulit manusia.
Kulit yang diuji selanjutnya dianalisis menggunakan teknik yang disebut kromatografi-spektrometri. Teknik ini akan menunjukkan urutan asam amino untuk membedakan antar-spesies. Namun, menurut seorang konservator buku terkemuka, Alan Puglia, 99 persen sampul buku kuno itu memang terbuat dari kulit manusia.
(mas)