Istri presiden Iran dituduh pesta mewah saat negara susah
A
A
A
Sindonews.com – Para anggota parlemen Iran dari kubu garis keras menuduh istri Presiden Iran Hassan Rouhani, Sahebeh Arabi, menggelar pesta makan malam mewah. Tuduhan itu memicu kecaman, karena kondisi ekonomi Iran sedang susah.
Pesta makan malam itu disebut-sebut digelar Selasa lalu di istana yang pernah dihuni pemimpi Iran yang digulingkan, Mohammad Reza Shah di Teheran. Reza Shah sebelum digulingkan dikenal sebagai pemimpin yang hidup dengan tumpukan kekayaan.
Makan malam itu juga menandai Hari Perempuan Iran yang bertepatan dengan ulang tahun putri Nabi Muhammad, Fatima. Anggota parlemen Iran dari kubu garis keras mengecam makan malam tersebut.
”Bisakah memberitakan penghematan dan pengorbanan keuangan, dari pada mengadakan pesta mewah dengan pundi-pundi (uang) publik?,” kata anggota parlemen kepada Reuters yang berbicara dengan syarat anonim. Dia dan 11 anggota parlemen lain mendantangani petisi untuk menghukum Presiden Iran karena acara itu.
Fitnah politik
Sementara itu, pihak kantor kepresidenan Iran membantah tuduhan itu.”Hal yang paling mengejutkan dan disesalkan bahwa bahkan sebuah pertemuan yang tidak bersalahtelah menjadi gosip, fitnah dan kebohongan dengan motif politik,” bunyi pernyataan kantor pimpinan Rouhani itu, seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (24/4/2014).
”Semua larangan Islam diindahkan dalam acara itu. Perempuan memakai pakaian tradisional rakyat. Hanya gadis kecil yang bersuka cita,” lanjut pernyataan itu yang menjadi bantahan bahwa pesta makan malam disebut-sebut bergaya Barat dan dihadiri tamu dan keluarga diplomat asing.
Presiden Rouhani yang dikenal moderat selama ini mendapat tekanan hebat dari kelompok garis keras. Rouhani ditekan, karena kebijakannya untuk berdiplomasi dengan negara-negara Barat, meski tujuannya untuk membebaskan Iran dari embargo yang menyakitkan.
Pesta makan malam itu disebut-sebut digelar Selasa lalu di istana yang pernah dihuni pemimpi Iran yang digulingkan, Mohammad Reza Shah di Teheran. Reza Shah sebelum digulingkan dikenal sebagai pemimpin yang hidup dengan tumpukan kekayaan.
Makan malam itu juga menandai Hari Perempuan Iran yang bertepatan dengan ulang tahun putri Nabi Muhammad, Fatima. Anggota parlemen Iran dari kubu garis keras mengecam makan malam tersebut.
”Bisakah memberitakan penghematan dan pengorbanan keuangan, dari pada mengadakan pesta mewah dengan pundi-pundi (uang) publik?,” kata anggota parlemen kepada Reuters yang berbicara dengan syarat anonim. Dia dan 11 anggota parlemen lain mendantangani petisi untuk menghukum Presiden Iran karena acara itu.
Fitnah politik
Sementara itu, pihak kantor kepresidenan Iran membantah tuduhan itu.”Hal yang paling mengejutkan dan disesalkan bahwa bahkan sebuah pertemuan yang tidak bersalahtelah menjadi gosip, fitnah dan kebohongan dengan motif politik,” bunyi pernyataan kantor pimpinan Rouhani itu, seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (24/4/2014).
”Semua larangan Islam diindahkan dalam acara itu. Perempuan memakai pakaian tradisional rakyat. Hanya gadis kecil yang bersuka cita,” lanjut pernyataan itu yang menjadi bantahan bahwa pesta makan malam disebut-sebut bergaya Barat dan dihadiri tamu dan keluarga diplomat asing.
Presiden Rouhani yang dikenal moderat selama ini mendapat tekanan hebat dari kelompok garis keras. Rouhani ditekan, karena kebijakannya untuk berdiplomasi dengan negara-negara Barat, meski tujuannya untuk membebaskan Iran dari embargo yang menyakitkan.
(mas)