Abaikan AS, Perancis Nekat Jual Kapal Perang ke Rusia
A
A
A
PARIS - Pemerintah Perancis akan terus melangkah dengan kesepakatan kontrak terkait penjualan dua kapal perang Mistral kepada Rusia. Perancis memilih mengabaikan kemarahan Amerika Serikat (AS) yang sejak awal memprotes tindakan penjualan dua kapal perang kepada Rusia tersebut.
Kementerian Pertahanan Perancis, kepada Itar-Tass, pada Jumat (30/5/2014) menegaskan, kesepakatan penjualan dua kapal perang pengangkut helikopter tempur itu tidak akan dihentikan. Menurut kementerian itu, Perancis sepenuhnya mematuhi kewajiban kontrak yang berakhir pada bulan Oktober dan November.
Komitmen kementerian itu sekaligus menegaskan pernyaraan Presiden Perancis, Francois Hollande yang mengunjungi Berlin awal bulan ini. Menteri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius, telah mengumumkan bahwa kesepakatan penjualan dua kapal perang kepada Rusia telah berjalan.
”Rusia sudah membayar lebih dari setengah dari biaya kontrak, dan menurut hukum, tidak ada kemungkinan untuk berkata 'tidak ' dengan kesepakatan itu,” kata Fabius.
Kendati demikian, lanjut dia, Perancis masih mempunyai kesempatan untuk mengambil sikap atas masalah ini pada bulan Oktober nanti. ”Mari kita menunggu dan melihat situasi apa dan hukum akan menjadi seperti apa,” kata Fabius, mengacu pada sanksi Uni Eropa yang telah dijatuhkan kepada Rusia sebagai imbas atas intervensi Moskow dalam krisis di Ukraina.
Kementerian Pertahanan Perancis, kepada Itar-Tass, pada Jumat (30/5/2014) menegaskan, kesepakatan penjualan dua kapal perang pengangkut helikopter tempur itu tidak akan dihentikan. Menurut kementerian itu, Perancis sepenuhnya mematuhi kewajiban kontrak yang berakhir pada bulan Oktober dan November.
Komitmen kementerian itu sekaligus menegaskan pernyaraan Presiden Perancis, Francois Hollande yang mengunjungi Berlin awal bulan ini. Menteri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius, telah mengumumkan bahwa kesepakatan penjualan dua kapal perang kepada Rusia telah berjalan.
”Rusia sudah membayar lebih dari setengah dari biaya kontrak, dan menurut hukum, tidak ada kemungkinan untuk berkata 'tidak ' dengan kesepakatan itu,” kata Fabius.
Kendati demikian, lanjut dia, Perancis masih mempunyai kesempatan untuk mengambil sikap atas masalah ini pada bulan Oktober nanti. ”Mari kita menunggu dan melihat situasi apa dan hukum akan menjadi seperti apa,” kata Fabius, mengacu pada sanksi Uni Eropa yang telah dijatuhkan kepada Rusia sebagai imbas atas intervensi Moskow dalam krisis di Ukraina.
(mas)