Takut dihukum Rusia, Perancis tak batalkan jual kapal perang
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Perancis tetap melanjutkan kesepakatan kontrak untuk menjual dua kapal perang perang Mistral kepada Rusia. Perancis mengabaikan tekanan Amerika Serikat dan Uni Eropa yang sedang menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas intervensi Moskow dalam krisis Ukraina.
Perancis takut terkena hukuman dari Rusia jika berani membatalkan kontrak itu. Pasalnya, nilai sanksi atau hukuman sangat besar dan bisa mempengaruhi ekonomi Perancis. (Baca: Perancis jual kapal perang ke Rusia, AS kesal)
Seorang pejabat Pemerintah Perancis yang bepergian dengan Presiden Francoise Hollande di Azerbaijan, mengatakan, Perancis tidak mau menerima denda yang memberatkan dari Rusia.
”(Kapal) Mistral bukan bagian dari sanksi tingkat ketiga (yang dijatuhkan kepada Rusia). Kontrak telah dibayarkan dan akan ada sanksi keuangan jika tidak memberikan (kapal) itu,” kata pejabat yang menolak ditulis namanya itu.
“Perancis yang akan dihukum (jika melanggar kontrak). Ini terlalu mudah untuk mengatakan Perancis harus menyerah untuk menjual kapal,” lanjut pejabat itu.
Presiden Hollande juga mengatakan, bahwa kontrak tetap akan berjalan. ”Kontrak ini ditandatangani pada tahun 2011, hal itu akan dijalankan. Untuk saat itu tidak dipertanyakan,” ujar Hollande dalam kunjungan ke Jerman untuk menemui Kanselir Angela Merkel.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia memperingatkan Paris, untuk membayar denda mahal jika berani membatalkan kesepakatan kontrak.
LamanRussia Today melaporkan, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan Menteri Luar John Kerry, pada Selasa (13/5/2014) akan bertemu Menteri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius di Washington. Mereka akan membahas masalah penjualan kapal perang Perancis kepada Rusia, di saat AS dan sekutu-sekutunya di Eropa sedang menjatuhkan sanksi kepada Moskow.
Kapal perang Mistral Perancis yang dijual ke Rusia ada dua jenis. Yang pertama, bernama Vladivostok, yang dijadwalkan akan sampai ke Rusia pada Oktober 2014.
Sedangkan yang kedua, bernama Sebastopol yang akan dikirimkan pada tahun 2015. Kapal-kapal perang itu akan ditempatkan bersama Armada Laut Hitam Rusia di Crimea, wilayah yang semula bagian dari Ukraina namun dianeksasi Moskow pada Maret 2014 lalu.
Perancis takut terkena hukuman dari Rusia jika berani membatalkan kontrak itu. Pasalnya, nilai sanksi atau hukuman sangat besar dan bisa mempengaruhi ekonomi Perancis. (Baca: Perancis jual kapal perang ke Rusia, AS kesal)
Seorang pejabat Pemerintah Perancis yang bepergian dengan Presiden Francoise Hollande di Azerbaijan, mengatakan, Perancis tidak mau menerima denda yang memberatkan dari Rusia.
”(Kapal) Mistral bukan bagian dari sanksi tingkat ketiga (yang dijatuhkan kepada Rusia). Kontrak telah dibayarkan dan akan ada sanksi keuangan jika tidak memberikan (kapal) itu,” kata pejabat yang menolak ditulis namanya itu.
“Perancis yang akan dihukum (jika melanggar kontrak). Ini terlalu mudah untuk mengatakan Perancis harus menyerah untuk menjual kapal,” lanjut pejabat itu.
Presiden Hollande juga mengatakan, bahwa kontrak tetap akan berjalan. ”Kontrak ini ditandatangani pada tahun 2011, hal itu akan dijalankan. Untuk saat itu tidak dipertanyakan,” ujar Hollande dalam kunjungan ke Jerman untuk menemui Kanselir Angela Merkel.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia memperingatkan Paris, untuk membayar denda mahal jika berani membatalkan kesepakatan kontrak.
LamanRussia Today melaporkan, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan Menteri Luar John Kerry, pada Selasa (13/5/2014) akan bertemu Menteri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius di Washington. Mereka akan membahas masalah penjualan kapal perang Perancis kepada Rusia, di saat AS dan sekutu-sekutunya di Eropa sedang menjatuhkan sanksi kepada Moskow.
Kapal perang Mistral Perancis yang dijual ke Rusia ada dua jenis. Yang pertama, bernama Vladivostok, yang dijadwalkan akan sampai ke Rusia pada Oktober 2014.
Sedangkan yang kedua, bernama Sebastopol yang akan dikirimkan pada tahun 2015. Kapal-kapal perang itu akan ditempatkan bersama Armada Laut Hitam Rusia di Crimea, wilayah yang semula bagian dari Ukraina namun dianeksasi Moskow pada Maret 2014 lalu.
(mas)