Ukraina memanas lagi, AS jengkel pada Rusia
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan kejengkelannya kepada Rusia atas memanasnya kembali wilayah Ukraina timur.
AS menyalahkan Rusia, dengan dasar para demonstran yang menyerbu gedung-gedung pemerintah di tiga kota di Ukraina timur adalah massa pro-Rusia.
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, meenelepon Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov untuk menyampaikan keprihatinannya. Dalam percakapan telepon itu, Kerry memperingatkan Lavrov, bahwa ketegangan di Ukraina akan berdampak pada sanksi yang akan dijatuhkan kepada Rusia.
Kedua menteri luar negeri itu berencana membahas krisis baru di Ukraina dalam waktu 10 hari ke depan. Sedangkan Ukraina telah mengerahkan petugas keamanan di tiga kota yang diserbu massa pro-Rusia. Yakni, Donetsk, Luhansk dan Kharkiv.
Polisi Donetsk menyatakan, jumlah massa yang mengamuk di wilayah itu sekitar 1.000 orang. Sedangkan yang menyerbu gedung-gedung sekitar ratusan orang. Selain mengibarkan bendera Rusia, mereka meneriakkan yel-yel; ”Rusia!, Rusia!”.
Massa di Donetsk menuntut digelar referendum untuk memisahkan diri dari Ukraina. Mereka mendesak referendum digelar 11 Mei 2014 mendatang.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, mengatakan dalam percakapan telepon itu, Kerry minta Rusia untuk mencegah aski publik.”Yang mengarah pada tindakan separatis, sabotase dan provokatif di Ukraina,” ujar Psaki.
”Dia (Kerry) membuat jelas bahwa setiap upaya Rusia untuk melanjutkan ketegangan di Ukraina akan berdampak pada penjatuhan sanksi yang lebih terhadap Rusia,” ujar Psaki, semalam (7/4/2014), seperti dikutip BBC.
AS menyalahkan Rusia, dengan dasar para demonstran yang menyerbu gedung-gedung pemerintah di tiga kota di Ukraina timur adalah massa pro-Rusia.
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, meenelepon Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov untuk menyampaikan keprihatinannya. Dalam percakapan telepon itu, Kerry memperingatkan Lavrov, bahwa ketegangan di Ukraina akan berdampak pada sanksi yang akan dijatuhkan kepada Rusia.
Kedua menteri luar negeri itu berencana membahas krisis baru di Ukraina dalam waktu 10 hari ke depan. Sedangkan Ukraina telah mengerahkan petugas keamanan di tiga kota yang diserbu massa pro-Rusia. Yakni, Donetsk, Luhansk dan Kharkiv.
Polisi Donetsk menyatakan, jumlah massa yang mengamuk di wilayah itu sekitar 1.000 orang. Sedangkan yang menyerbu gedung-gedung sekitar ratusan orang. Selain mengibarkan bendera Rusia, mereka meneriakkan yel-yel; ”Rusia!, Rusia!”.
Massa di Donetsk menuntut digelar referendum untuk memisahkan diri dari Ukraina. Mereka mendesak referendum digelar 11 Mei 2014 mendatang.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, mengatakan dalam percakapan telepon itu, Kerry minta Rusia untuk mencegah aski publik.”Yang mengarah pada tindakan separatis, sabotase dan provokatif di Ukraina,” ujar Psaki.
”Dia (Kerry) membuat jelas bahwa setiap upaya Rusia untuk melanjutkan ketegangan di Ukraina akan berdampak pada penjatuhan sanksi yang lebih terhadap Rusia,” ujar Psaki, semalam (7/4/2014), seperti dikutip BBC.
(mas)