Perang di Ukraina tak imbang, Rusia siap bermanuver
A
A
A
Sindonews.com – Perang sipil pecah di Ukraina timur antara pasukan Ukraina dan kelompok bersenjata pro-Rusia. Moskow mengklaim “dipaksa” beraksi karena perang yang terjadi tidak seimbang.
”Perintah untuk menggunakan kekerasan terhadap warga sipil telah diberikan (Pemerintah Ukraina), dan jika mesin militer ini tidak dihentikan, jumlah korban akan bertambah,” kata Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu.
“Permainan perang oleh NATO di Polandia dan negara-negara Baltik, juga tidak membantu menormalisasi situasi. Kami dipaksa untuk bereaksi terhadap situasi ini,” lanjut Shoigu, sebagaimana dilansir Rusia Today.
Manuver militer Rusia, lanjut Shoigu, bersifat latihan perang. Shoigu mengatakan bahwa 11.000 tentara Ukraina, 160 tank, 230 kendaraan lapis baja dan setidaknya 150 artileri terlibat dalam operasi militer untuk menumpas para demonstran bersenjata anti-Kiev. (Baca: Perang sipil pecah, Ukraina timur mencekam)
“Unit penjaga nasional dan ekstremis sektor kanan berperang melawan penduduk sipil yang damai. Juga pasukan keamanan internal dikerahkan ke ke Lugansk dan Donetsk untuk menekan perbedaan pendapat,” imbuh dia.
Sebaliknya, kelompok bersenjata pro-Rusia berjumlah sekitar 2.000 dan memiliki sekitar 100 senjata.”Ini konfrontasi yang tidak berimbang,” ucap Shoigu.
Ancang-ancang militer Rusia untuk bermanuver di Ukraina telah diawasi Amerika Serikat (AS). Menteri Luar Negeri AS, John Kerry,memperingatkan bahwa, propaganda militer Rusia akan merusak proses pemilu yang segera digelar di Ukraina.
”Jadi (kita) mengikuti gerakan pasukan Rusia sampai ke perbatasan Ukraina,” kata Kerry, seperti dilansir Reuters, Jumat (25/4/2014). ”Jika rusia terus ke arah sini, itu tidak akan hanya menjadi kuburankesalahan, tapi juga akan menjadi kesalahan yang mahal.”
”Perintah untuk menggunakan kekerasan terhadap warga sipil telah diberikan (Pemerintah Ukraina), dan jika mesin militer ini tidak dihentikan, jumlah korban akan bertambah,” kata Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu.
“Permainan perang oleh NATO di Polandia dan negara-negara Baltik, juga tidak membantu menormalisasi situasi. Kami dipaksa untuk bereaksi terhadap situasi ini,” lanjut Shoigu, sebagaimana dilansir Rusia Today.
Manuver militer Rusia, lanjut Shoigu, bersifat latihan perang. Shoigu mengatakan bahwa 11.000 tentara Ukraina, 160 tank, 230 kendaraan lapis baja dan setidaknya 150 artileri terlibat dalam operasi militer untuk menumpas para demonstran bersenjata anti-Kiev. (Baca: Perang sipil pecah, Ukraina timur mencekam)
“Unit penjaga nasional dan ekstremis sektor kanan berperang melawan penduduk sipil yang damai. Juga pasukan keamanan internal dikerahkan ke ke Lugansk dan Donetsk untuk menekan perbedaan pendapat,” imbuh dia.
Sebaliknya, kelompok bersenjata pro-Rusia berjumlah sekitar 2.000 dan memiliki sekitar 100 senjata.”Ini konfrontasi yang tidak berimbang,” ucap Shoigu.
Ancang-ancang militer Rusia untuk bermanuver di Ukraina telah diawasi Amerika Serikat (AS). Menteri Luar Negeri AS, John Kerry,memperingatkan bahwa, propaganda militer Rusia akan merusak proses pemilu yang segera digelar di Ukraina.
”Jadi (kita) mengikuti gerakan pasukan Rusia sampai ke perbatasan Ukraina,” kata Kerry, seperti dilansir Reuters, Jumat (25/4/2014). ”Jika rusia terus ke arah sini, itu tidak akan hanya menjadi kuburankesalahan, tapi juga akan menjadi kesalahan yang mahal.”
(mas)