Putin rumuskan sikap soal referendum Ukraina timur
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Rusia, Vladimir Putin, akan merumuskan sikapnya terhadap referendum di Donetsk dan Luhansk, Ukraina timur yang digelar kemarin. Demikian keterangan dari juru bicara Putin, Dmitry Peskov, Senin (12/5/2014).
“Apa keputusan Presiden Rusia, itu akan sulit untuk ditebak,” kata Peskov kepada surat kabar Kommersant. Putin sendiri sebelumnya telah meminta kepada para pimpinan separaratis pro-Moskow di Ukraina timur untuk menunda referendum.
Namun mereka menolak permintaan Putin. Mereka tetap nekat menggelar ferendum, di mana hasilnya mayoritas rakyat setempat memilih pisah dari Ukraina atau merdeka. Ditanya, apakah Putin meminta penundaan itu setelah berkonsultasi dengan berbagai pihak. Peskov berujar; ”(Dia) tidak bertanya, tapi membuat rekomendasi seperti itu.”
”Namun, itu sulit untuk mengindahkan rekomendasi, bahkan mempertimbangkan prestise Presiden Rusia . Dengan mempertimbangkan tindakan tempur yang nyata , penduduk harus bertindak sesuai dengan rencana mereka sendiri dan melanjutkan dari situasi yang sebenarnya,” lanjut Peskov.
Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE ) telah mengutuk referendum itu. Mereka tidak mengakui hasil referendum di Luhansk dan Donetsk yang mereka sebut sebagai referendum ilegal. Terlebih, Ukraina sendiri akan menggelar pemilu pada 25 Mei 2014 mendatang.
Peskov juga mengkritik keras, jika dalam referendum di Ukraina timur itu Rusia kembali disalahkan. Sebab, Presiden Putin sendiri sudah berupaya membujuk para separatis lokal unutk menunda referendum.”Itu kebodohan mutlak,” kritik Peskov yang ditujukan kepada Amerika Serikat dan Uni Eropa jika kembali menyalahkan Rusia.
”Mengapa Barat tidak bisa mencegah penggunaan kendaraan lapis baja yang mengangkut tentara di Slavyansk dan Kramatorsk dan mencegah (tentara Kiev) membunuh sipil? Mereka tidak menggunakan pengaruh mereka, tapi justru menyalahkan Rusia atas segala hal,” imbuh Peskov.
“Apa keputusan Presiden Rusia, itu akan sulit untuk ditebak,” kata Peskov kepada surat kabar Kommersant. Putin sendiri sebelumnya telah meminta kepada para pimpinan separaratis pro-Moskow di Ukraina timur untuk menunda referendum.
Namun mereka menolak permintaan Putin. Mereka tetap nekat menggelar ferendum, di mana hasilnya mayoritas rakyat setempat memilih pisah dari Ukraina atau merdeka. Ditanya, apakah Putin meminta penundaan itu setelah berkonsultasi dengan berbagai pihak. Peskov berujar; ”(Dia) tidak bertanya, tapi membuat rekomendasi seperti itu.”
”Namun, itu sulit untuk mengindahkan rekomendasi, bahkan mempertimbangkan prestise Presiden Rusia . Dengan mempertimbangkan tindakan tempur yang nyata , penduduk harus bertindak sesuai dengan rencana mereka sendiri dan melanjutkan dari situasi yang sebenarnya,” lanjut Peskov.
Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE ) telah mengutuk referendum itu. Mereka tidak mengakui hasil referendum di Luhansk dan Donetsk yang mereka sebut sebagai referendum ilegal. Terlebih, Ukraina sendiri akan menggelar pemilu pada 25 Mei 2014 mendatang.
Peskov juga mengkritik keras, jika dalam referendum di Ukraina timur itu Rusia kembali disalahkan. Sebab, Presiden Putin sendiri sudah berupaya membujuk para separatis lokal unutk menunda referendum.”Itu kebodohan mutlak,” kritik Peskov yang ditujukan kepada Amerika Serikat dan Uni Eropa jika kembali menyalahkan Rusia.
”Mengapa Barat tidak bisa mencegah penggunaan kendaraan lapis baja yang mengangkut tentara di Slavyansk dan Kramatorsk dan mencegah (tentara Kiev) membunuh sipil? Mereka tidak menggunakan pengaruh mereka, tapi justru menyalahkan Rusia atas segala hal,” imbuh Peskov.
(mas)