Dua Negara Eropa Timur Ini Berani Tolak Pasukan NATO
A
A
A
BRATISLAVA - Dua negara di Eropa Timur, Slovakia dan Republik Ceko, telah menolak untuk menjadi tuan rumah bagi pasukan NATO. Kedua negara itu juga menolak jika wilayahnya dijadikan pangkalan militer NATO.
Perdana menteri dua negara itu menyampaikan penolakan terhadap usulan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama yang menginginkan pasukan NATO dikerahkan di dua negara Eropa Timur tersebut. Penolakan itu, mewarnai peta perpolitikan baru di Eropa Timur. Sebab, mayoritas negara di Eropa Timur justru mengharapkan kehadiran pasukan NATO. Mereka selama ini cemas dengan sepak terjang Rusia di Ukraina.
Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico, mengatakan, negaranya siap memenuhi kewajibannya sebagai negara anggota NATO. Namun, dia menolak jika pasukan NATO beroperasi di wilayahnya.
“(Kami) tidak bisa membayangkan jika pasukan asing dikerahkan di wilayah kami, ke beberapa pangkalan (militer),” kata Fico, seperti dikutip Russia Today, Kamis (5/6/2014).
“Slovakia memiliki pengalaman historis dengan partisipasi pasukan asing. Mari kita ingat invasi tahun 1968. Oleh karena itu, topik ini luar biasa sensitif terhadap kami,” lanjut Fico.
Ceko dan Slovakia semula adalah satu negara bernama Cekoslovakia. Namun, pada tahun 1993 keduanya terpecah menjadi Republik Ceko dan Slovakia.
Suara penolakan yang sama juga disampaikan Perdana Menteri Ceko, Bohuslav Sobotka, Selasa lalu. Dia mengatakan, bahwa negaranya tidak ingin melihat keberadaan pasukan asing di wilayahnya. Menteri Pertahanan Republik Ceko, Martin Stropinsky, mengatakan, invasi pasukan asing pada tahun 1968 menjadi alasan utama bagi negaranya untuk menolak menerima pasukan NATO.
Sikap berbeda ditunjukkan tiga negara Batik, yakni Lithuania, Latvia dan Estonia, yang antusias menerima kehadiaran pasukan NATO untuk latihan perang guna mencegah aksi Rusia yang dicurigai akan menyerang negara-negara Eropa Timur setelah mencaplok Crimea dari Ukraina.
Perdana menteri dua negara itu menyampaikan penolakan terhadap usulan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama yang menginginkan pasukan NATO dikerahkan di dua negara Eropa Timur tersebut. Penolakan itu, mewarnai peta perpolitikan baru di Eropa Timur. Sebab, mayoritas negara di Eropa Timur justru mengharapkan kehadiran pasukan NATO. Mereka selama ini cemas dengan sepak terjang Rusia di Ukraina.
Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico, mengatakan, negaranya siap memenuhi kewajibannya sebagai negara anggota NATO. Namun, dia menolak jika pasukan NATO beroperasi di wilayahnya.
“(Kami) tidak bisa membayangkan jika pasukan asing dikerahkan di wilayah kami, ke beberapa pangkalan (militer),” kata Fico, seperti dikutip Russia Today, Kamis (5/6/2014).
“Slovakia memiliki pengalaman historis dengan partisipasi pasukan asing. Mari kita ingat invasi tahun 1968. Oleh karena itu, topik ini luar biasa sensitif terhadap kami,” lanjut Fico.
Ceko dan Slovakia semula adalah satu negara bernama Cekoslovakia. Namun, pada tahun 1993 keduanya terpecah menjadi Republik Ceko dan Slovakia.
Suara penolakan yang sama juga disampaikan Perdana Menteri Ceko, Bohuslav Sobotka, Selasa lalu. Dia mengatakan, bahwa negaranya tidak ingin melihat keberadaan pasukan asing di wilayahnya. Menteri Pertahanan Republik Ceko, Martin Stropinsky, mengatakan, invasi pasukan asing pada tahun 1968 menjadi alasan utama bagi negaranya untuk menolak menerima pasukan NATO.
Sikap berbeda ditunjukkan tiga negara Batik, yakni Lithuania, Latvia dan Estonia, yang antusias menerima kehadiaran pasukan NATO untuk latihan perang guna mencegah aksi Rusia yang dicurigai akan menyerang negara-negara Eropa Timur setelah mencaplok Crimea dari Ukraina.
(mas)